01 - Tepat Sasaran

14.1K 792 39
                                    

Gadis itu tersenyum sambil berputar membentangkan tangannya. Rambutnya yang berwarna cokelat kemerahan bagai riakan ombak yang menarik perhatian siapa pun yang ada di sekitarnya. Kemudian, ia menarik tubuh seorang lelaki ke pinggir sebuah danau, memaksa lelaki itu untuk duduk di sampingnya. Aroma musim semi memenuhi hidung lelaki itu, kicauan burung yang riang mengisi suasana nyaman hutan mereka berdua berada.

Gadis itu mengatakan sesuatu, lalu tertawa dengan lembut. Kemudian ia memalingkan wajahnya, tersenyum hangat pada lelaki itu. Namun entah kenapa, lelaki itu tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, seperti ada kabut yang menutupi pandangannya setiap ia ingin menatap manik gadis itu.

Seketika, keadaan di sekitar mereka berubah. Pemandangan danau yang disorot oleh sinar matahari yang tertutup awan, kicauan burung, dan juga pepohonan yang ada di sekitar mereka berganti menjadi sesuatu yang mengerikan.

Tiba-tiba saja, mereka berada di dalam hutan yang sangat gelap. Tanah yang mereka duduki perlahan-lahan mulai menelan tubuh mereka berdua. Namun, gadis itu tetap tersenyum hangat sambil menyandarkan kepalanya pada bahu lelaki itu, seakan ia tidak menyadari perubahan yang ada di sekitarnya.

"Kau akan datang, bukan?" tanya gadis itu sambil mengaitkan jari-jarinya pada jari lelaki itu. Menggenggam dengan keras, namun terasa hangat. "Jangan lupakan aku ... Zeth."

.

.

.

.

Zeth terbangun saat kehangatan dari tangan gadis itu mulai menyebar, ia merentangkan tangannya mencoba untuk menggapai gadis itu. Seketika, dadanya terasa sesak, seperti ada lubang besar yang muncul di dadanya, membuatnya merasa tidak nyaman.

Kehangatan yang sama setiap malam, kelembutan suara dari orang yang sama. Seorang gadis yang tidak ia kenal selalu hadir dalam mimpinya. Semua gerak geriknya seperti déjà vu, seperti seseorang yang sudah ia kenal sejak lama. Namun kenyataanya, gadis itu tidak pernah ada.

Hampir dua tahun terakhir ia memimpikan orang yang sama, dan sampai saat ini ia tidak pernah tahu siapa gadis itu.

Zeth mendesah pelan, mengepalkan tangannya ketika kehangatan yang selalu ia rasakan mulai menghilang. Ia menarik tangannya, memukul pelan dadanya yang masih terasa sesak setiap kali memimpikan gadis itu. Lebih tepatnya, ia merasa sedih dan kehilangan.

"Zeth! Apa kau sudah bangun?" terdengar sahutan Bibi Et dari bawah, menyadarkannya dari lamunan. "Cepat ke sini! Sarapan sudah siap."

"Baik, Bibi!" Jawab Zeth sambil bangun dari kasurnya.

Ia berjalan menuju kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Matanya menatap cermin yang menempel di atas keran air. Seseorang dengan mata hijau cerah dan rambut berwarna cokelat tua membalas tatapannya, ia merapikan potongan rambut pendeknya yang terlihat berantakan. Setelah mengganti pakaian, ia turun ke lantai bawah.

Zeth tinggal bersama Bibi Etna dan Paman Josh. Mereka tidak memiliki hubungan darah dengannya, lebih tepatnya mereka teman dari kedua orang tua Zeth. Kedua orang tuanya meninggal dunia saat ia masih kecil karena sebuah kecelakaan kereta kuda yang dinaiki oleh mereka, yang sampai saat ini tidak bisa ia lupakan.

Dinding tangga menuju lantai bawah dipenuhi dengan foto bibi dengan pamannya, dan ada beberapa foto Zeth dengan mereka. Namun entah kenapa, ada sebuah foto yang selalu membuat hati Zeth seperti dipukul.

Sebuah foto yang hanya ia sendiri berada di dalamnya, tersenyum cerah ke arah kamera tua yang dibawa oleh pamannya saat itu. Ia berdiri dengan tegap sambil menggenggam sebuah buket bunga di tangan kirinya, sedangkan tangannya yang bebas menggantung di udara ... seakan menggenggam sesuatu yang tidak bisa dilihatnya.

[✓]The Oblivion: The Unknown WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang