[6] Kecelakaan.

42 2 0
                                    

—•°•—

Kini Alana sudah kembali setelah mengambil garam— sempat misuh-misuh dulu tadi karena masih kesel— dan sekarang dia sedang tiduran dikamar si bungsu keluarga Antara. Yaitu Jaemin Fahri Antara.

Kata bunda, anak laki-laki gak baik ada di dapur. Awalnya sempat dapat penolakan dulu dari Jaemin, tapi karena ancaman potong uang saku dari bunda— Ya Jaemin ikut aja apa kata bunda.

"Alana," Yang dipanggil hanya berdeham tanpa ada niatan untuk menoleh.

"Al—"

"Diem dulu napa sih!? Gue mau santai dulu ngadem gitukan, inimah dipanggil mulu. Sebel banget." Gerutu Alana.

"Enggak gitu maksud gue..."

"Ya terus kenapa Jaemin??"

"Mau ngajak lo ikut ke indoapril, jajan-jajan snack aja— tenang, gue beliin. Tapi gue liat jawaban soal prakarya lo ya?" Alana yang awalnya kesal langsung sumringah mendengar tawaran Jaemin.

"Sans, mau jalan kapan?"

"Sekarang lah ayok,"

Jaemin sudah bersiap dengan kunci motor ditangannya, sebelum akhirnya Haechan bangkit dan langsung berjalan kearah Jaemin.

"Ngikut," ucap Haechan tanpa ekspresi sama sekali.

Jaemin terdiam sebentar, lalu kemudian menjawab, "Boti? Gas lah."

— D i r g A n t a r a —

Alana rasa dirinya sudah kebal dengan semua hal gila yang dilakukan teman-temannya. Buktinya sekarang Alana hanya duduk tenang di ujung jok motor milik Jaemin, dengan posisi Haechan ditengah, dan Jaemin yang mengendarai motornya.

Kalau bukan karena traktiran, ditambah tadi dirinya sedang merasa suntuk dirumah. Alana tidak akan mau naik motor Jaemin lagi, apalagi harus bonceng tiga. Sumpah, malu-maluin banget!

"Eh ini mau kemana anjir?! Kan indoapril belok kanan, kok lo malah lurus si??" Alana menepuk bahu Haechan yang berada di depannya. Haechan yang mengerti maksud Alana langsung menepuk bahu Jaemin, "Dipanggil Alana." Begitu katanya.

"HAH APAAN?!? SUARA LU KENCENGIN AL, GA KEDENGERAN!" Sahut Jaemin.

"Indoapril kan belok kanan, kok lo malah lurus aja daritadi!?!" Alana mengulang kembali perkataannya, lalu menepuk bahu Haechan lagi.

Tangan Haechan terangkat untuk menepuk bahu saudaranya itu, "Dipanggil Alana anjir." Ucapnya singkat, tanpa berniat menjelaskan apa yang sejak tadi Alana tanyakan.

"APAANSI, GUE DENGER LO NGOMONG WAS WES WOS DOANG ANJIR!? YANG KENCENG DONG AL!!"

"INDOAPRIL BELOK KANAN TADI, KOK LO MALAH TETEP LURUS SI?!?" Alana meninggikan suaranya.

"HAH, APAAN?? LO PENGEN BAKSO USUS???"

"Ck, budeg banget Jaemin." Alana menarik nafas panjang, "ITU INDOAPRIL HARUSNYA BELOK KANAN TADI! LO KOK MALAH LURUS?!"

Tidak ada sahutan dari Jaemin, Alana hanya mendengar bahwa Jaemin mengucapkan kata 'Ohh' yang mungkin saja menandakan dia sudah mengerti apa yang Alana maksud.

"Ohh, iya elah ntar cari bakso usus Al, tenang dulu napa si."

Kedua alis Alana mengkerut, pipinya memunculkan semburat merah karena terpapar panas matahari ditambah harus berteriak dan menahan emosinya kepada Jaemin. Dengan menggebu-gebu, akhirnya Alana memukul helm yang Jaemin kenakan. Berharap otak temannya itu bisa sedikit membaik setelah mendapat pukulan darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dirga'AntaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang