***
Lisa memandangi USB yang ada di tangannya. USB berwarna silver itu terlihat begitu mengganggu pikirannya. Sembari mengemudikan mobilnya, gadis itu terus melirik USB pemberian Lee Know tadi. Ia sudah tahu isi USB-nya, yang jadi masalah adalah reaksi yang harus ia berikan terhadap isi USB itu.
Lee Minho bukan anak yang seratus persen nakal. Ia bukan si biang kerok yang harus selalu diawasi. Namun meski begitu, Minho juga bukan si penurut yang selalu bisa dikendalikan. Si anak tunggal yang bersikeras ingin jadi anggota grup idol itu selalu merepotkan– begitu menurut Lisa. Sebab, hanya karena mereka terikat dalam status saudara sepupu, bocah itu merasa kalau ia juga pemilik agensi itu. Statusnya sebagai sepupu CEO, membuatnya sedikit arogan dan menyebalkan. Mungkin bukan masalah kalau ia bersikap begitu hanya di depan teman-temannya, sialnya Lee Know bahkan bersikap arogan di depan Lisa. Seolah ia merasa kalau ia mampu mengendalikan Lisa.
"Augh! Apa lagi yang harus ku lakukan untuk mengatasi kepribadiannya yang buruk itu?!" kesal Lisa dalam perjalanannya pulang kali ini.
Begitu tiba di apartemennya, gadis itu menyimpan USB-nya di dalam tas. Ia menekan kombinasi kunci pintunya kemudian melangkah masuk dengan janji kalau ia tidak akan melampiaskan emosinya di rumah– di depan Jiyong. Sembari mengganti sepatu kerjanya dengan sebuah slip on putih dengan hak pendek yang lebih nyaman, gadis itu memperhatikan lantai di depan pintu rumahnya. Tidak ada sepatu Jiyong di sana, pria itu pasti belum pulang– pikirnya, sebab Jiyong selalu meninggalkan sepatunya berantakan di depan pintu. Alih-alih menjadi masalah, kebiasaan Jiyong yang tidak pernah merapikan sepatu itu justru bisa menjadi petunjuk penting bagi Lisa– Jiyong tidak di rumah kalau tidak ada sepatunya yang berantakan di depan pintu.
"Syukurlah dia belum pulang," komentar Lisa yang kemudian melangkah masuk ke dalam rumah sembari melepaskan blazer formalnya. Ia biarkan kaki telanjangnya menginjak lantai, dengan blazer yang tersampir di lengannya. Tas jinjingnya yang hanya seukuran dua handphone lima inchi, ia gigit sementara kedua tangannya naik keatas untuk menggelung asal rambut panjangnya.
Dengan mulut yang masih mengigit jinjingan tasnya, ia bergumam– "Minho sialan, dasar anak manja menyebalkan! Ingin ku robek-robek mulut sialannya itu! Augh! Iblis kecil sial- ups-" gadis itu membeku bahkan sebelum ia selesai dengan umpatannya. Ia pikir, Jiyong benar-benar belum pulang. Lisa tidak tahu kalau di ruang tengah, tepatnya di depan daisy room ada Jiyong dan teman-temannya. Pintu daisy room terbuka saat Lisa datang, pintunya sengaja di buka lebar sementara di dalam Jiyong dan beberapa orang temannya memasang lembaran plastik di lantai untuk mulai bermain cat dan mewarnai sepatu mereka.
"Biar ku bantu," ucap Jiyong, yang masih berada di ruang tengah setelah mengambil dan memberikan beberapa pasang sepatu, miliknya juga milik teman-temannya. Bantuan yang Jiyong maksud adalah memegangi tas jinjing di mulut Lisa. Dengan tenang, sembari memasang senyumnya, pria itu mengambil tas jinjing di mulut Lisa kemudian menyadarkan si gadis yang kini ingin menghilang karena luar biasa malu.
Setelah siang tadi dimarahi ibunya, malam ini Jiyong justru mendapat bantuan Tuhan. Untuk kali pertama, Jiyong melihat Lisa yang berbeda dari biasanya. Gadis yang sebelumnya selalu terlihat tenang dan anggun itu, malam ini terlihat begitu manusiawi dengan umpatannya yang tertahan oleh tasnya. "Ada apa? Jangan berfikir kau bisa menghilang dengan mematung begitu," celetuk Jiyong yang sudah mengambil tas Lisa dari mulutnya, namun gadis itu masih membeku, masih malu karena kini hampir semua mata menatapnya. Ada Choi Seunghyun di sana, Lee Seungri, Kang Daesung bahkan aktor Lee Soohyuk juga Dong Yongbae dan istrinya.
"Maaf aku pikir tidak ada orang di rumah," susul Lisa, berusaha mengatasi situasi memalukan di sana– garis bawahi, hanya Lisa yang merasa malu. Gadis itu melupakan rencananya mengikat rambutnya. Ia biarkan rambutnya tergerai, kemudian merapikan sedikit rambut panjangnya itu dan menyapa Jiyong juga teman-temannya dengan lembut seperti biasanya– seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.
"Aku sudah memberitahumu lewat pesan tadi, tapi kurasa kau belum membacanya," susul Jiyong yang kemudian mengembalikan tas Lisa, dengan santai, pria itu kemudian mengenalkan Lisa pada teman-temannya.
Kalau sebelumnya Lisa berkenalan dengan orang-orang itu secara formal di upacara pernikahannya, malam ini Jiyong membuat perkenalan itu menjadi lebih santai. Dengan tenang, pria bertato itu mengendalikan suasana dan sedikit demi sedikit mengikis rasa canggung Lisa di depan teman-temannya. Gadis itu bisa membaur dimana pun, Jiyong tahu itu karena memang itu yang dikatakan ayahnya padanya, sebelum mereka memutuskan untuk menikah.
Hanya karena Jiyong selalu bersikap sopan di depan Lisa, tanpa pernah mengumpat atau menyinggung hal-hal negatif, Lisa pikir ia pun harus bersikap begitu untuk mengimbangi Jiyong. Karena Jiyong bersikap sopan, Lisa pun harus bersikap begitu. Karena Jiyong tidak pernah mengumpat, Lisa juga harus menyesuaikannya. Karena Jiyong selalu terlihat tenang dan nyaman, Lisa pun harus begitu. Karenanya, saat hari ini ia ketahuan mengumpat dan terlihat berantakan, gadis itu merasa begitu malu– sebab ia pikir Jiyong tidak melakukan itu.
"Jiyong bahkan mengumpat di lagunya," komentar Seunghyun. "Dia bukan pria berengsek, seperti kelihatannya. Tapi dia juga bukan pria suci yang tidak pernah mengumpat. Kau akan dapat masalah kalau mengumpat di acara formal, tapi di rumah bukankah kau boleh melakukannya? Tidak akan ada yang menilainya," susulnya, masih sembari mewarnai sepatunya.
"Kau tidak boleh mengumpat di rumah yang ditinggali anak kecil, Seungie," celetuk Hyorin, yang kebetulan ikut ke rumah Jiyong sebab suaminya berada di sana. Mereka berencana pergi berkencan, tapi karena Yongbae mengajak Hyorin mengunjungi rumah baru Jiyong, wanita itu tidak menolak untuk ikut.
"Memangnya ada anak kecil di sini?" tambah Seungri, disusul tatapan Daesung dan tamu lainnya ke wajah tuan rumah. Hanya dengan tatapan penuh penasaran itu, Lisa bisa menebak pertanyaannya.
"Aku tidak hamil," ucap Lisa, menjawab pertanyaan yang semua orang lempar melalui tatapan mereka. Mereka bahkan masih tidur sendiri-sendiri, mustahil sekali bagi Lisa untuk mengandung anak Jiyong saat itu.
"Tolong jangan sama kan pernikahanku dengan pernikahannya," susul Jiyong, menyinggung pasangan menikah lain di sana.
Meski begitu, Hyorin tetap menganggap pernikahan Jiyong dan Lisa sangat lah manis. Keduanya berusaha– semua yang melihatnya bisa tahu itu– tapi mereka tidak ingin terlalu memaksa, tidak ingin terlalu buru-buru dan saling mendesak, karenanya pernikahan itu terasa seperti sebuah pekerjaan yang tidak ada habisnya.
Hampir tengah malam, tamu-tamu itu akhirnya pergi dan kini setelah ditinggal berdua di rumah, Jiyong meminta maaf karena sudah mengundang teman-temannya tanpa izin dari Lisa. Namun Lisa tidak menganggap itu masalah. Mereka semua berkumpul di daisy room– di ruang pribadi Jiyong dan sama sekali tidak mengusik privasinya. Lisa tidak punya alasan untuk marah karena tamu-tamu itu. Jiyong pun sudah menyuruh Lisa untuk beristirahat tapi ia sendiri yang ingin bergabung bersama tamu-tamu Jiyong, jadi pria itu tidak punya kewajiban untuk meminta maaf. Jiyong tidak merebut hak Lisa sebagai teman serumahnya hanya karena pria itu mengundang beberapa temannya. Namun yang membuat Lisa penasaran, adalah alasan Jiyong mengecat sepatu bersama teman-temannya di rumah.
"Big Bang sedang mengerjakan iklan sepatu. Seperti sepatuku kemarin tapi kali ini edisi Big Bang, besok sepatunya harus muncul di publik, jadi kami mengecatnya hari ini dan memakainya besok," jelas Jiyong sembari melipat alas plastik di ruang pribadinya. "Kamarku bau cat, sepertinya aku akan tidur di kamar utama," susul Jiyong yang langsung Lisa iyakan meski itu tidak perlu. Toh selama ini kamar utama itu kosong karena Jiyong dan Lisa sama-sama sibuk bekerja dan tidur di ruang pribadi sekaligus ruang kerja mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
slice of life
FanfictionKau tahu alasan kita jatuh? Kita jatuh supaya kita bisa berdiri sendiri... . . . . . Dari drama Run On, pemerannya Im Siwan.