Trust me, okay?

5.7K 463 103
                                    

Axel Elena dan Niall update🥳🥳🥳

Mau tanya dong, kalian pada umur berapa?🧐

Vote 250++ komen yang banyak ya? Biar cepet update 😚

Happy Reading

"Niall, ikut Papa yuk, kita ke rumah Papa sekarang," ajak Axel seraya menggendong Niall, lalu bangkit berdiri.

"Tapi, Mama belum pulang."

Tak langsung menjawab, Axel malah mencium pipi Niall berkali-kali karena gemas. "Udah sayang, Mama ada di mobil. Tadi pulang bareng Papa,"

Niall mengerutkan dahinya. "Lho, Mama kok gak masuk ke rumah si Pa?" Tanya Niall heran.

Axel berdehem, mencari jawaban yang pas. "Tadi, Mama kecapean sayang, jadi Papa suruh istirahat di mobil," jawab Axel yang tentu saja tidak sesuai kebenaran.

Elena memaksakan dirinya untuk tersenyum menyambut Niall, meski sebenernya ia tidak sudi karena secara tidak langsung ia juga menyeyumi Axel. Oh, senyum Elena terlalu mahal untuk laki-laki kejam seperti Axel.

"Sini sayang, sama Mama!" ucap Elena mengulurkan dua tangannya—berniat mengambil alih Niall.

Namun sayang, hanya gelengan yang Elena dapat. Bukan, bukan Axel yang menggeleng, tetapi Niall. "Niall sama Papa aja Ma. Kata Papa, Mama kan lagi cape."

Tersenyum getir, Elena menurunkan tangannya. Dia tahu, Niall khawatir padanya, tapi kenapa Elena merasa bahwa Niall telah dipengaruhi oleh pria itu agar menjauh darinya. Ah, sial. Mata Elena kembali memanas.

Sungguh, Elena tidak rela melihat kedekatan Niall dengan pria itu yang menurutnya terlalu cepat. Lihatlah! Niall dengan nyamannya bersandar pada dada Axel, berceloteh manja dengan Axel mengelus kepala Niall penuh sayang. Ya Tuhan, bukankah mereka baru bertemu untuk kali pertama? Tapi, kenapa dalam waktu kurang dari satu jam, Niall begitu akrab dengan Axel?

"Mama, kata Papa. Niall, Mama, sama Papa bakal tinggal bareng di rumah Papa lho."

Elena memaksakan senyum. "Niall seneng?"

Niall mengangguk cepat. "Seneng banget Ma. Kenapa gak dari dulu tinggal bareng? Niall sedih, kalau mau ketemu Pa—"

"Niall udah makan belum?" sela Axel cepat. Hampir saja Niall keceplosan.

"Udah, tadi sore. Tapi, sekarang Niall laper lagi Pa," jawab Niall sambil mengelus perutnya.

Axel terkekeh. "Kalau gitu, kita makan dulu ya," ujar Axel lalu memerintahkan supir untuk berhenti di salah satu restoran.

Axel turun dengan menggendong Niall, diikuti dengan Max. Elena? Dia terus duduk di mobil sambil menatap ke depan.

"Mama, ayo kita makan," ajak Niall.

Elena menoleh. "Kamu aja sayang, Mama gak laper. Mama tunggu di mobil ya, Niall jangan lama-lama di dalam," ucap Elena hanya terfokus menatap Niall, tidak peduli pada Axel yang menggeram dan menatapnya tajam.

"Tapi, Niall pengin Mama makan juga," rengek Niall.

"Niall sama om Max masuk dulu ya, biar Papa bujuk Mama. Sepertinya, Mama kamu pengin dirayu dulu sama Papa supaya mau," ujar Axel tersenyum miring.

Dengan sedikit bujukan dan bibir yang cemberut, pada akhirnya Niall mau masuk ke dalam bersama Max.

Tinggallah Axel yang menatap Elena lurus. "Mau turun secara suka rela atau aku paksa?" tanya Axel memberi kesempatan, yang sayangnya tidak ditanggapi oleh Elena sama sekali. Menolehpun tidak. Kasihan Axel, dikacangin, hehehe.

"Aku masih memintamu baik-baik Baby. Jangan sampai kamu buat aku marah," ucap Axel memperingatkan.

"Tetep memilih bungkam, Elena?" tanya Axel geram, kali ini dia sudah tidak bersabar lagi.

"Okey, ini pilihan kamu. Jadi, jangan salahin aku kalo--" Axel menggantungkan ucapannya, sepersekian detik, dirinya naik kembali ke mobil, meraih kepala belakang Elena, memutarnya agar memudahkan Axel dalam mencium Elena.

Tidak peduli pada pintu mobil yang masih terbuka, Axel terus melanjutkan kegiatannya, memojokkan Elena ke jendela. Tidak membiarkan Elena bergerak sedikitpun apalagi melawan. Hukuman atas sikap membangkang Elena hari ini.

Axel menggigit bibir bawah Elena sampai terdengar lenguhan pelan dari bibirnya. "Rupanya, harus dengan cara ini agar kamu membuka suaramu, hmm?"

"Atau jangan-jangan, kamu memang sengaja bersikap seperti ini agar aku mencid—" bisikan Axel terhenti kala Elena mendorong Axel lalu memukulnya berkali-kali dengan tas miliknya.

"Mimpi! Mimpi aja sana Lo! Sampai kapanpun gue gak akan sudi bersikap seperti apa yang Lo tuduhkan. Gue bukan pelacur yang akan bersikap murahan demi—. Ah, atau selama ini, Lo cuma mandang gue sebagai salah satu pe—"

"Jangan katakan apapun Elena! Aku gak pernah sekalipun mandang kamu begitu," ujar Axel serius, tahu akan kata yang akan keluar dari mulut Elena.

Axel membawa salah satu tangan Elena, menatap lurus Elena tepat di bola matanya, mampu membuat Elena seakan terhipnotis, tidak melawan seperti biasanya.

"Kamu! Cuma kamu satu-satunya wanita yang aku cintai dari dulu sampai sekarang, bahkan nanti di masa depan. Selamanya, hanya kamu yang akan aku cintai dan anak-anak kita nanti. Ingatlah itu selalu Baby, bahwa aku mencintai kamu dan akan melindungi kamu sampai kapanpun," ucap Axel bersumpah pada dirinya sendiri.

"Kamu hanya perlu menurut dan percaya sama aku, kalo semua yang aku lakuin sekarang, semata-mata untuk melindungi kamu dan juga Niall, Baby. Trust me, okay?" pinta Axel penuh harap. Elena nyaris menganggukan kepalanya, sebelum dari kejauhan, terdengar suara Max yang memanggil Axel, menyuruhnya segera masuk, dan hal itu mengembalikan kesadaran Elena. Ingatkan Elena untuk bertermakasih pada Max nanti.

"Lo nyuruh gue percaya sama Lo?" tanya Elena lalu tersenyum remeh. "Asal Lo tahu, hal yang paling gue sesali seumur hidup gue adalah pernah percaya sama orang kayak Lo," sinis Elena lalu segera membuka pintu, dan keluar dari mobil.

Lama-lama berada didalam mobil bersama Axel membuat dada Elena sesak. Sesak menahan umpatan yang sedari tadi ingin Elena lontarkan. Benarkah begitu Elena? Bukan sesak karena berdekatan dengan Axel, hmm?

Sepanjang langkah Elena yang terus berjalan masuk ke dalam restoran, batin Elena terus mencibir apa yang diucap Axel tadi. Cinta? Cih, orang seperti dia, yang sering menyakitinya, mengatakan cinta? Elena bahkan ragu, Axel mengetahui apa arti cinta yang sesungguhnya.

Sedangkan disisi Axel, Axel hanya menghela napas, sadar bahwa Elena tidak akan mudah dijinakkan seperti dulu. Kesalahannya di masa lalu terbilang fatal ralat sangat fatal, ditambah sikap tertutupnya sekarang mengenai dia bersikap seenaknya kepada Elena, semakin memperburuk hubungannya. Sepertinya Axel harus memikirkan ulang rencananya. Apakah dia harus berterus terang saja pada Elena? Bagaimana menurut kalian?

Gimana menurut kalian nih? Axel jujur aja atau gak sama Elena?🤔

Kesalahan fatal apa yang dilakuin Axel sama Elena dimasa lalu? Coba tebak🤨

SPAM "NEXT/LANJUT" DISINI YA BUND😚

See youuuu😘

Axel's ProtectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang