Sultan mendesis sinis. "Jangan seenaknya Luvina, kau pikir kau siapa?"
"Baru saja kau menyebutkan namaku, mengapa masih bertanya?" balas Vina 'tak mau kalah.
Sultan mulai jengah. Pria itu berbalik hendak meninggalkan wanita sinting di hadapannya, hanya dia satu-satunya hama yang paling tangguh. Diusir pun sudah tidak mempan, justru semakin gencar menempeli Sultan bagaikan kuman.
"Mau kemana?" Vina memeluk Sultan dari belakang, menghentikan pria itu untuk melangkah.
Rasanya sudah sangat lama Sultan tidak merasakan perasaan kesal seperti ini, dan sekarang ia kembali merasakannya karena Vina. Mengapa harus ada wanita keras kepala seperti Vina di dunia ini?
"Luvina, lepaskan saya," kata Sultan penuh penekanan.
"Tidak mau." Vina tetap keras kepala. Dalam sekali hentakan Sultan telah kembali berhadapan dengan Vina, dan detik berikutnya satu kecupan basah mendarat mulus di pipi Sultan.
Sultan menegang, terasa jelas jejak hangat bibir Vina di pipinya. Hanya sebentar, karena detik berikutnya Sultan kembali memasang wajah datar.
"Temani aku makan Sultan." Vina berkata seenaknya. Tubuh kecil bertenaga gorila itu terus menghimpit tubuh kekar Sultan yang bergerak mundur.
Sultan memandang ngeri ke arah Vina, tanpa sadar tubuhnya gemetar, terlebih ketika punggungnya merasakan dinginnya dinding.
Tidak bisa bergerak.
Vina mengukungnya di dinding cokelat cafetaria.
Seringai nakal terukir di bibir Vina, jari-jari lentiknya menari lembut di wajah Sultan, membuat Sultan merasakan sensasi panas yang 'tak seharusnya ia rasakan.
Meneguk ludah susah payah. Akhirnya Sultan berhasil menangkap tangan Vina yang tengah menyusuri lekuk wajahnya.
"Saya temani makan."
Baca ceritanya di
https://my.w.tt/FZdrGIn778
Sankyuuu♡