03. Butterfly Project

304 60 1
                                    

"Darsha, tebak, kakak bawa apa?"

Sore itu, terasa sangat hangat bagi keduanya. Hari-hari Darsha tak lagi membosankan sejak ia mengenal sosok Danish yang sudah seperti kakaknya sendiri. Danish selalu perhatian, selalu memenuhi apa yang ia butuhkan dan tak pernah memaksanya untuk menjadi sempurna.

"Bawa apa emang?" Darsha tampak semangat karena dua tangan Danish berada di belakang punggungnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Tebak dulu, apa?" Danish balas dengan senyum menyebalkan.

"Nggak tau."

"Coba tebak dong, jangan bilang nggak tau."

Darsha menghembuskan napas kasar. "Boneka?"

"Nice guess, tapi bukan boneka." Danish menggeleng, terkesan lucu di mata Darsha.

"Cokelat?"

"Wah, enak. Tapi bukan cokelat jawabannya."

"Buku?"

Danish terkejut, "Betul!" Dia segera mengeluarkan kedua tangannya, menampakkan buku harian yang begitu lucu. "Ini kakak bikin buku harian buat kamu coret-coret. Kamu sampe sekarang kalau ada masalah gak pernah mau cerita. Jadi kalau ada apa-apa, tulis disini aja ya, nanti kakak baca."

Netra Darsha berbinar. Tak menyangka Danish membuat buku harian untuknya. Sampulnya terlihat cantik, warna thistle dan terdapat tulisan, 'A Book that Kak Danish Made Just for Darsha Saskianna'.

"Kakak beneran bikin ini sendiri?!" Darsha terlihat bersemangat, bahagia sekali. Danish jadi ikut senang bahwa usahanya dihargai.

"Iya, buat kamu. Kamu itu udah kakak anggap adek sendiri, Sha. Jadi kalu ada apa-apa cerita, tapi kalo kamu ngerasa gak nyaman bisa tulis disitu."

Darsha mengangguk, matanya menatap bukunya seolah itu adalah harta karun yang selama ini ia inginkan. Lalu tangannya mengusap sampul yang terasa lembut, dan perlahan membuka halaman pertama.



Halo, Darsha !
Kak Danish made this book just for you, if you have anything to say, please write down on this book.



Lalu lanjut di halaman kedua,




Hey, Darsha! How's your mood today? Tell to Kak Danish how you feel !





Darsha tersenyum sembari membaca. Ada banyak sekali tulisan seperti, 'Darsha, Kak Danish biasanya nyebelin karena apa?'  lalu, 'Darsha, punya mimpi kan? Tulis dong, Kak Danish mau tau.' dan masih banyak lagi.

"Kak, bukunya lucu banget." puji Darsha. "Lucu isinya, dekoratif banget. Ada stiker-stikernya juga."

Danish tersenyum bangga, "Iya, dong. Susah itu bikinnya, kakak ditemenin buat itu sama Javy."

"Javy? Kak Javyan yang kata Kak Danish mau nikah itu?"

Danish mengangguk, "Iya. Dia temen kakak dari SMA." Danish menghela napas sesaat. "Bilang apa?"

Darsha tertawa kecil, "Makasih ya kak, bukunya lucu."

"Sama-sama. Sekarang ayo, kita mulai latihan lagi."

Darsha meletakkan bukunya, ia dengan semangat mengambil biola yang sedaritadi terletak di meja nakas.

"Ayo, latihan!"

"Bagus, semangat! Biar kamu bisa jadi juara!" Danish ikut menyemangati. Dia pun mengambil biolanya, seperti biasa, memulai sesi pemanasan berdua dengan memainkan lagu Swan Lake.

BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang