1 .Prolog

29 5 9
                                    

     Nikhaya adalah anak dari keluarga ternama, Ibunya seorang pemilik butik ternama dan Ayahnya seorang direktur suatu perusahaan besar. Setahu dirinya, ia tidak memiliki adik ataupun kakak, namun, ia mempunyai seseorang didalam masa kecilnya yang samar - samar memiliki kakak. Namun ia tidak tahu betul tentang Kakak tersebut. Karena ia telah melupakan masa kecilnya. Ia adalah anak yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya.
    
     A hidup berbahagia, namun satu hal yang tak pernah ia tahu, dimana kampung kelahirannya.

     Ayah dan Bunda Nikhaya memang tidak pernah sama sekali memberitahukan tentang masa lalu Nikhaya padanya. Setiap ia melihat foto masa kecilnya dan bertanya "Yah, ini dimana?" Ayahnya hanya menjawab "Itu Khaya waktu masih kecil, lucu kan Bun??" "Wah, iya... Kamu lucu sekali waktu kecil..." Ucap Bunda sambil mengelus kepala Nikhaya. Nikhaya hanya diam sambil memandangi foto tersebut

-><-

     Pagi ini Nikhaya bergegas ke Sekolahnya karena akan mengikuti Pesantren Kilat. Ia masih bersekolah di jenjang dasar, tepatnya MI. Nikhaya membawa satu pack chiki yang bisa disebut

     Saat sampai di Sekolah, sudah banyak teman yang berkumpul di ruangangan kelas 3 dan 4 yang terbuka ( Memiliki sekatan yang sedang dibuka). Para murid - murid tidak sabar menanti acara pembukaan Pesantren Kilat yang dilaksanakan di bulan Ramadhan tersebut. Mereka senang - senang sambil mengobrol tentang liburan menjelang Lebaran.

    Ditengah asyiknya mengobrol, tiba - tiba Maua, sahabat Nikhaya bertanya pada Nikhaya tentang kemana ia akan pulang liburan jelang Lebaran tahun ini. "Kalau aku akan pulang kampung ke Malang..." Sambar Thania. "Kalau kampungmu dimana Khay?" Lanjutnya.

     "Hmm..  Se, sebbenarnya aku asli Jakarta..." Jawabku gugup. "Ooh... Jadi kamu orang asli dari sini...". "I.. Iya...".  "Kalau aku akan pulang ke Jambi, lokasinya agak jauh sih.. Jadi aku hanya bisa satu tahun sekali pulang ke Kampung halaman dan melihat Nenek.." Sambar Ratina yang tiba - tiba datang "Wah... Kalian jauh - jauh ya kampung halamannya... Kalau aku tinggal pergi ke Bekasi aja sudah bisa bertemu Nenek, Kakek, Paman, Bibi, Sepupu, Paman dari Ibuku... Pokoknya banyak loh..."  Ucap Maua dengan semangatnya menceritakan sanak saudaranya. "Wow, apa mereka tinggal serumah?" Tanys Rtina pada Maua. "Yaa, nggak juga, aku bisa berkeliling Bekasi buat ketemu semua saudaraku." Jawabnya.
   
     Acara Pesantren Kilatpun dimulai, kami semua dibagikan sekeresek makanan dan minuman yang dikumpulkan dari semua murid lainnya berbeda - beda karena pemberian para siswa berbeda - beda. Kami tidak langsung memakannya karena kami sedang berpuasa. Jadi semua makanan yang sudah dikumpulkan ini dibagikan sebagai Takjil.

     Acara ini berlangsung sangat meriah, aku sangat terhibur dengan penampilan adik kelasku (Karena kami kelas 6, kepala sekolah tidak mengizinkan kami untuk tampil karena harus fokus ujian dan tidak akan sempat latihan untuk penampilan.

     Namun kepala sekolah mengizinkan kami untuk menonton acara tersebut, alasannya karena "Tahun terakhir" Katanya).


   Para adik kelas kami juga sering menyebut kami "Kakak tua" Karena kelas tertua di sekolah ini.

     Sebenarnya aku juga sangat ingin mengikuti penampilan pada acara ini.

     Namun tahun kemarin lomba - lomba tersebut ditiadakan karena ada kejadian siswi, (
Tepatnya Kakak kakaanku / Dk -an ku), Kak Widya yang pingsan saat mengikuti Tari Saman yang agak lama itu. Memang wajar saja sih ia lelah. Karena ia menjadi MC, kedua ia menjadi peserta LPPK (Lomba Puisi Perwakilan Kelas) dan ia mengikuti Tari Saman. Wajar saja ia pingsan karena kelelahan.

     Katanya, ia akan melanjutkan sekolahnya ke Yogyakarta, karena orang tuanya pindah kesana dan mereka tinggal bersama Neneknya, "aku dulu lahir di Yogya, tepatnya dirumah Nenekku. Jadi tahun ini aku pulang kampung dan nggak tahu bisa kesini lagi atau tidak." Ucapnya sambil menampilkan wajah sedih. Akupun menangis "Aku gak bisa bertemu dengan kakak cantik yang pandai menari ini dong?..." Ucapku sambil terisak. "Iyaa... Kakak juga bakal rindu sama adik imut yang pandai Fishion Show ini..." Ucapnya sambil memelukku.

     Aku membalas pelukannya. Dan suasana haru seperti ini tak akan pernah terjadi lagi.

-><-

     Tiba - tiba Maua memukul pundakku "Hei kok bengong saja?" Akupun terbuyar dari lamunanku "Kamu kangen sama lomba Fishion ya?". Lanjutnya "Aku kangen Kak Widya." Wajahnya seketika berubah sedih. Maua tahu, jika aku sangat dekat dengan Kak Widya, katanya sih aku dan Kak Widya seperti adik kakak asli. Bahkan, hampir semua adik kelasku menganggap aku dan Kak Widya kakak beradik yang sekandung. Padahal tidak.

     Acara Pesantren Kilat pun selesai. Aku pulang bersama pembantuku, Bi Mona.

     Sepanjang perjalanan aku hanya diam, membuat Bi Mona merasa aneh, hingga ia bertanya "Non Khaya kenapa?" Tanyanya "Hah? Kenapa apanya Bi?" Tanyaku heran "Non Khaya dari tadi bengong saja? Nggak biasanya..." . "Ngg... Itu Bi... Hm... Akukan pernah cerita ke Bi Mona?..." Tanyaku berbalik pada Bi Mona.

     "Ooh," singkat Bi Mona mengerti.

     Aku dan Bi Mona memang sudah sangat dekat sekali jika diluar rumah kami saling mengerti satu sama lain dan jika dirumah kami saling membantu. Dan juga selalu diiringi canda dan tawa kami bersama.

     Bi Mona memang pembantuku dari kecil, aku sih tak tahu dari umur berapa.  Namun aku merasa sudah sangat karib dengannya.

     Sesampainya dirumah, aku langsung menuju ruang Butik, mencari Bunda. Namun kulihat Bunda sedang sibuk dengan para pekerjanya. Akupun langsung ingin pergi. Namun Bunda sudah memanggilku "Maikha.." Panggilnya.

     Bunda memang selalu memanggilku Maikha karena nama panjangku adalah Nikhaya Maikha Ashima Putri. Jadi Bunda memanggil dengan nama kedua dari namaku tersebut. Berbeda dengan Ayah yang selalu memanggilku dengan nama Khaya seperti kebanyakan orang.

     "Maikha, kemari sayang..." Panggil Bunda. Bundapun memberikan sebuah baju gamis panjang berwarna pink dan bermotif bunga - bunga berwarna putih dibawah kerutan perut dan kerudung segi empat berwarna pink yang "Serasi" dengan baju tersebut.

     "Tolong kamu jadi model baju ini." Kata Bunda sambil memberikan baju tersebut.

     Aku seperti pernah melihat baju bermodel sama dan baju itu seperti sudah pernha kulihat.

Where is my hometownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang