Gendhis kecil mengelap dahi. Hari begitu panas, matahari tepat berada di atas kepala mampu memanggang siapa saja. Usianya baru sepuluh tahun ketika ibunya menyuruhnya membawakan makanan dalam wadah rantang plastik untuk pemuda sebelah rumahnya. Kalau bukan karena ingin bertemu Kakak kesayangannya, Emran. Mana mau ia berpanas-panasan lalu mengorbankan kulitnya yang sudah eksotis.
Usia Emran memang lebih tua delapan tahun darinya tapi tidak mengapa kan jika ia menaruh hati. Emran pemuda baik, rajin dan juga sangat ramah. Sering menolongnya ketika diganggu anak nakal atau pun tukang palak. Gendhis berjalan sembari menyauh batu kerikil dengan sandal karet. Untunglah hari ini tak ada anak lelaki yang menghadang jalan atau sekedar menggodanya. Perjalanan menuju perumahan tempat Emran menghabiskan waktu libur tidak lah jauh. Hanya 500 meter dari gerbang kampung.
Sebelum masuk area bangunan, Gendhis merapikan dulu rambutnya yang dikepang satu lalu meyampirkannya ke bahu. Ia melihat Emran tengah mengaduk semen dengan cangkul. Ototnya terlihat menonjol, mengulir dari punggung tangan ke lengan. Meski baru belasan Emran sudah memiliki tubuh kekar dengan kulit coklat tembaga yang dilapisi keringat. Terlihat seksi di mata Gendhis walau sebagian kaum hawa akan menganggapnya jijik. Gendhis sekecil ini sudah tahu paham lelaki seksi karena sering menonton film India.
"Mran, adikmu datang." Seorang tukang senior memanggil Emran ketika melihat seorang gadis kecil datang dengan senyum cemerlang. Gendhis yang disebut adik cuma mendengus sebal. Ia ingin berteriak keras jika yang datang ini adalah calon istri Emran namun kalimat itu akan mendatangkan ejekan dan gelak tawa, yang paling buruk Emran tak mau lagi dekat-dekat.
"Kakak, istirahat dulu. Ibu nyuruh Gendhis bawa makan."
Emran menghentikan kegiatan lalu membasuh tangannya dengan air. Ibu adalah kata ajaib. Emran tak mungkin menolak keinginan ibu Gendhis. Ibu Gendhis sudah dianggap Emran sebagai pengganti ibunya setelah ibu kandungnya meninggal dua tahun lalu.
Gendhis menatap Emran makan dengan namun dia mencebik sebal ketika makanan yang dibawanya ditawarkan pada tukang lain. Untunglah Pak Tua tukang senior pengertian, tidak mengurangi jatah Emran.
"Kak, tomat sama daun seledrinya dimakan yah. Itu Gendhis yang naruh." Padahal Emran sudah menaruh di sendok dan siap membuang dua sayuran itu. Tapi karena Gendhis ia terpaksa melahapnya tanpa protes.
"Kapan pengumuman kelulusan Kakak? Terus kalau udah lulus, Kakak mau kemana? Lanjut kuliah atau kerja?" Pertanyaan yang mudah dijawab. Karena keadaan ekonomi mereka yang miris pastilah Emran memilih bekerja.
"Ini kakak lagi kerja buat biaya masuk universitas dan juga kakak lagi cari beasiswa. Siapa tahu ada."
Mata Gendhis berbinar, rasa kagumnya semakin bercokol hebat. Emran selain baik pintar, optimis dan juga pekerja keras. Gendhis tak sabar ingin segera tumbuh besar.
"Kamu belajar yang rajin biar masuk ke SMP Negeri."
Gendhis cuma meringis. Kalau hal itu akan sulit dilakukan. Mengingat otaknya cetek dan juga dikategorikan kurang pintar. Lebih baik memandang Emran daripada membaca buku matematika. Namun ketika telapak tangan Emran mendarat di kepalanya, lalu pemuda itu memberinya hadiah usapan sayang. Gendhis yakin bahkan ia langsung bisa menghapal perkalian pangkat dua.
"Aku akan belajar yang rajin tapi kakak yang bantuin."
"Oke siap. Peri cantik." Pipi Gendhis bersemu merah. Cuma Emran yang menganggap wajahnya yang hitam manis ini istimewa.
*******
Gendhis pindah wattpad. Kenapa? Aku capek ngetik lepi terus copy paste ke hape. Biar yang di KBM cerita lawas yang mau tamat. Pasti para pembaca bingung dan kesel karena penulisnya agak plin-plan. Tapi memang bagusnya begitu, aku jadi bisa membagi wattpada dan juga kbm. Akun lama jarang di tengok, paling cuma promosi.
Jangan lupa vote dan komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pengantin kelabu
Romancemenikah adalah hal yang diinginkan setiap Gadis, begitu pun dengan Gendhis. Namun pernikahannya berdasarkan belas kasihan dan juga rasa bersalah. Sedang Emran menjalani hidup dengan amat suram. TErlahir sebagai anak di luar nikah, membuat hidupnya s...