6. The past.

819 87 8
                                    

Akan banyak adegan dewasa, kalau enggak suka boleh close.

Written by blanketcologne

Copyright ZoneExo

|PRETENSION|

"Penis bodoh! Murahan sekali!" pekik Richard didalam mobilnya. "Sudah lama sekali aku tidak beronani, apa sekarang aku harus melakukannya? Itu bukan gaya ku sekali," ujar Richard frustasi.

Dia mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan tapi tetap menaati peraturan lalu lintas. Sesekali ia meringis saat masih terbayang tangan halus itu pada permukaan telapaknya yang kasar. Tangan itu pas sekali dengannya.

Richard merutuki tentang pekerjaan pria itu, kenapa bisa pria seimut itu adalah seorang tentara yang rela menjadikan nyawa sebagai taruhannya. Seandainya saja tadi Richard tak membantu, lalu bagaimana nasib pria itu? Dan sangat disayangkan dia memiliki tunangan, dan coret untuk segala imajinasi liarnya.

Ia memasang earphone handsfree nya lalu mendial angka 9 di papan telepon sehingga langsung terhubung dengan ponsel sahabatnya.

"Chris, pesankan satu wanita untukku sekarang juga lalu kirim bayarannya. Tidak perlu khawatir karena aku akan langsung membayar uang mu yang terpakai nanti," ujar Richard. Katakanlah ia tidak tahu diri karena setelah membuat babak belur sahabatnya, ia masih cukup punya muka untuk meminta bantuan.

"Bagaimana kalau aku saja yang datang?"

"Homo sialan! Berikan aku pria manis dan sensual. Ah terserah. Apapun itu asal bukan kau, Keparat," desis Richard. Ia memutar stir mobilnya untuk berbelok pada rumah mewah miliknya lalu gerbang tinggi itu terbuka secara otomatis setelah Richard melakukan sesuatu pada layar interkom disisi gerbangnya.

"Baiklah dude, serangan homophobic mu itu benar-benar stadium kritis. Menakutkan, bahkan lukaku belum sembuh dengan sempurna."

"Sialan! Aku tidak memiliki phobia apapun kecuali pada keinginan mu yang menjijikan itu. Dan yeah, kau pantas mendapatkannya," ujar Richard.

"Memang apa salahnya jika aku menginginkanmu?"

"Mati saja kau." Richard lalu mematikan sambungan teleponnya.

Richard keluar dari mobil bahkan sebelum sampai ke basemen rumahnya. Ia melempar kunci mobilnya pada penjaga gerbang, menyuruhnya untuk menaruh mobil nya di tempat yang benar. Setelah itu, Richard berlari kecil menuju kedalam rumahnya. Ia mengganti bajunya dengan yang lebih santai lalu meninggalkan kamarnya untuk menuju kamar yang lain. Ia tak mau mengotori kamarnya dengan bermain bersama jalang, karena kamarnya daerah pribadi.

"Oh, fucking slut! Ketatkan lubang mu, Bitch! Shh," racau Richard tak karuan. Tubuh besarnya sedang menunggangi wanita kiriman sahabatnya dengan keras. Ia tidak peduli pada wanita itu, ia hanya perlu pelepasan senikmat mungkin hingga membuatnya lega.

"Master pelanhh," balas perempuan itu. Ia tidak bisa membedakan antara nikmat dan sakit yang bergumul menjadi satu di lubangnya sehingga ia hanya bisa meringis memohon belas kasihan untuk mengais setidaknya kenikmatan tanpa rasa perih.

Richard semakin brutal, ia bahkan sudah tidak peduli lagi pada sekitar. Ia tidak sabar melihat dunia yang menjadi putih walau sejenak akibat gulungan kenikmatan. Richard terus mengejar orgasmenya tanpa mempedulikan perempuan dibawahnya. Hingga pada hujaman yang entah ke berapa kali, Richard menggeram nikmat akibat orgasmenya. Ia mengeluarkan penisnya dan mengeluarkan spermanya tepat keatas perut partnernya.

PRETENSION | ChanBaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang