2. Kenangan Buruk

8 2 0
                                    

Nikhaya sedang memakai sebuah baju yang sedang dimodelinya. Ia sangat tidak terfokus untuk berfoto saat ini, entah kenapa tetapi ia seperti mengenal baju yang sedang dimodelinya tersebut.
     Mbak Rohisa, seorang pekerja di Butik yang bertugas memotret merasa kebingungan karena foto yang diambilnya sedari tadi tidak ada yang bagus atau tidak pas.
     Sudah hampir 20 menit kami memotret untuk model. Tetapi mbak Rohisa tidak menemukan foto yang pas. "Dek Khaya, geser dikit..." Katanya sambil memosisikan tubuhku. "Hah?" Akupun bergeser. "Mbak masih lama nggak?" Tanyaku pada mbak Rohisa.
     Akhirnya pemotretanpun selesai, aku langsung pergi ke ruang tamu dan menonton Tv sambil nyemil.
     Pandanganku memang fokus pada Tv, tapi fikiranku sedang bunyar memikirkan betapa enaknya memiliki saudara adik atau kakak atau bahkan kembaran yang setiap hari selalu ribut juga tak apa. Aku selalu merasa kesepian dirumah. Tak pernah ada yang bisa ku ajak bermain.
     Tiba-tiba bi Mona yang sedang menyapu pun datang "Non Khaya.. Kenapa non diam saja? Mau bibi buatkan susu?" Tanya bi Mona sambil terus menyapu. "Nggak bi, makasih.." Bi Mona menataopku dari samping. "Hayoo... Non Khaya lagi mikirin pacar ya???" Goda bi Mona.
     "Nggak ih apaansih bibi ini..." Bi Mona pun tertawa. "Hahaha.. Kalau cewek kan biasanya diam begitu galau mikirin cowok..." Jawabnya. "Non hari ini kayak kesepian mulu? Makannya bibi tanya gitu." Lanjut bi Mona. "Iya bi, Khaya galau. Galau kalau nggak ada temen dirumah," Jawabku sambil bercanda "Hahaha.. Nanti kalau ada malah berantem loh.. Kayak bibi...". "Memangnya bibi punya adik?". "Iya, jangan salah. Adik bibi ada tujuh loh..." Jawab bi Mona. Aku kaget bukan main "Hah??? Tujuh adik???" Kagetku saat mendengar jumblah adik bi Mona.
     "Iya.. Adik pertama bibi namanya Marisha, dia orangnya sangat ribet, suka menggangguku kalau sedang mengerjakan sesuatu. Adik kedua bibi namanya Kori. Ia adik laki-laki yang pendiam. Tapi ia pandai, ia sangat susah diajak bercanda karna ia tidak suka humor. Adik ketiga bibi namanya Naufal, dia sangat kreatif dalam hal apapun, sampai pernah ia menggantikan sadel sepeda dengan tongkat bekas sapu dan bantal, entah bagaimana caranya bisa masuk ke lubang sadel sepeda." Aku ingin tertawa, tetapi malu karena bi Mona sudah melirikku, "Lucu ya??? Tidak apa-apa, bibi juga sangat geli dengan tingkahnya."
     "Adik keempat bibi namanya Annisa, ia sangat pintar mengaji dan menyukai keagamaan. Katanya ia ingin menjadi guru mengaji, sekarang ia kelas 2 SMA. Adik kelima bibi namanya Annisma... Ia adalah adik kembar Annisa, sikapnya sangat bertolak belakang, jika Annisa sangat menyukai keagamaan, tetapi Annisma sangat menyukai gaya anak zaman."
     "Wah sifatnya sungguh jauh berbeda." Gumamku. Untung saja bi Mona tidak mendengar atau pura-pura tidak mendengar, entahlah. "Adik keenam bibi namanya Makhrij, ia juga sangat religien, seperti Annisa, sekarang ia kelas 1 SMP, kau tahu? Makhrij suka bercerita pada bibi, katwnya ia malu jika berjalan dengan Annisa..." Ucap bi Mona sambil tersenyum kecil.  Aku penasaran, tetapi aku hanya diam menunggu kelanjutan kata yang akan diucapkan oleh bi Mona lagi.
     "Katanya, ia seperti orang berpacaran..." Deg.. Lagi-lagi soal pacaran yang ia ucapkan, membuat segala fikiranku tentang kampung halaman dan teh Widya bunyar. Dan sekarang fikiranku terpenuhi oleh rasa penasaran akan wajah adik bi Mona yang satu ini. Aku merasa sudah pernah mendengar, melihat atau bahkan mengenal. Tetapi entah dimana.

     Karna aku merasa canggung, aku akan mencari topik pembicaraan lain. "Oh iya, katanya adik bibi ada tujuh, satu lagi?" Tanyaku pada bi Mona. Bi Mona menarik nafas pelan, terlihat dari wajahnya ada kesedihan. Seperti ada suatu kejadian yang telah terjadj.
     "Adik terakhir bibi adalah saat melihat wajah pertemuan terakhir bibi dengan Ibu dan dirinya..." Ucap bi Mona hampir meneteskan air matanya. Aku mengerti, aku tidak akan menanyakannya lebih lanjut lagi. Aku mengambil remot Tv dan melihat kearah film yang sedang berlangsung.
     "Wah bi, lihat itu! Korban tabrakan motor terserempet mobil.." Ucapku pada bi Mona. Bi Mona hanya bergumam dan melanjutkan pekerjaannya.

-><-

     Malam ini aku ingin tidur, aku memakai krim sebelum tidur. Ini memang kebiasaanku dari kelas 5 MI, aku disuruh Bunda untuk memakai kecantikan.
     Setelah aku selesai nemakai krim, aku hendak keluar kamar untuk pergi ke kamar mandidan menggosok gigi. Namun sebelum itu aku sedikit terpaku melihat sebuah foto di bingkai yang berisi diriku dengan seorang anak perempuan kecil yang seumuran denganku.
     Nikhayu, dia adalah teman kecilku yang sangat setia, bahkan ia setiap malam tidur bersamaku. Aku merasa bahwa dirinya adalah kakakku, karna ia sangat bijaksana dan adil terhadapku.
     Tetapi suatu hari terjadi pertengkaran antara aku dan Kayu (Nikhayu) hingga Ayah marah dan selalu mengomeli Kayu. Semenjak saat itu Kayu teihat tak terlalu bahagia lagi dirumah karena selalu diomeli oreh Ayah. Padahal, keesokan hari setelah aku bertengkar dengan Kayu, kami sudah berbaikan kembali. Namun Ayah masih saja memarahi Kayu. Ayah seperti sangat membenci Kayu.

-><-

     Hingga dua minggu kemudian, Ayah, Bunda dan Kayu berkumpul dikamar Bunda. Aku tidak ikut berkumpul disana karena aku sedang sakit demam. Aku dijaga oleh bi Mona, aku menanyakan tentang Kayu pada bi Mona, katanya Kayu sedang dikamar Bunda.
     Esok hari kemudian aku mendengar suara gedeblak-gedebluk kecil disekitar kamarku. Kupikir Kayu memang sudah bangun, aku mengabaikannya dan kembali tidur, tiba-tiba ada yang membangunkanku. Aku mencoba membuka mata dan kulihat Kayu membawa ransel tas dan terburu-buru seperti ingin mengucapkan sesuatu padaku.
     Aku membenarkan posisi dan duduk untuk meladeni Kayu yang malam-malam membangunkanku. Kalau misalkan aku tidak sakit sih tak apa. Ku pikir ia hanya minta diantar ke toilet. Jadi aku merasa sedikit emosi padanya.


 


                       

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Where is my hometownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang