Serendipity - 01

36 11 20
                                    

Pagi hari ini bagi Ghea adalah bagi yang biasa - biasa saja, dia memulai aktivitas paginya dengan menyapu kelas dikarenakan dia mendapat jadwal piket hari ini, jadi dia harus memastikan kelas sudah bersih dan rapih sebelum Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) berlangsung. Sebenarnya dia memiliki 3 teman piket yang harusnya membantunya saat itu namun membayangkan mereka memegang alat kebersihan saja mustahil.

'tok'

'tok'

'tok'

Suara hentakan kaki yang kompak itu memenuhi lorong sekolah, seakan suaranya lebih nyaring dibanding dengan sepatu lainnya.

Tak berselang beberapa lama muncul tiga orang pelajar perempuan berdiri di depan pintu, mereka bertiga sama - sama melipat tangannya di depan dada.

"Ghea!" panggil salah satu dari mereka.

Ghea yang sedang menyapu pun langsung menoleh ke arah sumber suara.

Mereka bertiga masuk ke dalam kelas itu dan memastikan bahwa kelas benar - benar sudah bersih.

"Udah lo sapu semua?"

"Hmm.." sahut Ghea.

"Bagus deh, jangan sampai ada debu sedikit pun, nanti dikira kita gak becus bersihin kelas."

'Kita? Orang gue sendirian yang bersihin kelas.'

"Iya, yaudah gue buang sampah ini dulu." Ghea sudah bersiap pergi sebelum salah satu memanggil namanya.

"Ghea, tunggu!"

Ghea berhenti saat sudah sampai di depan pintu dan menatap mereka lagi, "kenapa?"

"Biasa."

Ghea membalikkan badannya dan mengepalkan tangannya, tapi dia berusaha mengendalikan emosinya.

"Beliin gue es di kantin, gih! Haus banget nih." Ujar Chika.

"Gue harus buang ini dulu. Belum lagi ngelap jendela." Jawab Ghea.

Chika berdecih, kemudian perempuan itu maju selangkah. "Ghea, Ghea... Lo tinggal nurutin apa yang gue bilang bisa gak, sih?"

"Masih mending kita mau temenan sama lo. Coba kalo enggak? Gak punya temen deh lo." Tukas Linda pedas.

Bunga memperhatikan kedua temannya itu kemudian menghela napas, "lo bisa gak sih nurutin apa yang kita bilang? Gak usah ngebantah."

"Udah sana beliin, gue juga haus. toh, uang lo juga bakal diganti." Sambung perempuan itu.

"Ck! Ribet banget sih lo. Buruan sana! Ini sisanya biar kita yang beresin." Ujar Chika dengan geram.

Ghea menghela napas pelan sebelum akhirnya dia keluar dari sana. Melawan pun tak akan berguna.

Dia melangkah pergi meniggalkan kelas dengan tiga makhluk didalamnya yang sedang mencak-mencak.

'Tak!'

Chika membanting sapu yang tersender pada meja, dia yakin 100% sapu itu yang tadi Ghea pakai untuk membersihkan kelas.

"Kesel banget gue sama tu anak!" Ujar Chika, "lama-lama makin songong aja. Emang dia siapa?" sambungnya.

"Gue juga sama keselnya. Udah, lah. Mending kita rapihin peralatan ini sama ngelap jendela." Bujuk Bunga, perempuan itu mengambil lap kain dan menyerahkannya ke Chika.

Namun, Chika tak kunjung menerima itu.

Chika tersenyum miring, "lo aja sana! Ngapain nyuruh gue?"

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang