13

61 8 0
                                    

/beep, beep/
Suara alarm menyadarkan Nadine dari tidurnya. Ditatapnya jam digital yang berada di atas nakas

05.30

Nadine bangkit dari tidurnya, mandi adalah hal pertama yang dilakukannya setelah mematikan alarm.

06.00

Nadine keluar dari kamarnya, menemui mamanya yang sedang memasak untuk sarapan, dan papanya yang meminum kopinya sembari bercanda dengan sang ibunda.
Ciaelah bahasanya.

"Pagi ma, pa" sapa Nadine

"Pagi juga" balas mama dan papa Nadine bersamaan dengan senyum yang indah.

"Ma, pa. Aku ijin keluar ya, sama Jisung" izin Nadine pada orang tuanya.

"Boleh kok" kata mamanya Nadine

Nadine menatap papanya. Meminta restu jika dia di izinkan pergi atau tidak. Apasih Nad :"

"Ga boleh" kata papanya Nadine setelah itu nyeruput kopinya.

Nadine natap papanya kecewa, trus cemberut. Ibaratnya kalau anak anjing yang lagi sedih telinganya lemes.

"Kalau bukan ayah yang anterin"

"AH ELAH PAPAH MALAH NGIKLAN" Nadine kesel, tadinya dia udah siap mau ngebujuk papanya biar dibolehin. Sampai kepikir ide buat nyuci mobil papanya sampai kinclong pakai mesin cuci supaya dibolehin pergi.

Ada hubungannya? Ya engga lah :)

Papanya Nadine cuma ketawa aja. Mamanya pun cuma bisa geleng geleng kepala liat kelakuan suaminya yang ga sadar umur banget ini.

"Ya kamu lagian, udah tau jawabannya. Masih nanya" kata papa Nadine

"Ya, tapi kan tetap harus minta izin" Nadine cemberut. Masih kesel diatuh karena diisengin papanya.

"Iyaa, cuma bercanda doang kok"

"Jadi dibolehin nih?" Nadine natap papanya dengan wajah semangat.

"Iyaa, soalnya kalau gak dibolehin pasti kamu mau nyuci mobil papa pake mesin cuci biar kinclong kan?"

Ini papanya Nadine belajar ngebaca pikiran darimana ya. Nadine aja sampai heran sendiri.

"Pa, jujur. Papa saudaranya limbad kan?" Tanya Nadine sambil liat papanya dengan ekspresi curiga.

"Udah, udah. Jangan dilanjutin. Nanti makin random" akhirnya mama Nadine menengahi pembicaraan random antara ayah dan anak tadi.

"Oh iya ma, kak Soobin kapan pulangnya?" Tiba tiba Nadine ingat sama kakaknya.

"Lah? Trus itu siapa?" Mamanya Nadine nunjuk ke arah belakang Nadine. Nadine noleh.

"KAAAAAK SOOBIN AKU KANGEEEN" Nadine lari ke arah Soobin yang baru keluar dari kamarnya dengan keadaan nyawa masih setengah kekumpul, rambut acak acakan, dan mata masih merem melek.

Tiba tiba Nadine nubruk Soobin. Karena nyawa Soobin setengahnya masih ketinggalan di kasur. Ambruklah mereka.

'Kenapa suami dan anak anakku tidak ada yang waras'

Sudah jam 8, Nadine udah siap udah cantik rapi. Tinggal nunggu tupai kesayangan ngejemput.

/tok tok tok/ suara pintu diketuk

"Bentar!" Nadine buka pintunya dan di depan pintu nampaklah sesosok manusia. Ya iyalah masa kambing ngetuk pintu.

"Pagi Nad" sapa Jisung kalem. Tumben.... hmmm mencurigakan.

"Ma, pa Nadine pergi dulu ya" Nadine pamit sama orang tuanya.

"Ma, pa ijin bawa Nadine ya" Jisung ikut ikutan ijin.

"Iya, bawa aja. Tapi dipulangin ya, belum hak milik kamu" kata papa Nadine.

'Waw kode'

"Hehe iya pa, Kak Soobin hai" Jisung juga menyapa Soobin yang duduk di sofa ruang tamu sambil nyemil kuaci.

"Iya pergi sana" usir Soobin.

"Tega kamu maz" Nadine ngedrama.

Soobin ancang-ancang ngelempar kulit kuacinya ke arah Nadine. Tapi Nadine cepat cepat narik Jisung buat kabur.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Nadine ke Jisung.

"Ikut aja, intinya kita jalan jalan" Jisung senyum trus ngasih helm ke Nadine.

'Tumben banget kalem' batin Nadine

"Yuk berangkat" setelah Nadine naik ke motor, Jisung nyalain motornya terus tancap gas. Kemana? Ada deh.

Sepanjang jalan Jisung ga ngajak ngomong sama sekali. Nadine sampai heran sendiri. Pacarnya ini kenapa? Dan juga daritadi dia heran. Kok ga sampai sampai sih?

"Sung, sebenarnya kita mau kemana?" Nadine ngeliat pantulan muka Jisung di kaca spion. Ekspresinya kayak datar gitu.

"Bentar lagi sampai kok" jawab Jisung trus natap balik Nadine lewat kaca spion terus senyum.

Akhirnya setelah 20 menit perjalanan. Jisung dan Nadine sampai di Taman Bunga yang cantik banget.

"Waaaah, banyak banget bunganya. Cantik cantik juga" Nadine kagum lihat betapa cantiknya bunga bunga ciptaan Yang Maha Kuasa.

"Iya, cantik kayak kamu" Jisung tiba tiba gengam tangan Nadine.

Blush

Muka Nadine berubah merah. Sejak kapan pacarnya yang gak kalem ini tiba tiba jadi romantis? Jantung Nadine ga kuat.

"Makasih" kata Nadine pelan. Malu banget astaga. Jarang banget Nadine digombalin gini. Soalnya si Jisung itu suka banget ngerjain dia. Yang ada kalau di gombal bawaannya Nadine pengen nampol.

"Nad, lu ingat ga? Pas SMA. Dulu kita saling suka tapi ga mau ungkapin satu sama lain" Jisung natap serius mata Nadine.

"Ingat. Kenapa?"

"Ga kenapa kenapa sih, ga nyangka aja kalau sekarang gua bisa megang tangan lu gini dan bilang..." Jisung ngegantungin kalimatnya.

"Bilang apa?" Nadine menatap penasaran.

"I love you" Jisung senyum ganteng banget. Nadine mukanya benar benar merah sekarang.

"Nad" Panggil Jisung sambil ngelus pelan punggung tangan Nadine.

"Ya?" Nadine susah banget mau natap Jisung sekarang. Wajahnya kayak kepiting rebus.

Ga ngejawab. Jisung ngelepasin tangannya lalu mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Berlutut dan ngebuka kotak kecil ditangannya. Menampilkan sebuah cincin yang indah.

"Aku tau mungkin aku masih banyak kekurangan, aku tau kadang aku itu nyebelin. Tapi aku cinta banget sama kamu. Jadi, apakah kamu mau jadi pendamping hidupku selamanya?"

Nadine nangis, dia ga nyangka bakal dilamar secepat ini. Rasanya bahagia menyelimuti hatinya. Nadine menganggukan kepalanya.

"Iya, aku mau" Jisung tersenyum mendengar jawaban Nadine, pria itu berdiri lalu memasangkan cincin di jari manis Nadine. Setelah itu membawanya ke dekapannya dan memeluknya erat seakan wanita itu adalah harta yang paling berharga di hidupnya.

"Thank you Nadine. I love you"

"I love you more"

[Boy] Friend | Han Jisung

END
.


.
.
.
.

MAKASIH BANYAK YANG UDAH BACA ❤

Sampai jumpa lagi semuanya :>

[Boy] Friend | HanJisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang