Olla menarik gue sepanjang jalan keluar kelas. Pikiran gue kacau dan Olla gak kasih tau dia mau bawa gue kemana. Yaa walaupun ini masih lingkungan sekolah, tapi gimana gitu rasanya kalo sahabat lo narik tangan lo gak jelas dan merencanakan sesuatu.
"Kita udah nyampe Lin, tuh dia disana."
Nyampe?
Gue melihat sekeliling. Ini kantin kan, dan siapa yg disana?
"Ini kantin kan Ol, mau apa kita kesini? Terus maksud lo dia itu siapa?"
Gue liat Olla garuk-garuk kepala. Ini anak kutuan kayanya, gue mesti jauh-jauh.
"Iyaa ini kantin Alin. Dan masa lo gatau dia yang gue maksud siapa? Apa harus gue frontalin biar satu sekolah tau?" Ucapnya dengan kesal.
Gue nyengir kuda. "Gue tau kok siapa, dan gak usah frontalin juga hehe."
"Yaudah kalo udah tau samperin gih !"
Samperin?
"Maksud lo? Apa sih Ol rencana busuk bin bejat lo ke gue? tolong jangan macem-macem deh, ini tuh kantin." Ucap gue.
"Lebay ahh lu" Ucap Olla sambil menoyor kepala gue.
"Woy ini pala di fitrahin, lo kira apaan maen toyor aja."
Olla natap gue tajam. "Bawel. Berisik. Lo mau tau rencana gue?"
Gue mengangguk. Dan dia gerakin telunjuk tangan kanannya mengisyaratkan gue untuk mendekat.
"..."
"What the.."
"Bagus kan rencana gue, kapan lagi lo punya temen kaya gue yang mempunyai otak brilian haha."
"Jadi gue harus lakuin sesuai rencana lo? Tapi gue malu."
"Sejak kapan lo punya malu? Dari dulu lo 'nguntit' dia gak malu. Dan ayolahh biar cepet selesai semuanya, dengan rencana gue ini kita bisa lihat lo dapet feedback gak dari dia."
Bener juga sih kata Olla. Tapi kalo gue di tolak kan malu juga, ini kantin loh. Walaupun kantin sekarang gak serame jam istirahat pertama tapi tetep aja tengsin.
Mending kalo diterima. Kalo ditolak gimana? Gimana harga diri gue?
"Kebanyakan mikir lo. Nih udah gue beliin lo batagor dan jalanin rencana gue. Mumpung semua meja penuh." Ucap Olla sambil memberikan gue sepiring batagor.
Kapan nih anak beli batagor.
"Kap.."
Olla menutup mulut gue dengan tangan kirinya yang bebas. "Suttt udah sana cepetan. Gue tunggu lo dikelas, gue mau baca novel dulu."
Gue cuma ngangguk.
"Bye Alin, sukses yaa."
****
"Dia jahat Ol !" Kata ku serak sambil mengelap air mata yg tidak berhenti turun.
"Iyaa gue ngerti, udah dong jangan nangis mulu." Ucap Olla sambil memeluk gue.
"Gimana gak nangis coba, sakit hati gue Ol digituin. Pertama kali gue digituin dan rasanya sesak disini." Ucap gue seraya menunjuk dada gue dengan kepalan tangan.
"Udahlah, cowo gak penting kaya dia lupain aja. Masih banyak cogant diluar sana."
"Tapi sakit Ol rasanya, sakit."
"Iyaa gue tau, udah yaa jangan nangis lagi." Ucapnya pelan.
*Flashback*
Gue harus apa coba, jarak gue semakin dekat. Tangan gue udah dingin dan perut gue juga udah mules pake banget.
Rasanya tuh lebih stress dari pada ulangan matematika sama Bu Ugi. Mulessss.
Tarik nafas buang nafas tarik nafas. "Maaf kak, meja ini masih kosong kan. Boleh aku duduk sini?"
Yang ditanya malah natap gue dengan serius. Mata hitam itu bikin gue meleleh, ember mana ember.
"Boleh kok, duduk aja." Jawabnya tanpa ekspresi.
"Makasih kak." Kata gue dengan tambahan sebuah senyum yang gue rasa cukup manis.
"Nama lo siapa? Dan kenapa lo duduk disini, di pojokan sana kan masih ada meja kosong."
Jutek banget. Yaa suka-suka gue lah duduk dimana, toh ini bukan punya bapa lo. Sabar Alin. Tarik nafas buang nafas. "Aku takut duduk dipojokan kak."
"Terus nama lo siapa? Kelas?"
"Nama aku Alin, kelas 8A. "
"Ohh."
Datar banget sih lo, udah datar jutek pula untungnya aja ganteng. "Kaka mau batagor? Aku punya batagor dan belom aku makan."
Dia natap gue lagi dengan mata beriris hitamnya. "Kenapa lo beli kalo gak lo makan?"
Eh,
"Aku makan, aku cuma nawarin kaka. Siapa tau kaka mau. Gak usah jutek kali."
Dia tersenyum miring. Sinis.
"Gue udah kenyang. Makan aja sesuka lo dan tolong diam jangan berisik dengan mulut kecil itu." Ucapnya tajam tanpa memandang gue.
Jutek. Nyebelin. Rese. Untung ganteng. Batagor di depan gue sekarang rasanya lebih enak gue makan dari pada gue anggurin untuk ngajak dia ngomong. Untung gue suka lo.
5 menit kita laluin dengan hening, batagor juga udah abis dan dia masih fokus sama komik. Gue liat lagi kado yang harus gue kasih hari ini. Tapi..
"Gue pergi dulu yaa,"
Pergi? Tunggu !!
"Kak tunggu jangan pergi." Ucap gue sambil megang tangan dia.
Dia mandang gue aneh dan melihat ke arah tangan yang gue pegang. "Eh maaf kak."
"Lo mau ngomong apa?" Kata dia lembut.
Ohh Tuhan meleleh gue. "Ehmm duduk dulu Kak aku janji gak bakal lama."
"Oke, gue duduk."
Ini orang kok jadi baik sih, tadi jutek banget sekarang lembut banget. Dia kaya rollercoster, bisanya bikin gue naek turun mulu.
"Jadi pertama aku minta maaf kalo aku lancang, mungkin kaka gak kenal aku tapi selama ini aku merhatiin kak." gue narik nafas.
"Dan ini terdengar aneh, Kaka tolong terima ini yaa." Kata gue sambil menyodorkan sebuah kotak yang telah terbungkus rapi.
"Ini maksudnya apa?"
"Ini kado ulang tahun kaka, happy birthday yaa." Ucap gue tulus.
Dia terdiam. Beberapa saat dia terdiam dan tiba-tiba saja ia mendorong pelan kado di depannya ke arah gue. "Maaf gue gak bisa, gue harus pergi dan lupain gue. Gue gak pantes menerima ini semua. Maaf."
Kali ini gue yang terdiam. Rasanya menyakitkan mendengar ucapannya barusan. Lupain gue. Gue harus pergi.
Rasanya sakit Reza, dada gue sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer ✔
Teen FictionHighest Rank #4 di Penggemar Rahasia Pernah jatuh cinta? pernah mencintai dari jauh? pernah menjadi seorang stalker dan pengagum rahasia? jika pernah berarti lo sama kaya gue. Nama gue Mutia Alindia. Gue adalah seorang secret admirer dari seorang c...