"Mbak Mbak bangun!".
Suara teriakan dan gedoran pintu di pagi hari masuk kesetiap pendengaran para santriwati yang masih terlelap. Mereka yang mendengar bergegas bangun dan mengambil air wudlu. Menyambar mukena masing-masing lantas pergi berlari ke masjid.
"Mbak Maudy bangun Mbak". Tisa berjongkok disamping kasur Maudy yang berada disebelah kasur Zara.
Bukannya bangun, Maudy malah menutupi telinganya menggunakan bantal.
"Tadi malem bukannya sholat isya di masjid malah tidur. Sekarang disuruh subuhan malah gak mau bangun. Dasar wedhos". Davina melipat tangannya, berdiri disamping Tisa.
"Apa kita geret aja kali ya?". Tisa bangun setelah sebuah ide melintas di otaknya.
"Sana kalo kamu mau narik dia. Aku moh kalo kena jambak lagi". Davina bergidik, teringat pada kejadian kemarin. Jangan ditanya bagaimana sakitnya dijambak.
"Gak usah ditarik. Pake ini aja".
Tisa dan Davina menoleh kebelakang, melihat Zara yang datang dengan membawa ember penuh air. Keduanya tersenyum, faham dengan apa yang Zara rencanakan.
"Satu, dua, tiga".
BYUR.
"WOY! lo bertiga ngapain sih?! Baju gue basah ANJIR!". Maudy bangun, rasa kantuknya hilang seketika digantikan dengan rasa dingin.
"Ganti baju habis itu kemesjid ya? Kalo gak bawa mukena pake aja punyaku. Assalamu'alaikum". Zara, Tisa, dan Davina berlari cekikikan meninggalkan Maudy yang terus mengumpat.
"Sialan tuh cewek, awas lo".
***
Allahumma sholli 'ala Muhammad ya Robbi sholli 'alaihi wassalim.
Para santri keluar dari masjid setelah selesai sholat berjamaah subuh. Sama seperti biasanya, Zara selalu pulang paling akhir. Sebab, ada banyak hal yang ingin ia utarakan pada sang khaliq.
Zara berdiri dipinggir teras masjid. Baru saja gadis itu akan memakai alas kakinya saat benda yang terbuat dari karet tersebut bergeser dengan sendirinya.
Dahi Zara berkerut, gadis itu menoleh mendapati Maudy yang baru saja menarik sandalnya menggunakan benang yang sudah dililitkan pada sandal Zara.
"Bawa sini, mau aku pake". Masih di teras masjid, Zara menggeser tubuh-nya mendekati Maudy.
"Mau? Nih ambil aja". Maudy melemparkan sandal Zara ke semba-rang arah. "Itu balesan buat tadi pagi. Dan satu lagi". Gadis itu melepas mukena yang ia pakai lalu menjatuh-kannya ketanah.
"Dadah". Maudy menatap Zara remeh, lantas meninggalkan Zara yang menatapnya terkejut.
Zara berjongkok, mengambil mukena miliknya. Gadis itu mengusap - usap bagian mukena yang terkena tanah.
"Ya Allah, segitu marahnya Maudy cuma gara-gara dibangunin buat sholat subuh?". Zara menggeleng.
"Mbak Zara, ini sandal njenengan kan?". Tara berlari kearah Zara yang kini menatapnya. Ditangan gadis itu terdapat sepasang alas kaki.
"Iya Ra ini punyaku. Nemu dimana?".
"Tadi ada suara dari arah gerbang, kirain ada orang gataunya sandal Mbak Zara. Kok bisa disana mbak?".
"Tadi dilempar sama Maudy. Makasih ya udah diambilin". Zara memakai alas kakinya, lantas berjalan beriring-an bersama Tara menuju pondok putri.
"Dilempar? Kok bisa Mbak?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum gus
Teen FictionKisah ini bercerita tentang Mazara Sanjaya, seorang putri kyai yang memendam rasa pada salah satu dari dua gus kembar. Dan juga persahabatannya dengan gadis berandalan.