Di bawah derasnya hujan yang sedari kemarin tak kunjung reda. Di bawah langit yang keruh, aku masih menerima tetesan hujan yang dingin. Entahlah rasanya seperti rindu yang terus jatuh mengenai kepalaku yang masih panas oleh masalah hidup yang tak pernah selesai.
Mungkin suatu saat aku akan sadar bahwa ada harapan yang masih bisa aku genggam di tangan dan hati. Tinggal aku perjuangkan dengan maksimal. Apa pun masalah yang menghadang, aku pasti bisa melewati semua ini.
Tubuh ini masih basah bukan hanya hujan saja, tetapi karena kenangan yang tiba-tiba menjelma menjadi seseorang yang pernah hadir di hidupku dahulu saat aku masih remaja yang mudah jatuh cinta dengan perempuan. Namun, kali ini rasanya berbeda. Aku lebih selektif dalam memilih perempuan. Perempuan yang bukan sekadar kenal, tetapi bisa menjadi teman hidup sampai surga nanti.
Dingin. Beku. Rindu. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Diriku yang menjadi dingin karena terlalu banyak keras yang menimpa hidup. Lalu, lama kelamaan membeku melebihi es karena tidak ada perasaan yang menghangatkan. Dan terakhir pecah menjadi rindu saat seorang perempuan hadir dalam hidup. Yang selalu membuatku rindu terus setiap hari.
Semoga hujan ini segera reda.Jogja
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Non-FictionHujan menandakan semua tetesan luka luluh dengan basuhan air ketenangan. Semua akan tersadar bahwa manusia telah melewati hari-hari yang berat dengan baik.