Ingin Seperti Mama (Oneshot)

225 31 3
                                    

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto

Bad Summary :

Sarada ingin sekali bisa seperti mamanya yang kuat dan serba bisa.

Leght : One Shot, short stories and the simple dialogues

Rated : K+

Pair : SasuSakurSara

Warning : AU, OOC, Bahasa dan diksi acak-acakan, typo bertebaran, ide mainstream, Judul ga nyambung

Don't like, don't read

.

.

Pagi-pagi sebelum sarapan disiapkan, gadis kecil berusia 5 tahun itu tengah duduk dengan tenang memperhatikan dengan seksama layar televisi yang menayangkan acara kartun super hero. Ditangan gadis itu terdapat sebuah bungkus chiki yang sudah terbuka dan isinya sudah hampir habis. Disampingnya ada seorang pria dewasa yang tengah membaca sebendel koran. Bisa dipastikan pria itu adalah ayah sang gadis.

Hari ini hari Minggu, hari dimana Sarada libur sekolahnya. Disaat yang sama sang ayah, Uchiha Sasuke juga baru saja kembali dari menjalankan misi diluar desa. Dirinya diberikan libur beberapa hari oleh sang Hokage yang juga adalah sahabatnya sendiri. Tentu saja kesempatan tak ia sia-siakan, Sasuke telah berencana untuk menghabiskan waktunya seharian menemani putri kecilnya bermain. Sekaligus beristirahat dari penatnya mengurusi pekerjaan.

"Waahhh, papa lihat itu deh.. super heronya keren banget." Celoteh sang gadis sembari menarik-narik ujung kaos sang ayah.

"Mana Sarada. Itu kan hanya akting sayang." Sanggah si ayah.

"Tapi pasti dia kuat dan hebat sepeti tuan Hokage. Besok kalau aku sudah besar aku ingin menjadi kuat sepeti tuan Hokage juga." Ujar Sarada dengan penuh semangat, mata kelamnya berbinar-binar memancarkan sinar harapan yang begitu terang, seolah dimasa depan gadis itu bisa menerangi seluruh dunia.

Jauh dilubuk hatinya, Sasuke dan Sakura selalu merapalkan doa demi keberhasilan Sarada, juga agar dijauhkan dari kutukan kebencian yang kerap kali menghantui klan Uchiha. Namun dibalik itu, Sasuke dan Sakura pun begitu yakin bahwa Sarada nantinya akan menjadi gadis yang berpengaruh dalam kedamaian dunia.

"Iyaa,, kamu mau tahu tidak kalau dirumah kita juga ada super hero.?" Tanya Sasuke.

"Ehh, memangnya ada.? Dimana, tolong beritahu aku papa." Pinta Sarada dengan mengatupkan kedua telapak tangannya didepan wajah.

Sasuke Tersenyum dan mengacak surai hitam putrinya dengan gemas kemudian menunjuk dengan dagunya ke arah wanita yang tengah menyapu ruangan rumah mereka. Sarada yang melihat sosok ibunya hanya bisa mengernyitkan dahinya, heran dengan jawaban sang ayah.

"Mamamu itu super hero loh, mama itu punya kekuatan super. Bisa ngangkat galon, bisa ngangkat tabung gas, bisa masak, bisa apa-apa deh. Sudah gitu mama masih harus kerja di rumah sakit." Terang Sasuke dengan suara sedikit memelan, takut jika istrinya mendengar. Sedangkan Sarada manggut-manggut mengerti, sesekali dilihatnya sang ibu yang masih belum selesai menyapu didekat mereka.

Tak bisa ditutupi lagi, bahwa kini Sasuke pun juga begitu mengangumi sosok Sakura. Wanita itu dulunya memanglah hanya seorang gadis lemah. Namun, seiring berjalannya waktu kelemahannya pun berubah menjadi kelebihan. Kini Sakura telah menjadi perempuan yang begitu kuat dan menginspirasi. Dan Sasuke bersyukur, Sakura memilihnya dan memberikannya putri kecil yang manis dan pandai.

"Kalau kamu ingin jadi super hero, kamu harus bisa jadi kaya mama." Lanjutnya.

"Ohh, gitu ya. Baiklah kalau begitu aku mau bantu mama."

"Ya, sudah sana. Papa mau ke kamar mandi sebentar."

Sarada mengangguk dan meletakan bungkus chikinya diatas meja lalu berlari mendekati Sakura. Sedangkan Sakura yang melihat kedatangan putrinya hanya tersenyum dan berkata

"Hati-hati sayang, mama sedang menyapu."

"Mama, biar aku saja yang menyapu."

"Ehh, ada apa sayang kok tumben tiba-tiba mau bantu mama.?" Kata Sakura dengan penuh selidik namun diiringi dengan senyum yang begitu hangat. Sarada tak menjawab justru langsung meminta sapu yang ada digenggaman sang ibu.

"Ya sudah, kalau begitu Sarada nyapu mama mau masak sebentar buat sarapan ya." Sakurapun hanya terkekeh dan berlalu pergi ke dapur meninggalkan Sarada yang melanjutkan kegiatan menyapunya. Meski sedikit kesulitan karena panjang gagang sapu yang hampir menyamai tingginya, perlahan-lahan Sarada akhirnya mampu membersihkan lantai ruang tamu yang sebelumnya disapu oleh sang ibu.

Setelah selesai, Sarada meletakan sapunya pada tempat yang ada. Tak melihat sang ayah yang sepertinya masih berada dikamar mandi, gadis itu berinisiatif untuk melihat kegiatan sang ibu didapur. Ia berjalan mengendap agar tidak ketahuan.

Sarada mengintip dari balik pintu dapur, melihat Sakura yang sedang mencicipi kuah sup yang sedang dimasaknya diatas kompor dengan sendok kecil. Selain itu Sarada pula melihat Sakura tengah mengangkat galon untuk dipasangkannya pada disprenser, tapi belum sampai pada tujuannya tiba-tiba saja cerek yang tengah digunakan untuk merebus air berbunyi menandakan air tersebut sudah mendidih. Mau tak mau Sakura menaruh kembali galonnya dilantai untuk mematikan kompornya dulu.

Pada kesempatan itu Sarada mendekati galon yang masih ada dilantai kemudian, ia berusaha untuk mengankatnya sendirian menuju ke disprenser. Tentu saja Sarada tidak kuat meskipun sudah berusaha dengan sekuat tenaga mengangkat salah satu sisi galon. Hingga akhirnya galon tersebut jatuh dan membuat air didalamnya tumpah.

-brakkk.! Glek -glek -glek...

Cepat-cepat Sakura menoleh kearah sumber suara, wanita itupun terkejut ketika melihat galonnya jatuh dengan air yang tinggal separuhnya namun tak ada siapapun disana. Karena setahunya Sarada masih menyapu diruang tamu juga suaminya yang masih ada dikamar mandi. Beberapa saat mencoba berpikir kemungkinan yang terjadi akhirnya Sakura terenyum, karena tahu ini ulah putrinya.

.

.

Sasuke dan Sakura terkekeh pelan saat memasuki kamar Sarada. Setelah mencari kemana-mana, akhirnya anak itu ketemu sedang bersembunyi dibalik gorden jendela kamarnya. Rupa-rupanya dia takut kalau dimarahi oleh sang ibu karena baru saja menjatuhkan sebuah galon.

"Sarada.? Ngapain ngumpet disitu sayang.?" Panggil Sakura sembari mendudukan dirinya dipinggiran ranjang Sarada. Sedangkan Sasuke masih melihat tingkah sang anak dari ambang pintu kamar. Karena sudah ketahuan, mau tidak mau Sarada akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya.

"Kok, mama tahu kalau aku ngumpet disini.?" Tanyanya dengan wajah lesu.

"Ya tahu dong sayang, mama kan punya penglihatan super." Kata Sasuke lalu mengandeng Sarada mendekat pada sang ibu.

"Maafin aku ya mama, aku pengen banget kuat kaya mama. Kuat ngangkat galon... terus, bisa cicipi sup panas." Kata Sarada dengan kepala yang masih menunduk. Namun, sejurus kemudian Sakura memegang dagu sang anak memaksa gadis itu untuk menatap matanya.

"Aku bolehkan kaya mama.?"

"Boleh sayang. Yang penting pas dengan kemampuan Sarada. Nahhh, sekarang mama sama papa mau makan nih, Sarada mau ikut ngga.?"

"Mau." Jawab Sarada dengan penuh semangat membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia.

.

.

END

VC

.

.

Duh, kok jadi kaya fic anak-anak gini ya. Pengen diterusin biar panjang, tapi kayaknya feelnya ndak bagus.

Tugas Seorang Imam (SasuSaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang