Part 4

5 4 0
                                    

Aku menunjukan foto Thoriq yang sedang berdiri di depan mobil sport, di tengah area sirkuit dengan memakai kacamata hitam. Dia memang memiliki hobi balap.

Istri ketigaku langsung mengambil ponsel yang sedang kupegang. "Cakep amet anaknye Pak Ridho, Bang! Cocok ini mah, buat si Juli anak aye!"

"Dia itu lebih cocok sama Rania, dari pada Juli si tukang rusuh itu! iya, 'kan, Pih?" Istri pertama merebut ponselku yang sedang dipegang oleh istri ketigaku.

"Waduh, sekate-sekate lu, yeh! Emang dasar lu muke ulekan!" pungkas istri ketiga sambil tolak pinggang dan menunjuk muka istri pertamaku.

"Diam!" Syarifah berteriak dan menutup telinga dengan kedua tangannya.

Istri pertama dan kedua langsung menganga, karena kaget mendengar teriakan istri keduaku yang menggelegar tidak seperti biasanya.

Setelah berteriak, istri keduaku tiba-tiba cungar-cengir. "Hmm hehe ... saya punya ide. Gimana, kalau Syarifah kasih pertanyaan buat Mbak Rianti dan Mpok Laila? Siapa yang bisa menjawab dengan benar, anak dialah yang akan dinikahkan dengan anaknya Pak Ridho, setuju atau tidak?"

"Setuju!" jawab istri pertama dan istri ketigaku kompak sampai membuat istri keduaku tersentak kaget.

Aku hanya diam dan menyimak kerusuhan yang terjadi di antara ketiga istriku, sambil menekuk daguku yang indah ini.

"Baiklah ... saya akan bertanya." Istri keduaku menarik napas lalu mengeluarkannya.

Istri pertama dan istri ketigaku terlihat sangat tegang dan bersiap-siap mendengar pertanyaan dari istri keduaku.

Istri kedua pun langsung melontarkan pertanyaannya. "Seperti yang kita ketahui bahwa, pemerintah beberapa waktu yang lalu memberlakukan lockdown bagi semua masyarakat di seluruh Indonesia, karena adanya sebuah virus bernama corona atau covid 19. Nah, jadi pertanyaannya adalah ... berapa nomer ukuran sepatu Mas Toni?"

"Empat puluh satu!" Istri pertamaku langsung menjawab.

"Wah, Mbak Rianti bener!" seru istri keduaku.

Istri pertamaku melompat-lompat kegirangan karena bisa menjawab dengan benar. Sementara itu, istri ketigaku spontan melempar tahu goreng ke arah istri kedua.

"Heh, Ifeh! Kenape tuh pertanyaannye jadi kagek nyambung begonoh?! Elu pasti kerje same ame si cungkring Ntuh, 'kan? Ayo ngaku, kagek lu?!" Emosi melanda jiwa istri ketigaku.

"Sudahlah Lela ... kamu ngalah aja. Bukannya kamu bilang kalau Juli itu harus kuliah dulu? Sekarang dia, 'kan, masih sekolah. Belum lulus SMA!" ucapku.

Akhirnya sudah kuputuskan bahwa anak pertamaku Ranialah, yang akan dinikahkan dengan anaknya Ridho. Namun, jujur saja aku sedikit tidak ikhlas karena melihat sifatnya si Thoriq itu.

***

Aku dan istri pertamaku mencoba berbicara dengan Rania malam ini. Anakku terlihat sibuk sedang mencoba sepatu high hill berwarna merah, yang baru saja ia beli di Eropa.

Tolong jangan ada yang menanyakan berapa harga sepatu itu, aku hanya takut kalian pingsan saat mendengarnya.

"Sayang, Mamih mau bicara sama kamu sebentar, boleh, 'kan?" Istri pertamaku berjalan pelan lalu duduk di dekat Rania.

Putriku itu langsung menaruh sepatu yang sedang ia coba, lalu melirik wajah ibunya. "Iya, Mih. Ada apa? Serius amet."

Aku dan istri pertamaku saling menatap ragu. Kami masih bingung dan takut kalau Rania akan menolak dinikahkan dengan Thoriq, karena dia memang sudah memiliki pacar seorang anak tukang urut.

ISTRIKU TIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang