Selamat Membaca! ☺
****
"Menangislah Nona."
Dira semakin mengeratkan pelukannya kepada Sakha. Berada di dalam pelukan Sakha entah mengapa membuat dirinya merasa nyaman. Seperti ada sesuatu yang menarik dirinya agar berada semakin dekat dengan Sakha.
Padahal ... Dira tidak tahu siapa Sakha sebenarnya. Sakha hanyalah orang yang sangat asing bagi Dira. Tetapi ... mengapa Sakha bisa memberi rasa seperti ini, seperti Dira sudah mengenalnya dengan waktu yang lama?
"Dingin, Kak ... " Dira berucap dengan lirih.
Sakha langsung melepaskan Dira dari dalam dekapannya, kemudian ia segera melepaskan jaket miliknya yang sudah sedikit basah dan ia pakaikan untuk Dira. Setelah itu, Sakha langsung membawa Dira masuk ke dalam mobilnya.
Mereka berdua sudah duduk bersebelahan. Kedua tangan Dira dimasukan ke dalam saku untuk meminimalisir rasa dingin saat ini.
Melihat itu, dengan sedikit ragu Sakha mengambil satu tangan Dira, membawa tangan itu ke dalam genggamannya. Tidak ada kata yang terucap. Tetapi ... kedua mata mereka saling menatap dalam satu sama lain.
Sakha mengusap dengan lembut tangan Dira yang berada di dalam genggamannya, Dira juga semakin mengeratkan genggaman yang terasa hangat ini.
Dengan satu tangannya yang menggenggam Dira, Sakha perlahan-lahan mulai menyalakan mesin mobilnya dan akhirnya kembali membelah jalan raya untuk pulang.
Beberapa menit dalam perjalanan, tangan mereka terus menggenggam, hingga akhirnya Dira tidak merasa kedinginan lagi. Dira berdeham, kemudian perlahan-lahan melepas genggaman tangan mereka.
Sakha menoleh, menatap Dira untuk mendapat alasan mengapa Dira melepas genggaman itu.
"Itu ... bahaya kalau lo nyetir pakai satu tangan, kan?" Dira berusaha mengatakan kalimat tersebut setenang mungkin.
Sakha mengangguk mengerti. Kemudian ia kembali fokus untuk menyetir mobilnya. Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya mereka sampai di rumah milik Sakha.
Sakha memutuskan untuk berhenti di rumah miliknya, karena jika harus mengantar Dira ke rumahnya akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Sakha tahu Dira sudah tidak nyaman dengan pakaian yang sudah basah itu.
"Ini bukan rumah gue." Ucap Dira setelah menyadari ia bukan berhenti di halaman rumahnya.
Namun, Sakha menulikan telinga, berpura-pura tidak mendengar apa yang Dira katakan. Sakha justru membukakan pintu mobil untuk Dira.
"Sudah sampai, Nona."
Akhirnya, dengan sedikit terpaksa Dira keluar dari dalam mobil. Tubuhnya kembali terasa dingin saat ia sudah berada di luar. Dira mengikuti langkah Sakha untuk masuk ke dalam rumah pria itu.
"Eh!" Panggil Dira kepada Sakha.
Sakha yang sudah berjalan cukup jauh di depan Dira menoleh, kemudian memutar tubuhnya dan kembali melangkah mendekati Dira.
"Aku punya nama, Nona." Ucap Sakha, menatap Dira dengan lekat.
"Iya gue tahu. Terus kenapa lo panggil gue Nona? Nama gue Dira. D-I-R-A!" Dira mengeja namanya dengan jengkel di hadapan Sakha. Jujur saja, Dira agak risih dipanggil seperti itu oleh Sakha.
Sakha tersenyum tipis. "Dira?"
Dira mengangkat kedua alisnya, masih dengan menatap Sakha. Namun, Sakha tidak melanjutkan percakapan mereka, ia malah kembali memutar tubuhnya dan berjalan menjauh meninggalkan Dira yang masih terdiam di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN
Romantizm-Spin off ANNASYA- •SERIES 3• Sebuah rahasia yang akhirnya terungkap setelah puluhan tahun lamanya tersembunyi. Sebuah fakta yang harus diterima oleh mereka yang tak pernah percaya, bahwa semua ini merupakan kenyataan yang tak bisa dipungkiri. _____...