TDWM 1 : Pertemuan

2.5K 287 48
                                    

Acara itu dibuat sangat meriah. Banyak tamu-tamu yang datang dari berbagai kalangan. Tidak, bukan dari berbagai kalangan. Hanya satu kalangan saja. Kalangan atas.

Tentu saja. Ayah Luciana Leonard McKennedy adalah pengusaha terbesar di California ini. Setidaknya, lebih unggul 10 persen dari perusahaan teman-temannya. Luciana duduk di tempat di mana ada anak-anak lain di sana. Anak-anak dari sahabat ayah dan ibunya. Ada Alva, anak dari pasangan Alarick dan Valerie. Darrell dan Farell, si kembar anak dari Darren dan Annabelle. Bersama dengan bayi-bayi kecil yang masih dalam gendongan pasangan itu. Namanya adalah Rachel dan Rabella. Anak kembar identik.

Saat ini, Luciana berusia 5 tahun. Dan 2 tahun setelah ayah dari Luciana itu berjuang mati-matian meminta restu dari kakek dan paman Luciana yang posesif, Makiel Zander McKennedy akhirnya mengambil jalan pintas dengan menyuap nenek dari Luciana dengan hotel bintang 7 di Dubai. Walaupun Paman Ethan dan juga Kakek Joseph adalah pria yang sangat posesif, kata-kata nenek dari Luciana yang berkata, "Lucy membutuhkan sosok ayah dan juga akta kelahiran!" Maka, Ethan dan Joseph seketika menangis darah sambil memeluk Lucy dan terpaksa merestui Makiel dan Sharena—ibu dari Luciana.

Dan disinilah mereka sekarang. Makiel yang menikah dengan Sharena. Ayahnya yang menikah dengan ibunya.

"Jelek."

Mendengar suara itu, Luciana menoleh dan mendapati Alva yang duduk sambil menatapnya dengan angkuh.

"Apa kau benar-benar anaknya Tante Sharena? Kau sangat jelek! Mirip ayahmu!"

Luciana tidak marah. Tidak juga sedih mendengarnya. Dia hanya diam menatap datar pada Alva.

"Apa?!" Sewot Alva dengan angkuh. Dadanya bersidekap di depan dada. Anak yang lebih tua 2 tahun dengan Lucy itu kemudian turun dari bangkunya. Wajahnya makin songong. "Kau mengajakku bertengkar?!"

Luciana tetap tidak menjawab. Dia hanya turun dari bangkunya dan menatap Alva datar. Walaupun lebih pendek, Luciana tetap mendongak menatap Alva. "Gendut."

Alva melotot. "Apa katamu?!"

"Kau mendengarku."

Mendengarnya, Alva makin marah pada Luciana. Dia mendorong Luciana dengan kuat hingga terjatuh.

"Oi! Alva! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Alarick, melihat Luciana yang tiba-tiba jatuh didorong Alva.

"Ck. Ck. Buah memang tidak jatuh dari pohonnya." Komentar Darren, datar.

Alarick menggeram kesal. "Apa maksudnya itu?"

"Kau terluka?"

Tubuh jatuh Luciana tiba-tiba terangkat saat seseorang menyelipkan tangannya di ketiak Luciana. Luciana menoleh, dan mendapati Darrell yang menolongnya berdiri. Luciana mengangguk pelan. "Hm. Aku tidak apa-apa."

"Benar, kan?" Kata Darren kemudian, menatap Alarick dengan senyum penuh kemenangan.

"Oi! Lucy! Dasar jelek!" Ejek Alva kembali. Dia bahkan menjulurkan lidahnya untuk menyulut emosi Luciana. "A-AW! AW! AW!" Jeritnya kemudian saat telinganya dijewer Alarick. "APA YANG KAU LAKUKAN, PAK TUA?!"

"HAH?! PAK TUA, KATAMU?! MULUTMU ITU HANYA DIAJARI UNTUK MENGHINA ORANG, YA?!"

"KAU PIKIR SIAPA YANG MENGAJARIKU BEGINI?!"

"TIDAK ADA YANG MENGAJARIMU BEGITU, DASAR BOCAH TENGIL!"

Annabelle terkekeh pelan melihat keakraban ayah dan anak itu. "Seru sekali ya, keluargamu?" Ucapnya pada Valerie.

"Apanya?" Tanya Valerie datar sambil memakan makanannya.

"Yah..., Kalau aku sih..." Annabelle tidak melanjutkan ucapannya. Hanya menatap Farell yang makan dengan tenang dan Darren yang makan sambil tetap menatap penuh kemenangan pada Alarick. Sedangkan Darrell, anaknya itu menolong seorang anak perempuan dengan wajah datarnya. Annabelle menghela napas panjang. "Bagaimana bisa anak-anakku sama semua? Bahkan, bayi-bayiku juga tenang sekali." Katanya sambil menoleh pada Rabella dan Rachel yang tertidur pulas di roda bayi. Balita berumur hampir 3 tahun itu bahkan tidak mendengkur sama sekali.

The Devil With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang