Melepas Hasrat

2K 15 3
                                    

Aku membuka mata saat merasakan cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela. Entah tidur jam berapa aku semalam, yang jelas aku amat merindukan malam hangat sejak setahun lalu.

Setelah merasa kesadaranku pulih sepenuhnya, aku beranjak menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi. Semalam akibat ulah sesorang yang langsung mengurungku dalam kamar, aku sampai lupa untuk makan malam. Aah ... aku jadi senyum-senyum sendiri jika mengingatnya, entah kenapa sentuhan-sentuhannya membuatku melupakan banyak hal.

"Selamat pagi, Pa, Ma," sapaku saat melihat orang tuaku lebih dulu duduk di meja makan.

"Selamat pagi, Sayang. Apa tidurmu nyenyak?" tanya mama saat aku sudah mengambil tempat duduk tepat di hadapannya.

"Tak pernah senyenyak semalam, Ma. Sepertinya aku benar-benar merindukan kamarku," jawabku sembari mengambil nasi goreng.

"Baguslah kalau begitu, kamu makan yang banyak," perintah mama yang kuangguki.

Untuk beberapa saat kami sama-sama larut dalam makanan masing-masing, hingga terdengar papa membuka obrolan.

"Jadi, kapan kamu siap untuk membantu papa di perusahaan, Sayang?"

"Ah, Papa, anak baru pulang sudah ditodong saja untuk kerja, Shelo masih pingin liburan dulu, Pa," rengekku yang mendapat dukungan dari mama.

"Iya, ih, Papa ini. biarin Shelo istirahat dulu, sebulan atau dua bulan lagi, kan, gak masalah. mama juga pingin melepas kangen dulu sama putri mama tercinta," bela mama seraya memegang telapak tanganku. aku pu tersenyum girang mendengar ucapan mama.

"Baiklah-baiklah. kalian ini memang selalu kompak kalau menyerang papa," ujar papa yang akhirnya membuat kami tertawa bersama. moment yang benar-benar aku rindukan.

"Selamat pagi, semua." Sapaan dari arah depan membuat kami menoleh bersama. terlihat Kak Noura sedang menggendong Agil --putranya--

"Selamat pagi, Sayang. ayo sarapan."

"Loh, Kak Noura nginep sini?" tanyaku setelah wanita itu sudah mengambil tempat duduk di samping mama.

"Iya, semalam Agil ketiduran, Mas Arga juga ke luar kota, jadi, ya sudah kita nginep aja, kasihan kalau Arga dibangunin." Aku manggut-manggut mendengarkan ucapan kakak sepupuku itu.

"Pa, boleh Shelo ke Bali? Shelo kangen banget sama pantai, Pa." rengekku yang mendapat tatapan menyipit dari cinta pertamaku itu.

"Bali? kenapa tiba-tiba? bukannya kata kamu mau istirahat dulu?"

"Bukan tiba-tiba, Pa. Sudah lama banget memang pingin kesana, cuma kan Shelo lagi jauh, sibuk kuliah. Ini juga termasuk istirahat, kan liburan. Shelo janji pulang dari sana, Shelo bakal siap untuk kerja," terangku dengan antusias.

"Baiklah, papa pegang janji kamu."

"Yeeeaaay," sorakku dengan gembira. Mama, papa dan Kak Noura hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuaanku.

"Have fun, Sayang. Jangan lupa, sedikit tebar pesona, sapa tahu ada bule nyangkut," goda Kak Noura.

"Ish, kalau memang niat cari bule, kemarin di Belanda juga banyak kali, Kak."

"Terus kenapa gak cari bule?" tanya Kak Noura lagi.

"Bukan tipe. Shelo suka produk dalam negeri aja. lebih manis," jawabku yang lagi-lagi di tertawakan banyak orang.

Mereka tidak tahu saja, jika telah lama hatiku tertinggal di sini. Sebanyak apapun lelaki bermata biru yang dulu sering merayu, tak pernah sedikitpun menggoyahkan rasa cintaku, pada dia lelaki haramku.

***

Tak mau buang-buang waktu, malam itu juga aku mengambil penerbangan menuju Bali. Segera kusiapkan segala keperluanku di sana, sengaja aku tak membawa banyak baju, selain aku bisa beli langsung, aku tak yakin akan sering memakai baju di sana. Aah ... memikirkannya saja sudah membuatku belingsatan tak karuan.

Pukul delapan malam, aku bersiap untuk berangkat ke bandara. Pesawat akan terbang pukul sepuluh nanti. Diantar seorang supir, aku melaju dengan tak sabar.

🎵 Kuakui ku sangat, sangat menginginkanmu, tapi kini kusadar, ku di antara kalian. Aku tak mengerti ini semua harus terjadi.
Lupakan aku, kembali padanya, aku bukan siapa-siapa untukmu.

Sebuah tembang dari salah satu groub band dalam negeri mengiringi perjalananku menuju bandara. Aku hanya tersenyum miring mendengarnya. Benar- benar lagu yang mewakili keadaanku, tapi sayangnya bukan kebiasaanku untuk mengalah dan membiarkan apa yang sudah kugenggam terlepas begitu saja. Meskipun salah, aku menyukai kebersamaan ini, jadi, persetan dengan sakit hati orang lain.

Setelah empat jam menunggu dan melakukan perjalanan, kini sampailah aku di Bandara Ngurah Rai. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi Bali tak pernah sepi, benar-benar kota yang tak pernah tidur.

Sebuah pelukan dan ciuman lembut menyambut saat aku sampai di dalam bandara. Tak mau kalah, aku pun menyambut ciuman yang telah kurindukan itu. Tak peduli dengan tatapan tak suka dari beberapa pengunjung, toh, dosa ini pun bukan mereka yang menanggung.

Ya, lelakiku ini adalah alasan kenapa memilih Bali untuk tempat liburanku. Selain karena dia ada suatu pekerjaan di sini, kami pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama tanpa terganggu oleh siapapun. Setahun lamanya terpisah, Rindu dan hasrat yang telah lama terpendam belum sepenuhnya tersalurkan.

"Bagaimana perjalananmu, Sayang? Apa kau lelah?" tanyanya saat ciuman kami telah terlepas.

"Semua lancar. Kalau pun aku lelah, apa kamu akan membiarkanku istirahat dengan tenang malam ini?" tanyaku dengan nada manja.

"Tentu saja aku akan membiarkanmu istirahat, Sayang. Bahkan bila perlu, aku bersedia memberikan service pijatan untukmu, bagaimana? tertarik?" tanyanya dengan sebuah kerlingan menggoda.

Aku hanya bisa mencubit gemas pinggangnya. Tanpa ditanya seperti itu pun, aku tak akan membiarkan malam ini terlewat begitu saja. Aku bisa pastikan, malam ini akan menjadi malam tak terlupakan untuk kami berdua.

"Berminat, apalagi jika ini sevice pijat plus-plus," jawabku tepat di belakang telinganya. Tak lupa kutiupkan sedikit napasku untuk menggodanya.

"Nakal," jawabnya dengan mencubit lembut ujung hidungku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari Ranjang SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang