Autumn

50 8 21
                                    


Beberapa hari berlalu, kondisimu tidak kunjung pulih. Kau menjadi cepat lelah hanya dengan berjalan di sekitar rumah dan kau pun tidur lebih lama dari sebelumnya. Apapun ramuan obat yang kubuatkan untukmu tidak ada yang berguna. Namun kau tetap memasang senyumanmu dan berkata bahwa kau sudah merasa lebih baik. Aku semakin kesal terhadap diriku sendiri yang tidak sanggup berbuat apa-apa.

Pagi ini beberapa burung berkicau menghampiriku saat aku tengah merebus beberapa tanaman untuk kujadikan obat. Mereka terdengar begitu khawatir saat menanyakan keadaanmu.

Di sela-sela percakapanku dengan mereka, salah satu burung berkata, "Yamada-sama adalah manusia. Kau tidak akan bisa memberikan obat yang biasa kau gunakan untuk menyembuhkan para hewan."

"Benar. Kau harus meminta bantuan manusia lain untuk mendapatkan obat untuk Yamada-sama," timpal yang lain.

"Bagaimana caranya agar aku bisa meminta bantuan manusia?" Aku tidak peduli jika aku harus berinteraksi dengan manusia yang kubenci, asalkan kau bisa pulih kembali.

"Jika kau menuruni gunung ini, kau akan bertemu rumah-rumah tempat mereka berada. Tapi kudengar kau perlu uang untuk membeli obat-obatan itu."

"Uang?"

Seketika itu pula aku kembali ke dalam rumah untuk bertanya padamu. Jika ada uang, kita akan bisa membeli obat, dan kau bisa sembuh.

"Hm...? Uang? Kenapa kau tiba-tiba bertanya soal uang?"

"Jika ada uang, kau bisa sembuh, Ryosuke." Aku begitu antusias membayangkan kau kembali sehat seperti sedia kala.

"Hahaha... maaf mengecewakanmu, Yuto. Aku sama sekali tidak punya uang. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu?"

"Lalu, bagaimana caranya mendapatkan uang?"

Pada awalnya kau tampak terkejut, tapi semenit kemudian ekspresimu berubah seolah tengah memikirkan sesuatu. "Kau bisa menjual benda-benda berharga dan menukarkannya dengan uang."

"Benda berharga?"

Kau mengangguk. "Benar. Semakin berharga benda yang kau punya, semakin tinggi nilainya, dan semakin banyak pula uang yang akan kau dapat."

Aku mulai berpikir benda-benda apa saja yang begitu berharga untukku sambil bergerak mengumpulkannya. Aku bawa seluruh tanaman serta ramuan obat-obatan yang berhasil kuracik dan segera berjalan menuruni gunung.

Sesampainya di daerah yang dipenuhi oleh lautan manusia, aku bertanya-tanya di mana aku bisa menjual barang-barang untuk mendapatkan uang. Hingga akhirnya aku dipertemukan pada seorang wanita tua yang menjaga sebuah toko kecil di pinggir jalan.

Setelah kusodorkan segala barang yang kubawa, ia berucap, "Ini tidak bernilai terlalu tinggi, tidak akan sampai satu koin perak."

Aku tidak mengerti sama sekali nilai uang yang ia maksud. "Apa itu cukup untuk membeli obat?"

"Obat apa yang kau inginkan, anak muda? Siapa yang sakit dan apa penyakitnya?"

"Ehm... akhir-akhir ini temanku mudah merasa lelah dan beberapa kali tidak sadarkan diri. Ia pun sering batuk hingga mengganggu tidurnya. Aku tidak tahu penyakit apa itu."

Wanita tua ini tampak bersimpati padaku. "Kau harus mencari seorang dokter untuk memeriksanya baru membeli obatnya."

Lagi-lagi aku mendapatkan informasi yang tidak kumengerti. Apa itu dokter? Dan bagaimana mendapatkan dokter?

"Dokter?"

"Iya. Namun setidaknya kau membutuhkan sekitar 5 sampai 7 koin perak untuk meminta bantuan dokter dan mungkin beberapa koin perak lagi untuk membeli obat-obatnya."

Balas Budi BangauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang