Aku selalu bertanya pada diri sendiri. Kapan semuanya berhenti terlebih aku orangnya kurang sabar dalam menunggu. Iri rasanya melihat orang-orang begitu sabar dalam menunggu hasil dari kerja keras mereka. Aku malah masa bodoh dengan semuanya. Kalau sudah selesai, ya tinggal. Tak perlu dirisaukan hasilnya bagaimana.
Di sini masih turun hujan yang tak pernah berhenti sejak lima jam yang lalu. Tadinya aku mau membeli sayur di ujung jalan. Entahlah di tengah jalan hujan datang perlahan. Diawali rintik-rintik hingga membesar menjadi deras. Membasahi seluruh permukaan bumi yang tidak ditutup bangunan. Kecuali bangunan itu memberikan celah untuk masuknya air hujan.
Ah... Begitu indah hujan senja ini. Tetapi, kenangan pahit itu kembali teringat di benakku. Bayangan menyakitkan itu datang menghampiri ketika aku sedang menikmati suasana hujan kali ini. Dasar kenangan kurang ajar.
Tetapi, tak masalah. Aku yakin aku bisa. Bisa untuk akrab dengan masa lalu yang bisa dikatakan pahit. Andai kamu tahu, hatiku ini sudah begitu sakit karena kamu. Aku juga tak tahu di mana keberadaan sosokmu. Sosok yang dulu selalu aku rindukan. Bahkan, ketika aku sedang mandi aku membayangkan dirimu.
Tak tahulah. Dirimu pergi begitu saja meninggalkan diriku yang masih lemah saat itu. Aslinya saat ini masih lemah, tetapi sudah jauh lebih membaik. Semua rasa yang pernah terukir di masa lampau tercampur aduk tak karuan. Semuanya buru-buru minta dikeluarkan dari mulut. Tak semuanya juga seperti itu. Ada yang berusaha menerima apa paun masalah yang ada. Toh, ini demi kebaikan bersama.
Mentari mulai redup kala hujan masih deras-bahkan makin deras tak kunjung berhenti. Minimal rintik-rintik agar aku bisa segera membeli sayur. Saat mentari perlahan mulai bergerak ke ufuk barat menjauhi siang, aku mengurungkan niat membeli sayur. Terpaksa aku harus menahan lapar lagi untuk malam ini.
Jika tak ada kegiatan, aku akan tidur. Tidur bagiku adalah sebuah hiburan yang bermanfaat untuk melepas penat. Setelah sehari bekerja keras, akhirnya terbayar.***
Di tengah mimpi, aku terbangun.
Ternyata semua yang aku alami sejak tadi sore hanyalah ilusi. Nyatanya, di luar sana sedang baik-baik saja. Tidak hujan.Ternyata, mataku yang sedari tadi hujan. Meneteskan air mata karena ditinggalkan orang tersayang. Semoga dirimu tenang, ya di sisi Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Non-ficțiuneHujan menandakan semua tetesan luka luluh dengan basuhan air ketenangan. Semua akan tersadar bahwa manusia telah melewati hari-hari yang berat dengan baik.