Jake menampar dirinya sendiri. Dengan terburu turun dari meja dan mengambil gulungan kertas yang sempat terjatuh. Dengan cepat ia berlari keluar dari bangunan sekolah untuk pulang. Meninggalkan tas Sunghoon sendirian. Biarlah meski Sunghoon menyuruhnya untuk menunggu. Jake terlampau malu.
Sial. Apa yang sudah ia dan Sunghoon lakukan tadi?!
-
-
-
-
-
Bunda Jake memiringkan kepalanya, makan malam dengan sang anak terasa hambar karena Jake hanya diam saja sedari tadi. Mengaduk makanannya kesana, kesini. Hanya dibejek bejek saja. Dikiranya dia sapi yang sedang membajak sawah apa? Tunggu, apa sapi membajak sawah?
"Yoonie?" tanya bundanya dengan hati hati, "Ada apa? Kenapa kamu melakukan pekerjaan sapi begitu?"
Jake menghela napas, "Kerbau yang membajak sawah, bukan sapi." ucapnya masih sambil mengaduk makan malamnya. "Ya, ya! Apapun itu."
"Biasanya kamu cerita sama bunda kan? Kenapa kali ini diam saja?" ada nada khawatir yang tersimpan dalam pertanyaan sang bunda. Sebab memang tidak biasanya. Melihat Jake yang malah menggaruk kepalanya yang diyakini bersih dari kutu itu, nyonya Shim menghampiri anaknya.
"Huh? Apa ini?"
Nyonya Shim memegang leher anaknya yang ditandai warna kemerahan. Tentu saja ia tahu apa itu. Pengalaman bertahun tahun mengajarkannya. Ekhem, "Jake....tanda merah apa ini?"
Jake terkesiap mendengar ucapan sang bunda. Jantungnya sedikit bertalu. Lantas ia tutupi dengan tangannya. Shit! Sunghoon sialan. Menyalahkan Sunghoon, adalah hal yang pasti.
"Oh! Anu..." Jake menatap bundanya panik. Disaat begini entah mengapa pikirannya kosong. "Kamu habis-"
"YOONIE GAK HABIS DICIUM SIAPA SIAPA KOK!"
Lah, tolol.
Ucapan sang bunda dipotong oleh Jake yang panik. Namun kepanikannya itu malah membuat ia membeberkan kejadian tadi. "Hoo?" sang bunda menunjukkan raut wajah yang menggoda. "Siapa orangnya?"
"BUKAN SIAPA SIAPA!"
Jake berdiri terburu, kemudian lari menuju kamarnya yang berada di lantai atas sambil merutuki diri. Bisa bisanya ia malah keceplosan begitu.
Ia melihat cermin dan memeriksa lehernya. Benar saja, sebuah tanda kemerahan terpampang secara jelas. Jake mengumpat pelan. Bayangkan, selama perjalanan pulang tadi -karena ia pulang menggunakan bus- bagaimana jika ada yang melihat? Akan dianggap siswa macam apa dia?
Menghentakkan kakinya frustasi, ditambah Jake yang mengacak rambutnya hingga kusut. Ia menghela napas, kemudian mengambil hpnya yang berada diatas nakas. Mengirim foto dirinya pada Sunoo dan Jungwon dengan pertanyaan 'Wajah gue oke, kan?' tanpa memikirkan kejadian yang akan datang nanti.
Tidak berapa lama, Sunoo menelpon. Belum sempat Jake membalas halo, anak itu sudah bertanya lebih dulu. "Bibir lo bengkak amat kak. Habis cipokan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
P A N C O | Sungjake
Fanfiction"Yang kalah panco jadi pihak bawah." "Deal." It was at this moment that Jake knew, he fucked up.