11. Who's Bian?

627 78 11
                                    

Akan banyak adegan dewasa, kalau enggak suka boleh close.

Written by blanketcologne

Copyright ZoneExo

#Sorry kalo ada salah di bidang bisnis atau apapun itu. Karena sumvah, gue bukan anak bisnis.#

|PRETENSION|

"Kau ingin membawa ku kemana?"

Richard melirik laki-laki disebelahnya. Muak sekali dirinya melihat outfit yang Bian kenakan. Seolah-olah seperti dirinya lah yang akan didominasi. Memang sebesar itu arti setelan para tentara menurut Richard.

"Bisa kau hentikan kegilaan mu, hah?" Richard balik bertanya. Nadanya sangat menggebu-gebu sekali walau tidak ada bentakan disana.

Sejujurnya, Bian sendiri tak tahu maksud yang dikatakan Richard itu mengarah terhadap apa. Pikiran Bian saat ini hanya tentang hal random. Ia tak ingin berpikir berat. Ia cukup jenuh dengan semua pemikirannya saat ini. Jika ditambah dengan segala hal tentang Richard, ia tahu, ia tak akan kuat.

"Berhenti bicara dan nikmati perjalanan mu, Mister Orlando," ujar Bian menutup pembicaraan.

Richard memilih memendam semua apa yang akan dia ungkapkan. Ini masih begitu panjang, tak mungkin Richard membuka kartu as di tengah permainan yang semakin memanas.

Kedua orang yang berada di kursi depan hanya dapat menelan kecanggungan dengan keadaan saling diam yang atasan mereka dan rekannya lakukan.

Setelah beberapa menit terlewati, Felicia mencoba membesarkan niat untuk bertanya pada atasannya. Atasannya itu belum memberi perintah akan kemana mereka selanjutnya dan mereka tak bisa terus berputar-putar. Felicia tak mungkin mengambil tindakan menyuruh supir untuk langsung menuju kantor Beauty Health, bukan?

"Sir, anda ingin langsung menuju kantor?"

"Kau ini bodoh atau apa?! Kenapa harus selalu bertanya?" Pada akhirnya kemarahan Richard tersembur tak lagi bisa di cegah.

"Kalau begitu, aku dan Emir akan turun. Lagipula, setelah ini Anda tidak ada jadwal penting." Felicia memberi kode berupa tatapan mata dan gerakan kepala pada si supir. Sudah di pastikan kalau si bos besar hendak memakai mobil untuk dirinya sendiri dan otomatis Emir dan dirinya harus menepi, dan turun saat itu juga dari mobil.

"Atas perintah siapa kau dan Emir diperbolehkan turun!?" Richard menatap satu persatu pegawainya. Urat lehernya tiba-tiba meregang, kaku sekali.

"Ya! Bisakah kau berhenti berteriak? Aku muak sekali berada di sini." Bian berdecak lalu melepas seat belt. Membuka pintu lalu keluar dari mobil Limosin milik si tinggi.

Bian berjalan cepat menjauhi mobil yang ditumpanginya tadi. Perasaan dongkolnya sangat besar, sebesar rasa muak nya terhadap si gila Richard--Bian memanggilnya begitu.

"Kau menginginkan opsi lain atau berhenti di tempatmu berdiri, Baekhyun." Richard berkata kencang dibelakangnya. Tapi lebih dari itu, Bian terkejut dengan panggilan Richard untuknya.

Baekhyun... Dari mana Richard tahu mengenai Baekhyun.

...

"Jadi, ingin mengungkapkan sebuah rahasia, sersan Byun?" Richard melirik Bian didepannya.

Kini, mereka berdua telah berada di kafe terdekat dari tempat menepi mobil tadi.

Mereka duduk di dekat jendela dengan pemandangan beberapa street ramai di jalan Chicago. Di meja pun sudah tersedia machiato latte panas untuk pelengkap obrolan kali ini.

PRETENSION | ChanBaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang