Satu

81 5 0
                                    

Sore itu pekarangan pondok pesantren Miftahul 'ilmi dipadati oleh para santriwan dan santriwati yang masuk kembali setelah libur panjang kenaikan kelas.

Mobil-mobil  berjejer  didepan masjid. Berpasang pasang alas kaki tertata rapi didepan rumah abah kyai.

Banyak wali santri beserta anaknya yang memenuhi ndalem abah kyai untuk silaturahmi, termasuk Zara yang duduk disamping kakak sepupunya.

"Ning Zara ibu minta tolong, ambilkan minum lagi buat tamu, kayaknya mbak mbak pengurus yang jaga sibuk mengurus tamu yang di masjid".

Zara mengangguk mendengar ucapan Ibu Nyai Aminah. Gadis itu menatap kesamping sebentar.

"Mas, Zara pergi dulu ya?". Pamit Zara pada syakieb, kakak sepupunya.

"Yaudah sekalian Mas mau pulang. Nyuwun sewu Abah, Ibu saya pamit pulang. Assalamualaikum". Syakieb mencium punggung tangan Kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh".

"Wa'alaikumsalam, hati hati mas Syakieb. Salam buat ibunya Ning Zara". Ucap Ibu Nyai Aminah.

Syakieb mengangguk lalu berdiri. "Mas pulang ya Zar". Laki-laki itu mengusap puncak kepala Zara sebentar, lantas berjalan keluar.

"Bu, Zara mau buatin minum dulu permisi".

"Iya nduk makasih ya".

Zara segera bangkit, berjalan menuju dapur ndalem.

***

Zara berbaring diatas kasur lantai yang berada dipaling pojok tepat disamping tembok. Ditangan gadis itu terdapat sebuah novel dengan cover dua cangkir kopi.

"Eh tadi sore ada liat mereka gak? Katanya mereka udah pulang lho". Ucap Tisa, seorang gadis kelas sebelas - dengan antusias.

"Ah yang bener Tis? Kamu kata siapa?". Tanya Hani sedikit tak percaya.

"Kata mbak-mbak pengurus yang tadi di ndalem". Jawab Tisa meyakinkan.

"Mereka? Mereka siapa sih?". Tanya alisa yang belum faham.

"Masa kamu gatau? Itu lho dua larenya Abah sama Ibu". Jawab Tisa.

"Oh mereka berdua". Alisa menganggukkan kepala.

"Kok aku gada liat ya mereka Tis?". Davina menatap Tisa.

"Aku juga gak liat mereka mbak cuma dikasih tau sama mbak pengurus. Oh iya, mbak Zara kan tadi di ndalem mungkin ada liat mereka?".

Zara yang mendengar namanya disebut segera menatap teman-temannya.

"Aku? Gak liat tuh. Mungkin mereka pulangnya sebelum kita pada berangkat kesini. Sedangkan mbak-mbak pengurus kan udah disini dari dzuhur".

Jawab Zara yang mendapat anggukan setuju dari penghuni kamar yang lain.

"Bisa jadi tuh, soalnya ini juga tanggal hari kepulangan mereka berdua. Berarti mereka udah jadi sarjana dong ya? Wah keren, lulusan dari Mesir. Menurut kalian mereka berdua bakalan disini jadi ustadz apa kerja diluar?". Tisa menatap satu persatu teman-temannya yang menggeleng sebagai jawaban.

"Udah Tis gausah kepo gitu, bukan urusan kamu juga. Mending sekarang kalian tidur, barusan aku liat keamanan yang jaga lewat didepan blok f".

Davina sebagai ketua kamar menginterupsi.

"Ah mbak Davina mah suka gitu, siapa tau salah satu dari mereka itu ternyata jodohku. Hayo".

Tisa menunjuk dirinya percaya diri.

Assalamualaikum gusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang