《8》Teka-Teki Dira

377 54 17
                                    

SELAMAT MEMBACA!

****

Suasana meja makan di rumah Dathan pagi ini terasa begitu berbeda. Kehadiran Darrel, Deeva dan Dira membuat kursi di meja makan itu tak lagi kosong. Hening adalah keadaan yang tercipta saat ini. Darrel dan Deeva terus menatap Dira dengan raut wajah terkejut dan penuh tanya.

Sedangkan Dira hanya bisa menundukan wajahnya sembari memainkan jari jemarinya yang berada di pangkuannya. Dathan menghembuskan napas panjang dan akhirnya ia membuka suara setelah beberapa menit berlalu.

"Kita sarapan dulu, ya. Selamat makan!" Dathan tersenyum menatap orang-orang yang kini berada di dalam pandangannya.

Setelah Dathan mengucapkan kalimat tersebut, akhirnya mereka mulai menyantap sarapan yang dibuat oleh Delia dan Dira sejak subuh tadi.

Perasaan Dira saat ini sangat campur aduk. Ia merasa sangat bahagia karena akhirnya impiannya untuk bertemu dengan kedua kakak kandungnya terwujud. Tetapi ia juga merasa bingung bercampur sedih karena ia tidak tahu bagaimana ia akan menjelaskan semua hal yang sudah terjadi pada dirinya selama ini. Dira merasa tidak akan sanggup untuk menceritakan semua kenyataan pahitnya.

Akhirnya mereka semua selesai menyantap sarapan masing-masing. Dengan senang hati Dira segera merapikan meja makan dan mencuci semuanya sampai bersih. Dira sengaja melakukan hal tersebut, karena ia ingin mengulur waktu. Dira sangat tidak siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepadanya nanti.

Semuanya sudah selesai. Dira melihat semua orang yang kini tengah duduk di ruang keluarga sambil berbincang. Dira ingin menghampiri mereka semua, namun langkahnya terasa begitu berat. Kedua mata Dira kembali menatap orang-orang di sana, sampai akhirnya kedua matanya bertubrukan dengan Dathan. Dathan tersenyum hangat pada Dira, kemudian menyuruh Dira untuk bergabung di sana.

Dira mengayunkan kedua langkah kakinya dengan pelan untuk menghampiri mereka. Dira terus meremas kedua tanganya dengan kencang, Dira merasa sangat gugup. Sesampainya Dira di sana, ia hanya berdiri sambil menundukan wajahnya dan memejamkan kedua matanya erat-erat. Dira menarik napasnya berkali-kali.

"Dira?"

Panggilan dari Dathan akhirnya membuat Dira mau tak mau akhirnya mengangkat wajahnya. Dira menatap Dathan yang kini menyuruh dirinya untuk duduk di samping Dathan.

Dira kembali melangkahkan kedua kakinya, kemudian ia duduk di samping Dathan. Dira benar-benar merasa sangat gugup sekaligus bahagia. Kedua mata Dira kini menatap Darrel yang kini juga tengah menatap dirinya. Dira bisa melihat dengan jelas bahwa kedua mata Darrel kini sudah menahan air mata yang siap untuk jatuh.

Saat Darrel mengedipkan kedua matanya, ia langsung mengusap kedua matanya dengan cepat. Tanpa disadari air mata Dira juga sudah menetes entah sejak kapan. Setelah menyadari bahwa Dira menangis, Dathan langsung memberikan selembar tissu kepada Dira.

"Kenapa pada nangis?" Tanya Dathan, kemudian ia tertawa pelan.

Darrel pun ikut tertawa, kemudian ia menarik napasnya dalam-dalam.

"Kamu siapa?" Pertanyaan itu yang akhirnya keluar dari mulut Darrel.

Dira akhirnya tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya pada Darrel. "Aindrila Sabrina. Kakak bisa panggil aku Dira."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KLANDESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang