Gadis itu melempar buku yang sempat dibacanya. Cerita ke-12 yang lagi-lagi memiliki tokoh bernama Shiren. Apa penulisnya begitu tergila-gila dengan nama Shiren? Kenapa tidak memakai nama lain?
"Kau tau kalau aku menyukaimu bukan?" Tanya laki-laki di sebelahnya. Dipungutnya buku yang terlempar jauh tadi, membersihkan debu yang mungkin menempel di sampulnya, lalu meletakkan buku itu dengan hati-hati di antara deretan buku lain yang tersimpan di rak perpustakaan.
Gadis itu melenguh. Malas merespon laki-laki yang mengaku sebagai penggemarnya itu.
Laki-laki itu mengangkat alisnya. "Jadi tidak masalah bukan kalau aku memakai namamu dalam semua novel karyaku?"
Shiren melenguh. Ia mengeluhkan salah satu temannya yang memiliki fetish aneh pada namanya. Ia sempat memberi pengaruh sihir pada Yuan, namun gagal. Begitupun seterusnya, hingga Shiren tak peduli lagi dengan apa yang dilakukan Yuan. Tapi kenapa di novel Yuan yang sekarang, kejadian masa lalu–sebenarnya hanya mirip beberapa–Shiren di novel dengan Shiren asli, sama persis?
"Kuharap kau menghapus adegan di pasar itu, juga sejarah Shiren."
Yuan mencebik. "Tidak mungkin aku menghilangkan adegan pentingnya. Kejadian di pasar itu berpengaruh dengan takdir Shiren yang telah kurancang, Shiren! Bagaimana kau ini?"
"Kau kan penulis, pikirlah sendiri. Aku tidak mau tau, hapus adegan itu atau aku yang 'menghapus' paksa kekuatanmu?!" Shiren membanting pintu perpustakaan hingga Yuan berjengit di tempatnya.
Laki-laki itu bergidik ketakutan sebelum tergopoh-gopoh menulis adegan baru untuk novelnya.
~~~
Shiren memutar bola matanya jengah. Kali ini ia berada di Asagao-kedai kopi dan roti milik temannya. Para pembeli yang ramai membicarakan tentang pemimpin kerajaan yang sekarang, membuat Shiren malas.
Waktu berlalu, seorang pria memasuki area kedai. Bel yang terletak di pintu masuk berbunyi nyaring, mengalihkan perhatian para penggosip di Asagao. Seketika pembicaraan mereka terhenti saat menyadari siapa yang datang.
Eiji Niwatori. Kandidat terkuat pengganti ayahnya untuk memimpin tanah ini di kemudian hari. Mata tajamnya menyisir seisi kedai dan berhenti di gerombolan orang yang tadi membicarakan kerajaan. Sontak mereka yang mendapat tatapan intimidasi itu, meringkuk ketakutan. Aura intimidasinya menekan pernapasan mereka, hingga salah seorang dari mereka jatuh begitu saja dari kursi.
"Siapa yang memperbolehkan kalian membicarakan raja yang tengah sakit parah?" Niwatori berdesis. Ia meletakkan katana di pinggangnya ke atas meja. Ia hendak mendatangi gerombolan itu, namun Shiren memberi isyarat padanya untuk berhenti.
"Jangan membuang waktuku! Kita bisa mengurus mereka nanti." Setidaknya itu arti tatapan Shiren yang menusuk.
Niwatori menghela napas. Sepupunya yang satu ini memang paling ahli dalam mengendalikan amarahnya. Tak jarang, setiap perjalanan atau urusan politik Niwatori selalu membawa Shiren dalam rombongan.
"Apa yang kau mau sekarang?" Niwatori bertanya heran. Jarang sekali Shiren mengajaknya bertemu. Biasanya ia duluan yang mengajak gadis itu, itu juga dengan segala macam bujukan.
"Aku ingin katana baru. Setahuku pandai besi langganan kerajaan sangat berpengalaman." Shiren menghela napas saat kerutan Niwatori bertambah. "Aku akan menjelaskan alasannya jika kau menyetujui permintaan sepupumu ini, Niwa."
Niwatori menyipitkan matanya. Menelisik rahasia yang disembunyikan Shiren. Gadis yang penuh misteri, batin Niwatori.
Meskipun sebagai sepupu yang paling dekat dengan Shiren, tak membuat Niwatori menjadi tempat cerita gadis itu sampai mengetahui seluk beluk dan semua rahasia yang disembunyikannya. Shiren begitu tertutup sejak ia ditemukan dalam keadaan mengenaskan 12 tahun lalu.
~~~
12 tahun yang lalu
Keluarga Eiji sedang dalam perjalanan menuju kerajaan tetangga untuk menikahkan putri mereka dengan pangeran di sana. Sore hari rombongan itu sampai di hutan perbatasan kerajaan Jishin. Mengingat waktu yang sebentar lagi gelap, serta perjalanan menuju kerajaan tetangga yang perlu setengah hari lagi, mereka memutuskan beristirahat.
Tenda-tenda telah didirikan, api unggun sudah dinyalakan untuk menghangatkan tubuh dan menghalau binatang buas. Kekkai pun sudah dipasang kuat-kuat. Anehnya, Niwatori merasakan sesuatu saat memasang kekkai itu. Rasanya ada makhluk lain selain rombongannya.
"Aku pamit sebentar, Okaa-sama." Niwatori membawa serta katana kebanggannya. Mendapat respon dari ibunya, ia berjalan menyusuri rimbunan rerumputan.
Gelap. Semakin jauh Niwatori, semakin samar cahaya api rombongannya. Tapi aura mahkluk itu semakin kuat. Ia sudah siap-siap menarik katana-nya jika diperlukan. Namun yang ditemukannya adalah seorang manusia yang meringkuk kedinginan, di bawah pohon apel. Musim gugur saat itu, bulan depan mungkin akan turun salju, jadi tak heran kalau hawa sekarang ini begitu dingin.
Niwatori mengernyit. Apa orang ini sudah mati? Pikirnya mengamati penampilan orang yang ditemukannya. Laki-laki itu berjongkok, mendapati satu fakta lagi bahwa orang itu rupanya perempuan. Ia kira laki-laki, sebab rambutnya yang dipotong cepak. Itu pun tidak rapi.
"Apa gadis ini korban penganiayaan?" Gumamnya.
Niwatori membelalakkan mata saat cahaya kecil menyelimuti tubuh gadis itu. Cahaya kecil yang mirip kunang-kunang, mengerubungi tubuh gadis itu cukup lama lalu menghilang seketika. Tidak ada perubahan besar, hanya warna kulitnya yang agak merah dan segar. Seolah gadis itu tidak kedinginan lagi.
Niwatori terkejut mendapat tepukan di bahunya.
"Otou-sama!"
"Apa yang kau lakukan di sini? Siapa dia?"
Niwatori mengedikkan bahunya. Ia menunjuk gadis itu. "Aku merasakannya saat membuat kekkai tadi. Apa kita harus membawanya?"
Eiji Nakamoto terdiam.
Nakamura terkejut. Pria tua itu mengenali perempuan yang tengah terbaring di bawah pohon itu. Itu keponakannya! Bagaimana bisa dia di sini? Pria itu panik, memaksa putranya untuk menggendong si perempuan untuk segera dibawa ke perkemahan mereka.
Begitu sampai, perempuan muda itu segera diobati. Diistirahatkan dalam sebuah tenda yang berdampingan dengan tabib, untuk memudahkan tabib memeriksa kesehatan perempuan itu.
"Shiren. Hatori Shiren. Dia putri tunggal adik tiriku."
~~~
Sore menjelang malam. Shiren mondar-mandir di kamarnya. Seminggu lagi ia mendapatkan pedang baru, dalam waktu itu pula ia harus berlatih kekuatan baru untuk menghadapi sesuatu yang besar di kemudian hari. Entah mengapa, Shiren merasa akan ada kejadian besar dalam beberapa hari ke depan. Ia harap kejadian itu tidak terlalu merugikan.
Shiren berhenti begitu mendengar ketukan di pintunya. Ia yang tengah panik pun menanyakan siapa orang dibalik pintu, dengan nada agak gemetar.
Shiren berdehem. Rupanya Yasa, anak didiknya yang paling menonjol. Ahli memanah dan memegang kekuatan pengendali pikiran. Shiren menemukan Yasa di pinggir pasar, saat anak itu mengais tumpukan sampah untuk mencari makanan. Shiren yang melihatnya, mengajak Yasa ke kedai terdekat kemudian menawari bocah itu untuk bergabung di perguruan nya.
"Ada apa?"
"Seseorang menunggu kakak di bawah. Seorang pria." Yasa menundukkan kepalanya singkat sebagai tanda hormat. Ia menunggu respon Shiren.
Rasanya Shiren tidak memiliki janji temu dengan siapapun. Keningnya berkerut dalam selama perjalanan ke bawah, diikuti oleh Yasa di belakang.
"Kau!" Shiren menggertakkan giginya. Kedua tangannya mengepal erat. Pria itu telah tiba!
KAMU SEDANG MEMBACA
Card of Soul
FantasíaFantasy Mini Series #fms1 Terlahir sebagai manusia paling berbakat, diikuti oleh ribuan musuh, bukan harapan seorang perempuan muda yang memiliki mata berkilau bak berlian itu. Apa yang harus Shiren lakukan saat 'dia' tiba untuk menagih janjinya? Ap...