|8

648 98 73
                                    

Happy Reading!

"Hai..." suara canggung menyelinap di antara dua anak Adam. Sapaan yang akhirnya terucap setelah hampir setengah jam berhadapan, setelah hampir selusin pertemuan dalam dua bulan. "Bagaimana kabarmu?"

Yoongi tercenung, menatap kearah lain daripada menatap sosok di seberangnya. Memilih diam seribu bahasa.

"Yoon.. aku minta maaf" ucapnya penuh sesal.

Yoongi masih terdiam, namun ada sesuatu yang menggelegak dalam hatinya. Rasa tak terima berderak di tenggorokan. Entah kekuatan dari mana membuat Yoongi akhirnya berseloroh asal,

"Kalau kau hadir entah dari mana tiba-tiba
meminta aku untuk kembali padamu, kau sudah terlambat. Kau terlambat enam tahun."

Namjoon menatap Yoongi nanar, bingung tapi juga terpukau, Yoongi masih lah sama. Masih sosok yang sama, yang dia kenal enam tahun lalu. Masihlah Yoongi yang sama, yang selalu tahu isi pikirannya tanpa perlu menatap matanya. Yoongi yang manis dan manja padanya, Yoongi tetaplah sama dengan ambisi-ambisinya. Namun, sikap tindakan masa lalunya membuat orang paling dicintanya kini berbeda, semuanya sama kecuali perasaan dan pandangan matanya.

"Kau banyak berubah ya, tapi apa begitu caramu menyapa ku Yoon?" ucap Namjoon kontradiktif dengan pikirannya.

"Aku tidak berubah. Aku hanya menjadi apa yang sikapmu bentuk. Jika menurutmu aku jahat, tanyakan pada dirimu sendiri kenapa aku bisa menjadi seperti ini."

Seolah bisa membaca pikirannya, Yoongi kembali membalasnya dengan nada getas.

"Karena itulah aku datang-..

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Yoongi kembali memotongnya.

"Setidaknya aku tahu, tidak berakhir denganmu, kurasa rencana Tuhan jauh lebih baik."

Yoongi benci dirinya yang harus dihadapkan pada keadaan seperti ini, di mana dirinya harus sekuat tenaga menolak tatapan lembut dari sosok yang belum sepenuhnya dia lupa, menepis pelukan hangat yang dulu tempatnya menemukan rasa hangat dan aman. Tapi sikap pengecut Namjoon lah yang membuat hal-hal yang semula begitu terbangun baik kini hancur berkeping, kepercayaan.

Namjoon di sisi lain meneguk ludahnya, terasa begitu pahit dan perih. Menatap Yoongi-nya menahan tangis, tapi dia tak lagi punya hak untuk, setidaknya memeluknya saat ini walau jarak diantara mereka hanya terhalang meja.

Entah bagaimana, kenangan kembali membawanya pada saat itu. Pada hari di mana Yoongi memintanya jangan menyerah dengan setulus hati namun keesokan harinya dengan pengecut dia pergi setelah pertengkaran yang sengaja dia buat sendiri. Dia masih ingat setiap katanya, getar permintaannya, nada tulusnya.

"Aku tahu aku keras kepala. Kadang aku marah di masalah-masalah kecil. Kadang aku mengeluh di hal-hal biasa. Ada hari di mana aku bahagia sekali, tapi ada hari di mana aku bosan dengan diriku sendiri." Yoongi menyamankan posisinya di pelukan Namjoon pada malam itu, mendusel pada lehernya dan mengecupnya singkat sebelum melanjutkan ucapannya. "Jadi jika kau bosan, aku tidak menyalahkan mu. Tapi jika boleh meminta, tolong jangan menyerah."

Getar ponsel melemparkan Namjoon kembali pada realita, menatap ponsel kemudian pada Yoongi yang sudah terlihat lebih tenang. Jimin, mantan suaminya mengirim pesan.

Bukan Yoongi namanya jika tak jeli, ada foto Namjoon dan Jimin, sahabatnya yang tengah mencium sosok anak laki-laki berumur 5 tahun. Yoongi tahu maksudnya, inilah alasan Namjoon meninggalkannya.

Enam tahun lalu, kabar Jimin mengandung anak Namjoon yang saat itu masih berstatus kekasihnya benar-benar menamparnya. Dan kini berita perpisahan Namjoon dan Jimin juga tak kalah mengejutkannya.

Tak mau kilas balik kenangan pahit itu menelannya, dirinya dengan cepat beranjak saat Namjoon terlihat sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Namjoon mendongak kala melihat Yoongi yang sudah akan meraih pintu kafe yang lengang. Buru-buru berlari, meraih lengan Yoongi lalu hal selanjutnya membuat Yoongi terpana. Namjoon mengecup bibirnya, begitu lembut, begitu penuh kerinduan, dan Yoongi hampir saja membalasnya jika saja dirinya tak sadar dering ponselnya menginterupsi.

Pesan dari LINE, pop-up dengan nama kontak Taehyung yang tertera di layar.

Yoongi tertegun saat melihat isinya. Seketika berlari sembarang ke arah mobil dengan tergesa. Meninggalkan Namjoon yang terkesima.

Lagi-lagi, dirinya dibuat menahan air mata yang sudah berulang kali di tahan nya, namun kali ini meluncur dengan kurang ajar hanya karena dia kembali menerima pesan singkat yang tak diduganya dari orang yang paling dia rindukan selama hampir setengah tahun lamanya.

Taehyung boo 🐻

Hei, jika ada waktu apa kau mau menemui ku di pantai sokcho?
_______________________________________

A happy birthday to the most precious and beautiful human being... Our Kim Taehyung 💜💜 /sorry telat <3 <3

and hi! setelah tadi mendapatkan pencerahan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan visi dari book ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

and hi! setelah tadi mendapatkan pencerahan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan visi dari book ini. Semoga bisa sampe selese ya hehe, dan aku harap kalian masih inget dengan work ku yang satu ini, walau sudah usang dan berdebu wkwk

^btw chap ini sengaja aku tulis untuk kontinuitas dari chapter 2 soal seseorang di masa lalu Yoongi. Karena rasanya ngga adil kalau cuma bahas masa lalu Taehyung doang.hehe

Tbc-,

ENCOUNTER | TaeGi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang