Bagian 5

2K 281 82
                                    


Chan Pov.

Aku tidak mencintaimu. Aku yakin kau pun sudah tahu.

Walau kau menangis, hatiku tidak akan terasa sakit.

Aku hanya tidak mencintamu.

Tidak ada alasan lain untuk menjelaskannya. Seperti saat kau jatuh cinta, kau tidak perlu mengungkapkan kenapa kau jatuh cinta.

Aku bahkan tak ingin mengatakan "maaf". Karena tidak mencintaimu bukanlah salahku.

Hanya itu.

Itulah yang sebenarnya aku rasakan.

Aku tidak mencintaimu.

Semua itu tak lagi berarti. Sekarang, tubuh lemah yang tak berdaya di atas tempat tidur membuatku tak mampu berpikir. Aku kehilangan seluruh dari kewarasanku untuk tetap diam dan tenang. Rasa bersalah menghantamku begitu besar. Sekarang aku ketakutan dengan diriku sendiri.

Bagaimana bisa kulakukan semua ke-egoisan ini?

Bagaimana bisa aku berpikir untuk berkhianat? Berkhianat pada anak-anakku sendiri.

"Chan, lukamu harus diobati lagi."

"Pergilah eomma...."

"Chan, demi Tuhan. Kakimu tak berhenti mengeluarkan darah!"

"SEUNGMIN JUGA BEGITU!"

Suara tangis langsung pecah begitu teriakanku keluar. Jeongin meringkuk dalam pelukan ayah di sofa.

Aku tak bisa tinggal diam.

"Jeongin sayang. Maafkan appa. Appa tidak bermaksud begitu pada halmonie."

Jeongin semakin menangis ketika kudekati. Rasanya begitu hancur saat anakmu sendiri merasa takut padamu. Aku tidak mengerti. Seseorang tolong jelaskan padaku bagaimana cara untuk menebus semua kesalahan ini.

Jeongin bukan anak manja. Dia sangat kuat. Bahkan setelah tiga hari Seungmin terbaring di sana tak bergerak, anak ini tidak rewel. Baru kali ini kusadari betapa hebat Seungmin mendidik anak kami.

Lagi, perasaan bersalah itu muncul menghantamku.

"Eomma akan suruh perawat datang kemari untuk mengobati kakimu. Sementara itu, Jeongin biar kami ajak keluar."

Aku tak memprotes apapun yang dikatakan ibu sekarang. Hanya dia yang bisa berpikir waras saat ini. Ayah bahkan nyaris membunuhku kala Seungmin masuk ruang operasi saking gilanya.

"Eungh...."

Suara sekecil apapun akan terdengar di ruang sunyi itu. Aku mendapati Seungmin menggerakkan kelopak matanya yang diikuti sepasang manik kelinci muncul malu-malu dari balik sana.

"Kau bangun. Ya Tuhan...."

Tak sanggup aku menahan rasa bahagia. Kupeluk tubuh ringkih itu tanpa berpikir dua kali akankah aku dapat menyakitinya lagi atau tidak.

"Kenapa aku di sini? Terakhir kita...."

"Kau pingsan."

Jangan lanjutkan pertanyaannya Seungmin-ah.

"Aku pingsan?"

"Ya. Tiga hari."

Kulepas pelukan darinya. Matanya terlihat bingung. Lalu sebuah keberanian muncul dalam diriku.

"Kita, kehilangan adiknya Jeongin."

~

Seungmin Pov.

Something Called Love | ChanminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang