51

991 61 15
                                    

Layla memberikan senyuman tulusnya, tidak ada kebencian di dalam matanya ketika menatap Dahlia. Bahkan Windi tidak bisa untuk tidak membenci Dahlia.

"Ini pilihan kalian, tapi gue cuma mau pesen aja. Balas dendam nggak harus ngerusak hubungan orang lain, gue tau lo benci gue karena gue berhasil buat Arhan kembali kayak dulu lagi sebelum lo ngenal dia. Dan gue nggak bisa benci kalian berdua karena gue yakin kalian ngelakuin ini pasti ada alasannya, intinya kalau mau berhubungan sama orang lain kalian harus bisa ngelepas orang yang lagi bersama sekarang, terpaksa atau nggak." Ucap Layla ke arah Dahlia yang terdiam tidak berkutik.

"Gue nggak punya hak buat ngehalangin kesenangan Arhan, benar. Gue nggak mau buat dia tertekan karena sikap gue yang ngelarang deket sama cewek manapun karena gue tau gimana rasanya terkekang."

Lalu Layla menatap Arhan, "mungkin gue bakalan nangis tujuh hari tujuh malam tapi gue nggak akan nyesel buat ngelepas lo, tau alasannya?"

Layla melirik semua orang yang kini hanya diam takut untuk membuka suara yang bisa membuat Layla pergi dari hidup mereka.

Layla tersenyum lagi, "karena lo nggak pantes untuk dipertahankan. Sekali selingkuh maka seterusnya lo bakalan selingkuh."

"Gue nggak selingkuh La! Nggak!"

Layla menatapnya lalu menengok ke arah Abdi yang diam, tanpa babibu Layla menggenggam tangannya dan menunjukannya ke arah Arhan.

"Dia sahabat gue, dan gue sekarang pegang tangannya." Ujar Layla kalem.

"Apa wajar kayak gitu? Apa pantes kayak gitu?" Tanya Layla.

Layla menggeleng pelan, "nggak sama sekali." Layla melepaskan tangan Abdi lalu melanjutkan ucapannya.

"Mungkin gue bodoh karena selalu menjaga tangan gue biar nggak disentuh cowok lain selama ini. Gue selalu inget lo kalau ada bule yang deketin gue, gue selalu jaga jarak sama mereka, gue selalu takut kalau lo tersakiti. Tapi gue salah, seharusnya gue respon mereka tanpa mikirin lo, seharusnya gue nggak jaga jarak karena ini bukan social distancing, dan seharusnya gue nggak jaga perasaan lo."

"Tapi gue juga sadar, kalau gue bersikap kayak gitu itu artinya gue nggak beda jauh sama lo dan gue benci untuk disamakan sama seseorang yang nggak menghargai perasaan pasangan."

Layla tersenyum tulus lagi menatap Arhan, "sekarang lo bisa bebas dari gue dan terserah lo mau ngapain aja gue udah nggak ada urusan lagi. Gue ikhlas ngelepas lo tanpa ada kebencian di hati gue dan mba yang terhormat, selamat anda berhasil ngerusak hubungan orang dan semoga anda tidak menyakiti perasaannya."

Layla beranjak berdiri setelah mengatakannya, "gue nggak akan pergi dari kehidupan kalian dan gue akan membuktikan kalau gue bisa hidup tanpa lo yang udah menyakiti gue. Gue bakalan gentayangan di pikiran lo"

Layla kembali tersenyum, "semoga kamu bahagia dengan dia ya, lupakan aku karena aku nggak penting buat kamu dan kehidupan kamu. Selamat berlibur"

Windi yang sedari tadi diam kini tersenyum lebar lalu menarik Layla pergi dari sana meninggalkan semua pria.

"La, Layla!" Panggil Arhan akan mengejarnya namun Abdi langsung memblokir jalan.

"Lo udah denger ucapannya, ah! Gue lega Layla nggak bodoh" ucapnya lalu menatap Arhan sangar.

"Siap-siap dengan sanksi sosial bro, siap-siap buat dihujat semua orang bahkan penggemar lo." Ujarnya menunjuk wajah Arhan.

Brian langsung pergi menyusul kedua gadis itu, dia ingin menenangkan pikirannya dulu yang tadi kalut karena kehadiran Layla.

Yuda menepuk bahunya, "ini jalan yang lo pilih. Selamat berlibur"

Semuanya kini meninggalkan Arhan dan juga Dahlia, mereka ingin menghibur Layla dan melupakan hal ini.

TEMPERAMEN BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang