*Zava Pov
Setelah intan masuk ke dalam rumah, dia langsung masuk ke dalam kamar gue. Kemudian, mereka saling memainkan handphone.
"Tan udah laper belum?" tanya gue yang daritadi perut gue lagi teriak-teriak.
"Gue gak mau munafik, gue laper banget woy tolong," jawab intan gak lepas dari handphone walau dia lagi ngomong sama gue tapi perhatiannya tetep ke handphonenya.
"Dasar lo, lemah udah laper aje" balas gue yang mana sebenernya gue juga lapar.
"Apa-apan lu, gak usah sok-sok gak laper dah kita sama woy" jawabnya sambil natap gue
"Hah? sama apaan? darimane samanya?" tanya gue sambil nyari restaurant di ojek.
"Sama-sama perut yang kagak bisa nahan lapar lama-lama, semua makanan masuk hahaha" balasnya sambil ngakak keras.
"Kurang ajar lu ye, mana ada gue begitu itu mah lu bukan gue" jawab gue kesel.
"Udahlah woy, gue laper pesen makanan dulu" balasnya.
*Author pov
Setelah memesan dan menikmati makanan zava dan intan melanjutkan aktivitasnya.
"Woi habis ini kita mau ngapain?" tanya intan sembari mengunyah sisa makanannya.
"Cuci piring" jawab zava singkat.
"Lah? lu aja yang cuci piring kan disini gue tamu, masa iya tamu suruh cuci piring" balas intan.
"Lu tamu? tamu tuh harusnya sopan, beradab lah lu? gaberadab juga, udah ayo cuci piring gue bukan pembantu" jawab zava sembari jalan menuju ke dapur.
"Dasar, untung bang zevo sabar punya adek kayak lu ye zav" singkat intan menyusul zava.
Zava hanya tertawa kecil. Mereka berdua pun bergantian untuk mencuci piring. Ketika mereka selesai mencuci piring, mereka kembali duduk di depan tv. Kemudian, Zava mendapatkan panggilan tak terjawab dari abangnya, Zevo.
"Astaga abang gue nelfon, gue gak denger gimana ini" ujar zava panik.
"Ya telfon balik aja kali, gak usah panik begitu" jawab intan santai.
"Gak gitu masalahnya, pasti bang zevo curiga macam-macam terus tadi kita makan mie instan kalo bang zevo tau pasti marah" balas zava panik.
"Ya gak usah ngomong lah pinter, gitu aja ribet" jawab intan santai lagi.
"Gak gitu tan, ih lu kayak gak tau abang gue aja kalo gue bohong bisa-bisa gue gak dikasih makan seminggu" balas zava lagi.
"Yaudah cepet telfon balik" suruh intan.
Akhirnya dengan mengumpulkan keberanian zava menelfon balik zevo.
[Percakapan dalam telfon]
"Assalamualaikum, iya bang kenapa? maaf tadi zava lagi cuci piring" kata zava dengan nada lembut.
"Waalaikumussalam, sama siapa aja dirumah? beli apa tadi? uangnya kurang?" tanya Zevo berturut-turut.
"Sama intan aja kok bang" jawab zava dengan nada panik.
"Kenapa kayak orang takut gitu? beneran sama intan aja? gak bohong?" tanyanya lagi.
"Astaga iya bang, intan aja. Mana berani zava bohong sama abang, zava udah trauma bohong ke abang" jawabnya.
"Bagus, terus?" lanjut zevo.
"Hah apanya bang?" ujar zava bingung.
"Tadi abang tanya berapa pertanyaan? kenapa adek baru jawab satu aja?" balasnya.
"Ah iya bang maaf lupa, anu tadi adek beli-beli sama intan uangnya juga cukup dan masih ada kok" jawabnya agak panik.
"Iya beli jajan apa?" tanya zevo.
Zevo memang sedikit possesive terhadap adiknya, karna ia takut adiknya kenapa-kenapa dan ia takut adiknya salah pergaulan tapi syukurnya dia memiliki adik seperti zava yang penurut.
"Eumm.. anu bang" jawab zava ketakutan.
"Kenapa dek? zava jajan apa emang hm?" ujar zevo.
"Maaf ya bang, zava beli mie instan tadi sekali ini aja kok bang janji, tadi juga nemenin si intan kok dia beli itu jadi zava ikut" jawab zava dengan suara gugup.
"Astaga, abang udah pernah bilang kan? jangan makan mie instan kalo bisa. Jajanan yang lain masih banyak loh, kenapa harus itu? Yaudah gapapa tapi besok jangan lagi ya?" tegur zevo dengan lembut.
"He'em bang, gak lagi kok. Maafin adek ya bang" jawab zava dengan nada lembut.
"Yaudah gapapa, lanjutin mainnya. Abang pulang nanti habis isya' kayaknya soalnya abang masih ada kelas sekarang dan nanti sore abang praktikum gapapa kan?" ujar zevo.
"Iya gak papa bang, disini ada intan kok dia nginep" jawab zava.
"Oke, assalamualaikum" balas zevo.
"Waalaikumussalam, hati-hati bang" jawab zava.
tut..tut..tut..
[Telfon di tutup]
Akhirnya telfonnya diputus oleh zevo. Zava pun kembali merapikan meja yang masih agak beranrakan.
"Gimana? aman?" tanya intan menoleh ke arah zava.
"Aman, bang zevo pulang ntar habis isya" jawabnya santai.
"Yah, kok lama sih" balas intan dengan nada kecewa.
"Hah? kenapa emang? kok?" ujar zava bingung, kenapa jadi temannya yang kecewa padahal kan zevo abangnya dia seharusnya zava yang kecewa.
"Gue gak bisa ketemu my baby honey" balasnya lagi.
"Astaga, gak gue gak bakalan mau punya kakak ipar modelan kayak lu" ujar intan tegas.
Intan hanya melihat zava sekilas sambil memanyunkan bibirnya. Intan memang pernah mengatakan bahwa dia menyukai bang zevo, tapi zava selalu mengabaikannya.
Setelah kejadian tadi, zava dan intan pun kembali ke kamar untuk menonton sebuah film dan akhirnya mereka berdua sama-sama ketiduran. Beberapa jam kemudian, zava terbangun karena dia mendengar adzan manghrib berkumandang.
"Hei, ayo bangun sholat dulu udah adzan!" teriak zava kepada intan yang masih terlelap sambil menggoyangkan tubuh intan agar segera bangun.
"Ih.. apaan sih ntar 5 menit lagi lu bangunin gue" jawab intan kembali memperbaiki posisi tidurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241334591-288-k344571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT TO BE A DOCTOR
Fiksi Remaja"Nilaimu berapa? emang bisa masuk kedokteran?" "Naikin dulu nilaimu, baru bisa masuk kedokteran" Zava selalu di rendahkan karena nilainya yang rendah, Zava ingin memasuki dunia kedokteran tetapi dia memiliki nilai yang buruk. Dia selalu merasa down...