***
Ia mengenakan blazer wanita berwarna putih, rok selutut berwarna hitam, blouse dengan pita di leher yang juga putih, lalu dipadukan dengan sepatu kets yang sama putihnya. Rambutnya yang panjang tergerai, tanpa poni, tanpa aksesoris, hanya rambut hitam pekat yang tergerai jatuh sampai ke punggungnya. Langkahnya pasti, meski terkesan terburu-buru. Tas jinjing berwarna hitam dalam pegangannya mengayun, maju mundur mengikuti gerak tangannya, selaras dengan langkahnya. Sesekali bibirnya melengkung, mengulas senyum menyapa balik beberapa staff hotel. Perutnya bergemuruh, Lee Lisa sudah lapar.
Mereka kemudian bertemu, gadis dengan blazer tadi dengan seorang pria yang sama rapinya. Pria itu mengenakan jas hitam, dengan kaus pas badan berwarna putih. Sebuah celana katun hitam yang masih beraroma sabun cuci dengan sepatu kulit cokelat yang tidak masih mengkilap. Melihat rambut merah musim gugur di kepalanya yang masih mengkilap karena gel rambut membuatnya kelihatan baru saja selesai mandi, baru selesai berdandan dan datang ke hotel itu.
Di dalam lift mereka bertemu, Lee Lisa dengan blazer putihnya dan Kwon Jiyong dengan jas hitamnya. Keduanya bertukar senyum, juga bungkukan pinggang untuk sopan santun. Setelahnya mereka berdiri berdampingan di dalam kotak lift yang keemas-emasan.
"Lama tidak bertemu," sapa Jiyong, sembari menunggu lift mereka bergerak, membawa keduanya ke lantai tujuan mereka. "Bagaimana kabarmu nona CEO?" susulnya terdengar ramah.
"Ya, lama tidak bertemu walaupun kita bekerja di industri yang sama. Aku dengar oppa akan comeback sebentar lagi, aku tidak sabar mendengar lagu-lagumu," balas Lisa, tidak kalah sopan. "Tapi... Melihat oppa datang ke sini, dengan penampilan yang... Uhm... Rapi? Oppa tahu alasan pertemuan ini?"
"Aku baru selesai pemotretan sebelum kesini... Sedikit terlambat, bukan?" balas Jiyong, disusul sebuah anggukan lembut juga malu-malu sebab Lisa pun sama terlambatnya. Gadis itu harus mengurus beberapa hal sebelum datang ke hotel itu. "Orangtua kita pasti sudah makan lebih dulu, semoga mereka tidak menghabiskan semua makanannya. Aku lapar karena melewatkan makan siangku tadi," cerita Jiyong membuat Lisa ikut mengangguk. Gadis itu bahkan mengacungkan ibu jarinya, luar biasa setuju dengan harapan Jiyong sebab perutnya pun sama laparnya.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di restoran hotel itu. Sebuah ruang makan tertutup, khusus untuk pertemuan dua keluarga. Mejanya persegi panjang, dengan sepuluh kursi yang melingkarinya. Secara berturut-turut dari kursi paling kiri, duduklah Lee Sangwoo dan istrinya– Kim Soyeon– kemudian Lee Ten dan istrinya Kim Jennie. Di depan empat orang itu ada pasangan suami istri lain, Tuan dan Nyonya Kwon di paling kiri, kemudian Kim Minjoon dan Kwon Dami di sebelahnya. Dua orang yang baru datang pada akhirnya duduk di dua kursi paling kanan. Keduanya duduk berhadapan setelah meminta maaf atas keterlambatan itu kemudian sama-sama meraih sendok mereka, mencicipi sup hangat yang baru saja di hidangkan– khusus untuk mereka.
"Kau melewatkan makan siangmu lagi, Lisa?" tanya Lee Sangwoo, ayah kandungnya. "Kau tidak melewatkan makan siangmu juga, bukan?" susulnya bertanya pada Jiyong yang duduk tepat di hadapan putrinya.
"Maaf, paman, hari ini aku juga tidak punya waktu untuk makan siang," balas Jiyong, sembari mengisi perut laparnya dengan sup.
"Mereka benar-benar akan di jodohkan?" tanya Dami, menatap adiknya kemudian menatap orangtuanya. "Siapa yang akan mengingatkan mereka makan kalau keduanya sama-sama sibuk? Mereka berdua bisa mati kelaparan," komentarnya, mengejutkan Jiyong juga Lisa sekaligus.
Keduanya sama-sama sudah menduga perjodohan itu. Orangtua Jiyong sudah sering membicarakan Lisa dan pernikahan, begitu juga dengan orangtua Lisa yang terus menyuruh Lisa menikah dengan pria seperti Jiyong. Rencana perjodohan itu sudah berkali-kali mereka sampaikan sambil lalu, secara tersirat namun tidak juga membawa kemajuan. Sampai malam ini, hari yang sudah berkali-kali Lisa dan Jiyong hindari pada akhirnya datang juga. Perjodohan– hal yang sudah lama keduanya khawatirkan– akhirnya muncul di depan mata, pada malam kelaparan. Bahkan walaupun sudah diprediksi, keduanya tetap terkejut saat perjodohan itu diumumkan secara resmi.
Tidak ada alasan khusus dari perjodohan itu. Bukan karena persahabatan kedua orangtua apalagi perjanjian bisnis. Satu-satunya alasan yang mendasari perjodohan itu adalah lama kenal. Sejak muda, tuan Kwon bekerja di perusahaan milik keluarga Lee. Ayah dari Lee Sangwoo– alias kakek Lisa– yang memperkerjakan tuan Kwon di perusahaannya. Ditengah karirnya– yang saat itu menjadi manager umum– tuan Kwon diminta untuk melatih pewaris perusahaan, Lee Sangwoo. Mulai saat itulah, tuan Kwon mengenal Lee Sangwoo dan keluarga kecilnya. Bahkan saat kematian kakek Lisa beberapa tahun lalu, tuan Kwon mendapat sedikit saham dalam perusahaan itu sebagai warisan juga ucapan terimakasih atas jasa-jasanya selama ini. Tentu dengan syarat tuan Kwon harus memakai sahamnya untuk mendukung Lee Sangwoo.
Pekerjaan membuat tuan Kwon mengenal Lee Sangwoo. Sejak pria itu masih lajang dan menjadi wakil CEO muda, sampai Lee Sangwoo menikah dan mendapatkan dua orang anak. Pekerjaan juga membuat Lee Sangwoo mengenal tuan Kwon, mulai dari manager umum sampai jadi salah satu pemegang saham sekaligus penasehat kepercayaannya. Selama kurun waktu yang tidak sebentar itu, Lee Sangwoo mengenal Kwon Dami dan Kwon Jiyong berdasarkan cerita tuan Kwon. Lee Sangwoo ingat betul bagaimana kesalnya tuan Kwon saat putra bungsunya bersikeras ingin jadi anak pelatihan di agensi hiburan. Selama itu juga, tuan Kwon mengenal Lee Ten dan Lee Lisa. Seingat tuan Kwon, ia sudah dua kali ikut panik karena Kim Soyeon harus melahirkan sebelum waktunya. Sejarah keluarga mereka tidak sebentar, meski anak-anak mereka tidak pernah benar-benar saling kenal dan berteman.
"Aku benar-benar harus menikah dengannya?" tanya Lisa, juga Jiyong kepada orangtua masing-masing, di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda. Makan malam sudah selesai, mereka sudah berpisah dengan damai satu jam lalu dan kini keduanya bertanya di rumah masing-masing.
"Memangnya kenapa kau tidak ingin menikah dengannya? Kau punya kekasih?" tanya nyonya Kwon, kepada putranya yang masih tidak percaya pada kenyataan di depannya. "Lisa gadis yang baik. Dia juga tidak banyak menuntut. Kau ingat? Saat masih sekolah, dia pernah datang kesini untuk membuat kimchi bersama. Dia bisa menyesuaikan dirinya di semua tempat-"
"Bagaimana mungkin aku mengingatnya? Kejadian itu sudah hampir sebelas tahun yang lalu- atau mungkin lima belas? Itu sudah lama sekali..." jawab Jiyong, sedikit kesal sebab ia tidak pernah mengenal secara pribadi gadis yang akan dinikahinya.
Diwaktu yang sama, Kim Soyeon juga mengatakan hal yang sama. "Memang apa alasanmu menolak? Kau punya kekasih? G Dragon tidak buruk. Banyak yang ingin jadi istrinya... dia terlihat sopan di TV-"
"Dia terlihat berengsek di MV Crooked. Maksudku idol tidak selalu sama, di TV dan di rumah. Aku bahkan tidak mengenalnya. Bagaimana bisa aku hidup bersamanya?" balas Lisa, memotong ucapan ibunya yang selalu terlihat sinis itu.
Sayangnya, semua keraguan itu tidak merubah banyak hal selain kesempatan untuk saling mengenal selama beberapa hari. Orangtua keduanya memberi Jiyong dan Lisa beberapa hari sebelum memutuskan, meski pada kenyataannya keduanya tetap di desak untuk setuju.
***
Keluarga LeeKeluarga Kwon
KAMU SEDANG MEMBACA
slice of life
FanfictionKau tahu alasan kita jatuh? Kita jatuh supaya kita bisa berdiri sendiri... . . . . . Dari drama Run On, pemerannya Im Siwan.