🍁

6 5 0
                                    

"Kai...maaf ayah Tel..." Duda satu anak itu kebingungan saat melihat kelas anaknya sudah tidak ada lagi orang, dari raut wajahnya tercetak jelas kekhawatiran yang mendalam.

"Kemana kai...nggak biasanya dia pergi dari kelas,dan kenapa hp nya mati" monolognya sambil berusaha menenangkan pikiran nya yang sudah melayang bebas.

"Kumohon Tuhan.... Jangan biarkan putriku disakiti siapapun"

Dia melangkah keluar dari ruang kelas putrinya dan berteriak mencari keberadaan anak semata wayangnya.

****
"Jadi menurut nak Lintang bagaimana dengan ide mengenai pembelajaran baru yang saya berikan"

"Pak, menurut saya bagus tapi perlu perizinan wali murid dan guru-guru lainnya. Karna seperti yang bapak tahu kita tidak bisa bertindak tanpa mengantongi izin wali murid" saat ini Pak Adi si kepala sekolah sedang berjalan menyusuri koridor bersama Lintang, selain hubungan atasan dan bawahan. Lintang dan Pak Adi adalah Paman dan Keponakan,mereka akan membahas tentang pembelajaran siswa yang akan ditambah dari kurikulum biasanya.

"Ya... Yang kamu bilang itu juga benar,kalau begitu saya menyerahkan kepada kamu untuk mengurus izin wali murid. Ya sudah saya tinggal ya"

Setelah mengucapkan salam perpisahan, pak Adi si kepsek langsung melanjutkan jalannya menuju parkiran untuk berlanjut kerumahnya.

Lintang berjalan menuju loby atas untuk mengambil tas laptopnya di kelas IPS,entah mengapa rasanya dia sangat ingin berlari saat ini.

****
"Ca...Re... Huh huh huh" Sere datang bersama Aqila setelah tadi keluar untuk mengambil tas nya.

"Apasih Se...Qil, napas dulu deh baru ngomong"

"Gawat...gawat,ini benar-benar gawat. Kita harus tinggalin si cacat sekarang, kalau enggak kita bisa kena masalah"

" Maksudnya apasih Se, masalah apaan"

"Kak Lintang.. Kak Lintang,dia mau ke kelas sebalah udah ditangga dua"

Dalam sekejap seluruh tubuh mereka menegang, ini semua sangatlah diluar nalar mereka.

"Pliss...tolong aku keluar dari sini,aku mau ayah"batin ku saat ini antara sedih dan senang, akhirnya ada seseorang yang bisa menolong ku untuk keluar.

"Keluar lewat pintu belakang, dan Lo Rena urus ni anak. Urus yang lainnya jangan sampe ninggalin jejak kita"

"Dan buat Lo cacat, kalau sampe Lo buka mulut tentang  masalah ini dalam sekejap Gus bisa hancurin usaha bokap Lo sekejap mata dan gua bisa buat perhitungan dengan bokap Lo. Dan gua yakin Lo ngga mau kan bokap Lo mati sia-sia" Caca mencekram kuat pipiku dengan kuku runcingnya dengan tumit sepatu yang menekan pada pahaku, dalam hati aku sangat bersyukur setidaknya aku bisa pergi dari hadapan mereka.

Caca dan para kroninya mengambil jalan belakang untuk keluar dari toilet itu,dan meninggalkan Aku seperti seekor hewan peliharaan yang tidak bertuan.

****
Sementara diluar Lintang yang tengah bingung perasaannya berjalan dengan tergesa-gesa, ia ingin cepat pulang dan mendinginkan pikirannya.

" Bagaimana cara agar aku bisa memanggil kak Lintang, aku perlu sesuatu" otakku mulai bekerja untuk bisa menggapai perhatian dari Kak Lintang.

"Ya. Jam tangan ku besi dan kursi roda ku besi jika aku mengantuk kan dengan kencang,pasti bisa ngalihin perhatian Kak Lintang" setelah keras berpikir akhirnya ide simple itu muncul di otak kecilku, dengan berupaya keras aku menggantungkan jam dan kursi agar keluar suara.

****
" Suara apa itu,kenapa masih ada siswi di jam segini" Lintang memberhentikan langkahnya dan menajamkan pendengarannya untuk memastikan yang telah terjadi.

Kurasa kak lintang mulai mendekati pintu WC ini, dalam hati aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepadanya.

"Heiii..... Ada seseorang didalam, apa kamu butuh bantuan"

Aku semakin menghantuk-hantukkan dengan kuat, berharap bahwa Kak Lintang mengerti isyarat ku.

"Heiii... Kamu butuh bantuan, kamu terkunci didalam"

Dalam hati aku ingin berteriak, andai saja dia ayahku maka aku akan meneriakkan masalah ku saat ini.

"Maaf..tapi jika kau tidak menyebutkan masalah mu maka aku tidak bisa membantu mu,kau tahu adat di negeri ini bukan?"

" Ya Tuhan... Apa harus kupanggil namanya dan mengatakan aku sedang membutuhkan bantuannya"

"Astaga apa ini,api rokok dari mereka belum benar-benar mati. Sebagian rok ku sudah habis termakan api, Tuhan apa lagi ini"

Rasanya air mata ku mulai deras lagi, panas sekali rasanya saat api itu menyentuh pahaku. Dan bau asapnya sangat menggangu pernapasan ku.

Sejak dia berdiri di sana, dia mencium bau keanehan. Darah, rokok dan hangus. Tanpa berfikir dua kali saat asap mulai mengeluarkan bau gosong.

" Asataga KAI.......

Ayah dalam HayatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang