Moonlight [Minyoon]

2.

Jimin coba lihat kesini ugie ndak puna tangan.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah milik lelaki tampan itu pemuda manis yang duduk disamping Jimin tidak membuka suara tapi dia tetap sibuk mengagumi setiap kali dia melihat sesuatu yang baru. Si manis baru sadar tidak buruk juga setelah dia mengikuti perlelangan tadi. Dimana saat ini mobil Jimin masuk ke dalam sebuah kawasan  luxury housing khusus untuk orang kaya berdirinya rumah rumah besar dan pemiliknya orang orang sukses dikorea selatan. Mobil merk Bentley tersebut melewati deretan rumah terbilang indah dan mewah itu dibawa sinar lampu jalan. Hingga di detik berikutnya mobil Jimin berhenti disebuah halaman rumah si manis menebak kalau rumah ini tentu saja milik Jimin.

Keduanya masih berada didalam mobil Jimin menyandarkan tubuh lelahnya dan menatap lurus ke depan tanpa ingin menatap wajah cantik Yoongi. " Rumah ini tidak ada orang cuma tiga hari dalam satu minggu akan ada tukang bersih yang datang. Karena orang tua aku punya mansion sendiri. Aku beli ini untuk masa depan sih. Kebetulan dan tanpa sengaja aku dan kamu sudah melakukan sesuatu yang membuat kita berdua terikat. Jadi aku putuskan kita tinggal disini hingga kamu melahirkan anak itu." Ucap Jimin serius.

Si manis dengan wajah memerah menghela nafas berat. Rasa bersalah sudah berbohong dengan Jimin. "Jangan dipaksa dan berhenti kasihan kalau memang kamu gak suka jangan pura pura bahagia. Sebelum ini kamu kan gak suka dengan cowo. Nanti pacar kamu marah. "

"Aku gak pura pura bahagia. Tapi aku senang bisa bertemu denganmu lagi. " Lelaki itu berusaha untuk Jujur walaupun dia malu. " Bahkan aku tadi merasa seperti mimpi melihatmu di lelang. Kau sudah gila ikut perlelangan begitu. Bayangkan saja kalau aku tidak melihatmu dan kamu dibeli oleh om om. Kamu gak takut pantatmu jadi korban karena om om zaman sekarang gampang sangean." Jimin menakut nakuti Yoongi.

Si manis semakin merona malu ditempatnya dan kedua pipi bulat itu menggemeskan dimata Jimin , ketika lelaki tampan itu melirik kearahnya sekilas. "  Aku tidak punya pilihan."