Jangan Tanya

3 1 0
                                    

Jangan tanya aku diam. Kamu mungkin tidak memahami. Karena itulah kamu. Kamu yang selalunya ingin dipahami. Kamu yang selalunya ingin dimengerti.

Kamu dan dia yang memulai segalanya. Dan sekarang, aku tersesat. Tersesat diantara mau dan tidak. Tersesat diantara maju dan mundur. Aku tidak dimana-mana.

Semuanya serba hitam. Kulihat tubuhku tergeletak didalam kegelapan dan aku semakin menjauh. Aku yang mana?

Aku tidak tahu. Apakah aku yang tergeletak dalam kegelapan? Ataukah aku sebagai jiwa tanpa jasad.

Kupandangi wajah itu. Wajah yang lelah. Terlelap tidur dalan kegelapan yang damai. Tetapi jiwa ini tidak mau menerimanya.

Jiwa ini adalah jiwa dengan mimpi yang tinggi. Meski raga telah lelah, jiwa ini jangan. Karena jika jiwa yang lelah, begitu juga raganya.

Meski berat aku pulang. Kututup mataku dan kubuka kembali. Aku tergeletak di jalan yang dingin. Salju dengan lembut membelai tubuhku. Tetapi tidak dengan dinginnya. Dinginnya mengiris kulit hingga tulangku. Tapi aku tak peduli. Toh mungkin aku sebenarnya sudah mati. Tidak mungkin ada orang mati, terus mati lagi. Begitu pikirku.

Aku masih tergeletak. Apakah aku akan bangkit atau tidak, itu semua tidak dapat aku jawab. Toh tidak ada bedanya.

Ku atur nafasku. Meski sulit, akal sehat itu aku kumpulkan. Entah apa mauku, tapi yang pasti, semuanya tidak harus berakhir menyedihkan seperti ini. Aku harus bangkit.

The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang