"Siapa yang menyuruhmu mengambil cuti, (Name) Widjaja?! Kau bahkan baru bekerja selama empat hari!"
Suara Okaa-san terdengar seperti lengkingan cicadas di musim panas. Tanpa banyak bicara, jari manisku bergerak menuju tombol merah yang tertera di layar ponsel. Sambungan terputus, menyisakan hening di ruangan apartemenku yang sempit dan ... bobrok.
Aku mengucek mata, lalu duduk di atas futon tipis. Kupeluk guling yang secara khusus diimpor dari Indonesia, sembari memperhatikan jam di dinding. Jarumnya baru menunjuk pada angka 5, matahari di ufuk timur masih menampakkan semburat keunguan. Mataku bahkan masih terasa lengket.
Bayangkan saja, pada jam 3 pagi Waktu Indonesia Barat dia memaki diriku lewat sambungan telepon internasional. Selisih waktu dua jam antara Jepang dengan Indonesia, tidak membuat wanita tua itu mengurungkan niatnya untuk memarahiku. Sumber kemurkaannya disebabkan karena aku sudah dengan kurang ajar mengambil cuti selama dua hari, Jum'at dan Sabtu. Bonus satu hari karena sekarang adalah Hari Minggu.
Memang apa salahnya? Aku sudah bekerja keras, sekarang saatnya menikmati staycation.
Jujur saja, aku tidak tahu kelanjutan dari kasus pengedar narkoba yang seharusnya kupecahkan bersama Kato dan Kambe. Terakhir kali aku menguntit Isezaki, dia sedang berciuman di dalam mobil dengan perempuan cantik yang kurasa wajahnya mirip dengan seseorang. Siapa ya? Artis? Politis? Entahlah. Yang pasti dia bukan model Japan Adult Video, karena aku hapal para pemainnya.
Ah, masa bodoh. Sudah ada polisi yang mengurus, sebaiknya aku tidak ikut campur dengan masalah yang ditangani oleh para penegak hukum itu.
Healing, I'm coming!
Terlanjur bangun, aku memutuskan untuk lari pagi. Lingkungan di sekitar apartemen cenderung aman untuk perempuan lemah sepertiku. Mengambil sepasang sepatu lari, aku bersiap-siap untuk keluar rumah.
"Kau," baik aku dan Haru Kato, secara bersamaan mengucapkan satu kata tersebut. Kami terkejut akan kehadiran masing-masing.
Drap! Drap! Drap!
Rekan kerja di kepolisian itu menarik tanganku, ia lalu membuka pintu apartemen dengan cepat, seakan tidak memberiku kesempatan untuk bertanya. Sampai di dalam rumahnya, Kato segera menutup pintu dengan kencang. Pria itu lalu menghempaskan tubuhku di atas kasur. Karena luas ruangan apartemen cukup sempit, tidak mengherankan kalau posisi kasur hampir berdekatan dengan pintu masuk.
Aku duduk di atas ranjang Kato yang berantakan, selimut jatuh ke lantai lalu bantal berada di tengah kasur. "Sejak kapan polisi tidak punya sopan santun sepertimu?" sindirku pada Kato.
Pria itu masih berdiri di depanku, menatapku tajam seolah sedang berhadapan dengan penjahat kelas kakap. "Kau pikir pekerjaan ini main-main?" geramnya.
Aku menyipitkan mata, mencoba untuk memahami maksud pertanyaan seniorku. "Bisa kau jelaskan lebih rinci?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Your Unlimited Money [Daisuke Kambe X Reader]
FanficAku tidak menyukai orang kaya. Titik. Setelah bertemu Kepala Inspektur sialan yang bergelimang uang tak terbatas itu, persentase rasa tidak sukaku meningkat menjadi 99%. Wong sugeh pancen gatheli! 💵💵💵 Semua karakter milik : Yasutaka Tsutsui-sens...