Air Wudhu

818 52 1
                                    

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

Bad Summary :

Sasuke dan Sakura bertengkar karena perbedaan pendapat hingga Sarada pun datang menengahi sekaligus memberikan pelarajan bagi kedua orang tuanya.

Leght : One Shot, short stories and the simple dialogues

Rated : K+

Pair : SasuSakurSara

Warning : AU, OOC, Bahasa dan diksi acak-acakan, typo bertebaran, ide mainstream, Judul ga nyambung -ISLAMIC CONTENT.!

Don't like, don't read

.

.

Hujan memang berkah, hujan memang nikmat, hujan memang rejeki yang patut untuk kita syukuri. tapi terkadang kita juga repot jika hujan deras mengguyur tak henti-henti. Meski banyak ladang yang sudah dengan sendirinya diairi, namun banyak juga hal lain yang terpaksa harus ditunda dikerjakan nanti.

Banyak orang yang terpaksa harus berteduh karena tak mau basah atau kedinginan, meski begitu ada pula orang yang dengan sengaja berlarian dibawah tetesan air hujan.

Sudah sejak siang hujan mengguyur desa konoha, terlihat Sarada yang mulai cemas karna sang ayah tak kunjung pulang padahal hari sudah mulai petang. Saat Sasuke berada didesa (tidak menjalankan misi) ia selalu pulang sebelum makan malam, tak pernah absen meski badai menghadang. Karna baginya, pekerjaan adalah nomer 2 setelah keluarga. Tapi entah karena apa hari ini ia sedikit terlambat, membuat anak dan istrinya khawatir. Padahal pagi tadi sudah berkata bahwa sore ini akan pulang cepat.

"Ibu, apa aku harus menjemput ayah dengan payung.?" bocah berumur 6 tahun ini sudah bertanya dengan pertanyaan yang sama sebanyak 5 kali.

Sang ibu tersenyum sebelum menjawabnya, "Tidak usah sayang, sebentar lagi ayahmu pasti pulang." Dengan sabar ia menasehati.

Sarada kembali menidurkan kepalanya diatas meja makan dengan tangan kiri sebagai bantal sedangan Sakura masih sibuk dengan peralatan masaknya. Sarada mengetuk-ngetukkan jemarinya pada meja, menunggu adalah sesuatu yang merepotkan baginya. Selain itu ia sangat khawatir apabila terjadi sesuatu pada ayahnya mengingat hujan diluar begitu lebat.

Sakura sudah selesai dengan masakannya dan Sarada sudah hampir terbang ke alam mimpi jika saja tidak terdengar suara salam dari depan rumah, itu adalah sang kepala keluarga. Cepat-cepat Sarada membuka matanya lebar-lebar lalu turun dari kursi dan berlari menuju pintu depan diikuti dengan sang ibu yang menenteng handuk ditangannya.

"Tidak usah berlari Sarada." Ucap Sakura memperingati.

"Ayah." Sarada langsung mendekati Sasuke dengan merentangkan kedua tangannya. Tapi belum sempat sampai pada pelukan sang ayah Sarada sudah ditarik oleh sang ibu.

"Ayah basah sayang, biarkan ayah mandi dulu ya. Setelah itu kita makan bersama."

Sasuke memberikan persetujuan dengan senyum lebar dan sebuah anggukan, ia mengelus surai hitam sang anak lalu berjalan masuk sambil mengelap rambutnya yang basah dengan handuk yang sebelumnya diberikan oleh Sakura. Meskipun dengan bibir yang masih manyun akhirnya Sarada mengangguk dan mengikuti sang ayah masuk bersama sang ibu.

.

.

"Ayah kenapa pulangnya lama sekali.? Apa pekerjaan dari paman Hokage banyak.?" Tanya Sarada setelah mereka sudah ada dimeja makan menunggu Sakura yang sedang menata piring dan mangkuk.

Tugas Seorang Imam (SasuSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang