4. The Other Side, Be Prepare

234 23 51
                                    

Warning: Yaoi, messy writing, typo, OOC, Enjoy
.

.

.

Renjun menatap cermin sebelum tersenyum kembali. Dilihat darimana pun, putra Aphrodite ini sangat memesona. Walau pakaiannya begitu kasual -celana jeans dengan kaos dan sneaker, dengan topi tentunya-, keindahan seorang Huang Renjun tak pernah terbantahkan. Memang wajah manis dan aura memikat takkan bisa ditutupi oleh kesederhanaan. Dia memainkan ponselnya sebelum keluar dari kamar. Ayahnya sedang praktek di rumah sakit milik keluarga jadi rumah ini hanya ada dirinya, bibi pengurus rumah sudah pulang dari tadi. Sebelum Renjun meneror orang itu, suara motor menghentikan keinginannya. Setengah bersungut dan gembira, Renjun keluar dan menyapa orang itu.

"Lee Jeno, selamat pagi," katanya sambil tersenyum. Jeno membuka kaca helmnya dan turut tersenyum -terlihat dari matanya yang semakin menghilang-. "Yuk, jalan."

Jeno menyerahkan helm lain ke Renjun dan segera setelah Renjun naik, Jeno tancap gas. Walau mereka berdua adalah demigod, mereka masihlah manusia yang tidak bisa berteleportasi. Adapun yang sudah mencapai tingkatan tinggi bisa melakukannya, katanya. Renjun menarik jaket kulit Jeno, lalu bertanya sambal sedikit berteriak, "Jaemin tahu kan? Maksudku, dia sudah paham kan?" tanyanya. Jeno agak malas menjawab dengan anggukan, suaranya pun agak teredam saat menyahut, "tentu saja tahu. Aku ini adil, Njun."

Memang Lee Jeno adalah keturunan Aphrodite yang paling terkenal juga sangat berkharisma. Tidak heran banyak yang tergila-gila dan menyukainya, belum lagi yang mendekatinya. Tapi Jeno sebenarnya sangat selektif, dia hanya bisa dekat dengan Mark si anak dosen dan Jaemin si pembuat onar. Tapi lingkaran pertemanan Jeno makin meluas saat Mark memulai pendekatan dengan Haechan, Jaemin yang selalu mengajak Jisung si anak baru -dengan Chenle sebagai bonus- dan Renjun yang juga ditarik Chenle.

Walau sebenarnya, yang membuat Jeno dekat dengan Mark adalah Jaehyun dan Doyoung -dulu Jeno adalah anak anjing mereka-, sementara Jaemin mendekat dengan sendirinya.

Sejujurnya Jeno tidak pernah bermimpi bisa memiliki dua pacar seperti ini. Maksudnya, bukankah punya satu pacar saja sudah memusingkan? Kenapa pula dia menginginkan harem begini?

Simpel. Jika tidak, Renjun dan Jaemin bisa saling bunuh.

Jaemin mengungkapkan rasa sukanya pada Jeno saat pesta api unggun tahun lalu. Jeno tentu saja tidak berkutik dan nyaris berkata iya, kalau saja Renjun tidak menghunuskan pedangnya pada Jaemin dan menantangnya duel detik itu juga. Jaemin sendiri menyetujuinya, dan keduanya tidak bisa dihentikan sampai-sampai Hendery turun tangan -ini jugalah alasan utama Hendery ditakuti satu angkatannya-.

Setelah didamaikan secara paksa pun, keduanya masih bertengkar. Begitu terus sampai akhirnya Renjun juga menembak Jeno, dia mengakui bahwa dia menyukai Jeno. Jeno menatap keduanya dengan bingung, dia sama sekali tidak bisa menjawab dan menyebabkan Mark -yang memiliki jiwa pemimpin tapi menolak dijadikan pemimpin- membubarkan kerumunan itu. Segera setelah kerumunan berkurang, Jeno mulai kehilangan ketenangannya dan panik. "Aku tidak tahu, mana bisa aku memilih salah satu di antara mereka!" pekik Jeno. Mark menggeleng kasihan sementara Hendery menguap bosan. "Kalau ada apa-apa, selesaikan sendiri! Kau mengganggu waktuku dengan Xiaojun!" katanya sambal melenggang pergi.

"Jangan sakiti dia! Awas saja kau, Wong Hendery!" teriak Jeno. Dia sayang seluruh keturunan Aphrodite karena mereka semua rentan dilecehkan, apalagi yang rapuh seperti Xiaojun. Hendery menatapnya tajam, merasa terhina dengan kata-kata tanpa logika dari Jeno. Tapi dia sudah malas berurusan dengan permasalahan ini, sehingga dia langsung melengos pergi.

"Kau pilih saja keduanya, mudah kan?" kata Haechan santai. Tentu saja bercanda tapi Jeno menanggapinya serius, walau akal sehatnya mengatakan itu tidak mungkin. Ketika mereka kembali ke rutinitas sehari-hari pun, keduanya sama-sama berusaha memonopoli Jeno.

Field DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang