48

686 43 17
                                    

Langkah kakinya sangat cepat menuju ke tempat Windi berada, Rei yang tadi mempunyai urusan dengan dosennya kini harus ditunda karena dia mendapat kabar jika Windi ngamuk.

"Rei cewek lo!" Seru teman satu fakultasnya menunjuk Windi yang sudah bersiap untuk menyerang.

"Arhan!"

Byur

Plak

Bugh

Windi menghajar kedua orang di depannya ini dengan amarah yang sudah diubun-ubun.

Bagaimana dia tidak ngamuk ketika melihat kekasih sahabatnya ini ingin mencium gadis lain di depannya sendiri?!

Semua mahasiswa yang melewati keributan itu langsung berhenti untuk menyaksikan, terutama para gadis yang ikut kesal juga dengan kedekatan keduanya ini. Kebanyakan dari mereka adalah penggemar Layla dan itu membuat Windi semakin berani untuk melawan si perusak hubungan ini.

"Lo apa-apaan sih Win?!" Sungut Arhan  mengusap wajahnya yang disiram minuman berwarna ke arah wajahnya.

"Masih nanya gue kenapa?! Lo goblok Arhan gue mau bunuh lo brengsek!" Umpat Windi mencari benda di sekitarnya untuk menyerang Arhan lagi.

Matanya menangkap potongan batu bata dan dia hampir melemparnya jika Rei tidak menahan tangannya.

Semua orang sudah terkejut dengan tindakan Windi yang tiba-tiba itu, "lepasin gue." Tekan Windi menatap tajam Rei.

Rei merebut batu bata itu lalu membuangnya jauh-jauh, "Rei!" Sentak Windi semakin marah.

"Lo mau jadi pembunuh?" Tanya Rei dengan wajah datarnya.

"Gue mau bunuh dia!"

"Win"

"Lo nggak usah ikut campur." Sela Windi dengan nada dingin, matanya kembali menatap dua orang ini yang kini terlihat sangat malu karena ulahnya.

Dengan kasar Windi menarik rambut Dahlia agar berjauhan dengan Arhan. Mendengar rintihan Dahlia membuat emosi Arhan terpancing juga.

"Windi!"

Bugh

Windi berhasil menendang Arhan menjauh, "diem lo brengsek."

Windi mencengkeram rahang Dahlia dengan kukunya yang panjang, sedari tadi tangannya gatal untuk menghajar gadis ini.

"Sakit, lepasin" pinta Dahlia menyentuh tangan Windi yang sangat kuat.

"Lo buat sobat gue nangis! Lo buat sobat gue sakit hati! Apa yang harus gue lakukan hah?! Woy ambil golok!" Seru Windi ke arah sekumpulan mahasiswa yang ikut menyaksikan.

Rei langsung menggelengkan kepalanya melarang mereka untuk tidak mendengarkan Windi.

"Cepet!" Teriak Windi lagi.

"Win lo gila?!" Teriak Arhan melangkah maju kembali.

"Satu langkah lagi kepala dia gue putar Arhan. Gue nggak becanda!"

Arhan kembali mematung melihat iba Dahlia yang sudah babak belur karena ulah Windi. Rei bersedekap dada menyaksikan Windi menyiksa perusak hubungan ini dengan amarahnya yang sudah diubun-ubun, jika sudah begini Rei tidak bisa menahannya atau nanti dia yang kena.

Windi kembali menatap ke arah Dahlia yang kini menciut dengan amukan Windi, kuku tajam itu semakin menusuk wajahnya, "semakin lo berontak semakin kencang gue nusuk wajah lo bitch."

"Gue jijik sama muka lo. Menurut lo, lo cantik? Nggak! Lo hanya wanita kurang belaian sampai pacar orang lo gebet juga. Nggak ada otak lo jadi cewek! Lo udah buat Layla nangis, dan gue nggak akan biarin kalian berdua lanjutin hubungan di sini lagi. Kalau sekali lagi gue lihat kalian berduaan lagi gue bakalan puter kepala lo dan cowok brengsek itu, camkan itu."

TEMPERAMEN BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang