Prolog

448 42 9
                                    

Suatu malam, terdengar suara jeritan dari dalam sebuah gudang kosong tak terpakai di pinggir kota. Hawa panas dan keadaan remang-remang di dalam gudang itu menambah kesan seram, di tambah lagi jeritan itu tidak berhenti dan semakin kencang setiap waktunya. Tidak ada orang yang tinggal di dekat sana, jadi tentu saja, saat ini jeritan itu tidak akan terdengar oleh siapa pun.

Srettt!!!!

"ARGHH!!!!"

Srettt!!!

"ARGHH... Tolong berhenti..."

"Cih.. Baru segitu aja udah begini. Dasar lemah," gumam perempuan itu. Tangannya melipat kembali pisau yang ada di tangannya.

"Tolong biarkan saya pergi... Saya akan melakukan apa pun asalkan anda berhenti menyakiti saya. saya mohon.."

"Memangnya bisa jalan keluar? Kaki aja udah hancur gitu. Silahkan aja kalau memang bisa keluar dari sini," tantangnya.

Jelas-jelas itu sangat mustahil untuk pria itu berjalan keluar dari gudang kosong itu. Kakinya saja sudah hancur tidak berbentuk karena perbuatan perempuan kejam di hadapannya itu. Tidak ada rasa kasihan sama sekali kepada pria di hadapannya itu.

"Lebih baik nyerah saja, diam di sini dan nikmati waktu-waktu terakhirmu di bumi untuk kehidupanmu kali ini. Atau mungkin aku bisa sedikit mengulur waktu untukmu?" tanyanya dengan senyuman menyeramkan yang terukir di wajahnya.

"Aku akan memberimu kesempatan untuk kabur. 2 menit untuk berlari keluar dari sini. Di mulai dari sekarang."

Perempuan itu menekan tombol di ponselnya dan angka di layar ponselnya mulai menghitung mundur selama 120 detik. Orang itu berusaha sekuat tenaga untuk menyeret tubuhnya yang sudah setengah hancur tidak berbentuk keluar dari sana. Dia terus menyeret tubuhnya dan meninggalkan jejak darah yang cukup mengerikan di sana.

"Pasti sangat menyakitkan ya kan? Aku memberimu pilihan dan kamu malah memilih pilihan yang sulit. Jika saja dari awal kamu menurutiku, aku akan memberimu pekerjaan yang bagus, kamu hanya tinggal memancing seseorang ke dalam gudang ini, lalu menguncinya di sini. Aku akan datang dan bermain dengannya. Kamu bisa menganggapnya hanya pertukaran untuk menyelamatkan nyawamu. Seperti itu saja. Mudah bukan? Tapi kamu malah tidak mau dan menganggap aku hanya mengancammu. Kenyataannya, aku tidak begitu."

Perempuan itu hanya berjalan perlahan mengikuti pria yang sedang menyeret tubuhnya itu. Bercak darah sudah menghiasi lantai gudang kosong itu. Terdengar suara kekehan pelan dari mulut perempuan itu. "Waktumu sisa 30 detik, apa menurutmu kamu bisa keluar dari sini?" tanyanya.

Pria itu sama sekali tidak menjawabnya. Dia hanya fokus, diam dan terus berusaha menyeret tubuhnya keluar dari sana.

"Dan 5, 4, 3, 2,"

"ARGGH!!! HENTIKAN!!!! DASAR PEREMPUAN GILA!!!" teriak pria itu.

Bahkan sebelum hitungan kesatu, perempuan itu sudah mengambil sebuah besi dan menancapkannya di kaki pria itu. Tentu saja pria itu tidak bisa menyeret tubuhnya lagi, atau bagian bawah tubuhnya akan putus.

"Waktumu habis, lihat? Jarakmu ke sana masih ada 10 meter. Menurutmu kamu sanggup menyeretnya lagi? Harus aku akui, hari ini aku cukup terhibur melihatmu membuat seni yang indah dengan tubuhmu ini. Tapi sayang, itu belum memuaskan diri ku secara tuntas," ucap nya. Pria itu tidak bisa melakukan apa pun lagi. Berusaha kabur juga sudah tidak ada gunanya. kakinya tertancap pada besi itu.

"Mari kita akhiri pertunjukan ini. Semoga kamu juga menikmati detik-detik terakhirmu di sini."

Tangannya mencabut besi tadi dan mengarahkannya tepat di atas kepala pria itu. Dia menancapkan nya tepat di dahi pria itu. Darah segar yang menciprat ke mana-mana bahkan sampai mengenai sepatu putih perempuan itu.

Setelah puas, dia mencabut kembali besi itu dan terlihatlah lubang yang cukup besar di bagian kepala pria itu.

Yap. Pria itu sudah tewas dalam sekejap oleh kekejaman perempuan itu. Tidak puas hanya membunuhnya, perempuan itu kembali mengambil pisaunya dan mencongkel kedua mata nya, membuat goresan abstrak di bagian wajahnya, lalu membelek bagian dada mayat di hadapannya itu. Tidak lupa dia memasukkan organ-organ tubuh yang bisa dia jual setelah ini.

Setelah puas, perempuan itu kembali mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, kak."

"YERIN!! DI MANA KAMU? APA KAMU TIDAK TAHU INI SUDAH MALAM DAN KAMU ADALAH PEREMPUAN!!!" bentak sang kakak dari balik telepon itu.

Reflek perempuan bernama Yerin itu menjauhkan ponsel itu dari telinganya sebelum gendang telinganya pecah akibat suara kakaknya itu.

"Aku ada di gudang biasa, ini juga dapet setoran lagi habis ini, tapi bawa mobil biasa, mau buang sampah dulu," ucap Yerin dengan sangat santai, atau mungkin terlalu santai.

Dia bisa mendengar suara helaan nafas dari kakaknya itu. "Baiklah, tunggu di sana dan jangan kemana-mana, bersihkan jejakmu jangan sampai ada yang tahu," suruhnya.

"Ya aku tahu, kakak cepatlah."

Tangannya mematikan telepon itu dan melihat sekelilingnya. Darahnya sangat banyak. Ini adalah bagian yang paling Yerin tidak sukai. Jika dirinya harus membersihkan semua perbuatannya hingga tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Karena itu adalah tempat yang biasa Yerin gunakan untuk bermain dengan korbannya, jadi semua yang dia butuhkan untuk membersihkan tempat itu sudah ada di sana.

Tapi untuk berjaga-jaga, Yerin selalu memakai sarung tangan sebelum menyentuh apa pun di sana. Termasuk sebelum membunuh korbannya. Jadi tidak akan ada sidik jari yang menempel di sana sama sekali. Itu alasan sampai detik ini Yerin sama sekali tidak pernah tertangkap atas kasus pembunuhan puluhan orang yang hilang tanpa jejak.

Mata Yerin kembali melihat ke arah mayat yang sudah tidak berbentuk itu.

Dalam batinnya, Yerin sudah bertanya-tanya kenapa kakaknya itu belum sampai juga, padalah rumah mereka ke tempat itu tidak jauh dan sama sekali tidak macet.

Cklekkk...

"Sudah puas bermain adik kecil ku?" tanyanya.

Dia berjalan ke arah Yerin.

"Dasar lambat, cepat bantu aku singkirkan dia dulu baru pulang."

"Kamu adalah adik paling menyebalkan, mengerikan dan menyusahkan, Jung Yerin."

"Dan kamu adalah kakak paling lambat, bawel, dan juga playboy, Jung Jaehun." balas Yerin yang tidak mau kalah.

"Terserah saja, dan ini... untuk apa?" tanya Jaehun sambil mengangkat sekantong organ tubuh segar di dalamnya.

"Aku berencana menjualnya, dan membeli apartemen baru mungkin," jawab Yerin dengan sangat santai.

Jaehun tahu kalau isinya adalah organ tubuh manusia, itu bukan hal yang aneh lagi untuk nya. Yerin sudah sering melakukan ini. "Memangnya uangmu sudah habis?" tanyanya.

Yerin menggeleng. Tangannya masih sibuk merapikan barang-barang yang dia pindahkan tadi.

"Jangan serakah, kalau belum habis tidak perlu melakukan ini, kalau kamu butuh uang, aku akan memberikannya."

"Aku tidak ingin merepotkan kakak terus, lagi pula kalau tidak kita jual juga cuma di kubur gitu aja kan?"

"Tapi setidaknya mereka di kubur dengan tubuh utuh Yerin, kamu udah bunuh mereka dengan sadis terus kamu kubur dengan keadaan jasad yang kosong juga? Ya, kakak tahu kamu ga punya perasaan tentang itu, tapi orang lain punya, jadi tidak usah menjual organ tubuh manusia lagi, kakak akan berikan kamu uang jajan saja."

"Terserah kakak, sekarang itu kita singkirin dulu."

Jaehun hanya bisa membantu membereskan kekacauan yang adiknya buat. Percuma jika di kasih tahu juga tetap aja ga bakal di denger. Sekarang jawab iya, besok juga udah lupa lagi. Itulah adik satu-satunya Jaehun.

TBC

Psycho GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang