Sore itu Karina menemukan Winter di taman. Gadis berambut pendek itu tengah duduk disalah satu bangku sambil bermain dengan beberapa ekor kucing dan anak kecil didekatnya. Senyumnya terlihat begitu indah bagi Karina tak lupa dengan tawanya yang begitu merdu, seolah-olah gadis itu diliputi oleh kebahagiaan yang berlimpah ruah.
Tapi Karina tau, senyum dan tawa itu hanyalah topeng yang menutup bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Winter yang terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang adalah topeng yang sengaja ia pasang untuk membentengi dirinya.
Karina masih ingat, ia sangat ingat jelas bagaimana hancurnya Winter saat itu. Bagaimana benteng kokoh yang selalu dibangun dengan kuat oleh gadis yang lebih muda itu hancur. Raungnya sangat menyayat hati Karina, air matanya membasahi baju Karina ketika gadis itu menangis dengan hebat dalam pelukannya.
Karina tidak bisa berbuat apa-apa, ia tidak mengerti harus bagaimana. Seakan otaknya mendadak berhenti berfungsi melihat keadaan Winter.
Esok harinya, tembok Winter terlihat lebih kokoh. Ia selalu tersenyum ketika bersama orang lain, tapi saat sendiri gadis itu menjadi orang yang tak bisa dikenali.
"Winter. Kau harus selalu ingat. Mereka semua menyayangimu" ucap Karina saat itu
"Disayangi dan merasa disayangi adalah dua hal yang berbeda Karina"
Jawaban yang diucapkan Winter tidak akan pernah bisa Karina lupakan.
Fokus memperhatikan Winter sampai akhirnya beberapa rintik hujan menyadarkan Karina. Gadis itu langsung mendekati Winter.
"Udah mau hujan, ayok pulang. Tapi nanti mampir dulu beli soto ditempat yang kamu suka itu" ucap Karina menggenggam tangan winter.
Winter tak menjawab, namun yang pasti ia membalas genggaman tangan Karina.
Karina berjanji bahwa ia akan selalu menjaga Winter dan membuat gadis itu merasa disayangi