00

431 42 18
                                    

Title : prolog
Warn : Typo, bhs sarkas, OOC(?)..

___________________________
_______________
________

༶•⁺˚✾˚⁺•༶

Jedhuarr!!

Malam yang gelap dan sepi itu terasa mencengkram dengan hadir nya sang badai. Hujan yg terus turun tiada henti sedari sore ini lambat laun  membuat sang gadis meringkuk ketakutan.

Badannya semakin panas, keringat dingin yg membasahi tubuh dan rasa sesak mulai menggerogoti nya.
(Y/n) yang pada dasarnya tidak pernah takut dengan hujan, dan malah mendambakan nya. Perlahan ketakutan itu merajai dari ujung kaki hingga pucuk kepala.

Ia takut, dengan keadaan yg sepi ini..
Jika terjadi apa-apa maka, tidak akan ada orang yg menolongnya.
Ia takut, dengan rasa sesak dan keringat dingin yg tak kunjung berhenti ini.

Hanya ada (y/n) sendiri disini, meringkuk dengan selimut yg membalut tubuhnya. Bagaimana jika ajal menjemputnya tanpa ia minta? Penyakit yg berteman dengan nya sedari kecil ini, sudah ia anggap seperti dirinya sendiri.

Andai dia tidak kembali kerumah seperti saat ini, mungkin dia sudah berada di rumah sakit dengan rasa khawatir yg bergelonjak pada diri Lucia.

Ya, kawan yang sejak kecil sering Menemaninya dan menerimanya dgn semua kelemahan dan kekurangan yg ia miliki. Kawan yg sejak dulu menjadi benteng dan bahu tempat ia bersedih dan bahagia.

'Ah aku haus..' batinnya sambil berusaha berdiri dari posisinya.

Rasa sesak yg sedari tadi tak kunjung mereda membuat tenggorokan nya kering. Bahkan bernafas saja ia sudah seperti ikan yg keluar dari kolamnya.

(Y/n) berjalan menyusuri koridor sambil teratih-atih dan dengan tangan yg bertumpu pada tembok sebagai penyangga. Kedua tangannya sedang mencari poci dan gelas untuk minum. Padamnya lampu membuat dia kesusahan bila beraktivitas.

(Y/n) hendak kembali ke kamarnya selepas minum namun, Tiba-tiba saja matanya mulai melemah dan semakin lama semakin menggelap, Telinganya mulai berdenging dan badannya ambruk dalam satu hitungan. Membawanya ke tempat yg sepi dan hampa.

·
·
·

Setelah mati matian melawan akaza. Tubuh akaza pun melebur dan hilang terhempas angin di iringi dengan memori manusianya.

"Dia hilang..."

"Sudah... Berakhir...." Lanjutnya.

"Harus... Bergegas ke... Tamayo-san.." Ujar tanjiro dengan ngos-ngosan kemudian ambruk.
Giyuu yg melihat tanjirou pingsan, perlahan juga kehilangan kesadarannya karna lelah.

Giyuu pov

'Ah... Akhirnya salah satu dari iblis bulan atas tumbang... Onee-chan apa kali ini aku sudah kuat hm?'

Saat ini tubuhku sangat kelelahan namun muzan masih belum di musnahkan. Sedangkan aku? Aku di bawa oleh sang bunga tidur untuk terlelap di alamnya.

'Jangan! Jangan lengah! Muzan... Masih ada...' otak ku terus menerus mengatakan itu. Namun tubuh ku menolak semua perintahnya yg mutlak.

Dari ruangan gelap ini aku dapat mendengar suara hujan yang turun dengan lebat, ah bukan ini badai. Udaranya yang menusuk hingga ketulang-tulang sangat mirip dengan udara kali pertama aku bertemu dengan tanjiro. Tunggu sejak kapan di bawah sini terjadi hujan?

Perlahan mataku mulai terbuka menunjukkan iris biru laut yang kelam, tempat dimana aku jatuh terduduk bukanlah tatami. Ini.... Bukan di ruang dimensi tanpa batas milik muzan...

'Aku dimana...'


·



·

𝐭𝐛𝐜..

𝐆𝐢𝐚𝐧𝐝𝐮𝐣𝐚 || 𝐓.𝐆𝐢𝐲𝐮𝐮 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫'𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang