2: Am I Happy?

8 2 0
                                    

Retha tidak mengira, ternyata hari yang ia hindari tiba juga. 'astagaa! kenapa hari rasanya cepat kali?' tanya Retha tepat ke dirinya sendiri, begitu terbangun karena suara alarm yang ia pasang.

'05.00' waktu yang tertera di jam wekernya. Retha bangkit dari tidurnya, berusaha mengumpulkan niat terlebih dahulu untuk sekedar mandi.

Retha sibuk menscroll handphone nya, untuk sekedar mengecek social media atau bahkan membalas pesan yang belum sempat ia balas semalam.

ting! ting! ting! ting!

Beberapa notif muncul begitu Retha ingin meletakkan hpnya kembali keatas nakas disamping tempat tidurnya.

Retha menatap bingung begitu melihat nama orang yang tertera di notif hpnya, 'Yara si anak kampret'

-GILA RETH GUE ADA HOT NEWS UNTUK LO-

-PASTI LO SENANG HAHAHAH-

-LO TAI-

-eh bangsat pakai typo segala-

Retha menggeleng pelan melihat kelakuan teman satunya ini, ia pun mengetik
-berita apaan nih subuh subuh gini, awas ya lo kalo berita ngga penting-

Begitu melihat balasan dari Yara, Retha terdiam sesaat, berusaha mencerna kalimat yang baru saja ia baca.

-RANIA SAMA GANESHA PUTUSSSSSSSS-

Retha kaget bukan main begitu melihat pesan tersebut, dirinya sibuk mengetikkan beberapa kalimat untuk memastikan chat dari temannya itu.

-sumpah loo? Serius ah-

-ngga lucu kalo lo sampe boongin gue-

-tau darimana beritanya?-

-Yarrrrr cepat jawab ihhhhh!!!-

-jangan sedang mengetik muluuuuuuu-

Entahlah, saat ini Retha sungguh tidak sabar mendapati balasan dari Yara. ia sibuk menekan-nekan layar hpnya. 'astagaaa, ni anak lama kali' gumamnya begitu melihat Yara yang masih mengetik sejak tadi.

Tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk menunggu Yara membalas pesannya, Retha langsung saja menelfon.

Tak butuh waktu lama, panggilan tersebut pun diangkat oleh Yara.

'Ah elo ngga sabaran, gue sia-sia ni ngetik panjang lebar' omel Yara begitu panggilan ia angkat.

'lo tu yang kelamaan ngetik, dah ah buruan. Darimana lo tau gosip tu?' tanya Retha kelewat kepo.

Yara yang berada disebrang pun tertawa terbahak-bahak, 'udah ngga sabar ya pengen denger cerita mantan lo kenapa bisa putus?' Ledeknya.

Retha mengumpat pelan, 'sial! buruan napa!'

'ahahahah oke oke Retha cantik okeee.' Yara menghembuskan nafasnya pelan, 'Gue tau kalau Rania sama Ganesha putus dari si Cantika, lo tau kan kalau gosip dari Cantika itu bisa dibilang seratus persen mantul'.

'gue lupa bagi tau lo kemarin' sambungnya.

Retha terdiam sesaat, entah kenapa dadanya kini berdetak lebih cepat.

'Terus Cantika sendiri tau darimana kalau mereka udah putus? lo ngga ada nanya gitu? Gosip lagi palingan ini' Retha segera mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang.

'ah elo nyepelein gue ini namanyaaa, lo tau kan kalo gue nyari informasi pasti harus de to the tail, DETAIL' tekan Yara.

'Iya deh, lanjut' ucap Retha

'Si Cantika katanya dapat info itu langsung dari si Rania nya sendiri. Mereka berdua ngga sengaja ketemu di COTTA. Dan tau la lo kan, Cantika kalau udah keluarkan jurus andalannya itu kek mana, sampe-sampe Rania sendiri yang nyeritain kalau dia tuh udah putus'

Retha menatap kosong kedepan.Mereka sekarang sudah putus, tapi kenapa ia masih tetap merasa tak puas.

Retha terkekeh pelan berusaha menutupi perasaannya yang sebenarnya, 'Berita ini cukup membantu gue awali hari perdana gue hahahhahaa'. Retha tertawa terbahak-bahak begitu mengucapkan itu. Tetapi berbeda dengan matanya yang memancarkan kekosongan.

Yara pun ikut tertawa , 'emang ngga ada otak kita yaa hahaha, orang putus kita malah happy.' ujarnya. Tanpa tahu kalau Retha sebetulnya sama sekali tidak merasa senang mendengar berita ini.

Setelah beberapa saat mereka telfonan, Retha segera mengakhiri panggilan tersebut terlebih dahulu. Dengan alasan ingin bersiap-siap.

Retha masih bingung, kenapa ia malah terlihat tidak bahagia. Padahal jelas-jelas ia juga menginginkan Rania dan Ganesha putus. Bahkan sejak dulu. Sejak dulu.

-------

Beberapa menit kemudian, begitu ia sudah selesai berpakaian dan bersiap, Retha segera menuruni tangga dengan wajah yang tertunduk lesu. Tidak seperti biasanya yang jika ia akan berangkat kesekolah, Retha akan dengan heboh menuruni anak tangga satu persatu. Sampai-sampai omelan dari papanya untuk berhati-hati saat turun pun sudah seperti ucapan selamat pagi untuk menyambut kedatangan nya di meja makan.

Papa, mama bahkan Reksha sibuk memandangi gadis itu dengan kening berkerut.

'tidak seperti biasanya' Pikir mereka bersamaan.

"Kamu kenapa Reth? Apa karna persoalan sekolah lagi" tanya Bram heran dengan sikap putrinya ini.

Retha berusaha tersenyum menjawab pertanyaan papanya, "nggak kok paa". Begitu ia menjawab, Retha pun segera mendudukan bokongnya disalah satu kursi yang berada disamping Bram.

"terus? Kenapa wajah kamu kek gitu" tanya Bram memastikan.

"Retha lagi nggak mood aja pa, karna masih ngantuk, tidurnya cuma bentar" elak Retha. Dan mereka semua yang mendengar penuturan Retha pun tahu bahwa itu bukanlah alasan sebenarnya.

Bram hanya mengangguk mengiyakan jawaban anaknya ini.

Arumi memandang Retha. 'lagi dan lagi anaknya seperti ini' pikirnya

Retha sama sekali tidak pernah mau berbagi masalah dengannya, bahkan mungkin masalah kecil sekalipun. Arumi sebagai orangtua cukup sedih melihat sikap Retha yang selalu mau terlihat kuat dihadapan mereka semua. Tetapi, Arumi sebagai ibu yang melahirkannya, tahu betul kalau anaknya ini sama sekali tidak kuat, ia masih lah anak yang rapuh.

Dan ini juga merupakan salahnya. Salahnya sebagai ibu, yang seharusnya dari dulu ia selalu ada untuk anaknya kapanpun dan dimanapun.

Saat semuanya sudah berubah, dan Arumi berusaha memperbaiki semuanya dari awal. Ia kira akan mudah. Ternyata salah. Retha, anaknya. Sampai sekarang masih menutup sebagian dirinya untuk keluarganya sendiri. Dan itu cukup membuat Arumi gagal menjadi orang tua yang seutuhnya untuk anaknya.

Sedangkan Reksha, ia menelan pelan air liurnya melihat tingkah Retha. Rencana ingin menghangatkan suasana dengan mengerjai adiknya ini pun pupus sudah. Begitu melihat raut wajah Retha yang tidak mendukung. Kalau sampai ia nekat mengganggu adiknya juga, bisa-bisa Reksha bakal tamat pagi ini oleh papa dan mamanya.

Suara dentingan sendok dan garpu yang bertabrakan satu sama lain, mengisi suasana sarapan mereka. Tidak ada itu, teriakan Retha yang kesal karna kakanya, atau bahkan sebaliknya.

SeandainyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang