Jeongguk mencintai belahan jiwanya serupa telaga mencintai bulan, menyimpan cerah kebahagiaannya di dasar ingatan. Tak pernah berpikir untuk melirik orang lain. Karena begitulah apa yang 'takdir' katakan.
Meski sang takdir hidup adalah udara yang terbuat dari api, ia rela terus bernapas walau harus membakar dadanya sendiri. Karena disetiap hembus napas yang membakar, disetiap rindu yang mengakar, ada cinta yang selalu siap membelukar.
— malam, everyone♡