#Di Sekolah🏫

58 1 0
                                    


Assalamualaikum wr.wb, selamat datang di cerpen ini. Namanya juga cerpen ya, jadi cerita ini sangat singkat dan mungkin dibaca setengah jam aja udah kelar hehe.

Tapi aku berharap kalo cerita ini bagus dan readers bisa ambil pelajaran dari cerita ini, jangan lupa klik bintang dibawah pojok kiri ya, itu berpengaruh banget buat penulis pemula kayak aku. Makasih

Petik hikmahnya dan buang sifat buruk dari cerita ini. Kisah ini terinspirasi dari kehidupan nyata, tapi cerita ini dibumbui dengan kata² yang membuat cerita ini lebih menarik lagi (meskipun belum sempurna). 

Selamat membaca📒

⚪⚪⚪

Matahari cerah terpancar  menuju celah-celah isi semesta. Cahayanya mengenai siapa saja yang berada dibawahnya. Aktivitas rutin selalu mengganggu, dan aku harus melakukannya.

Ku lirik sumber panas itu sambil menepis cahayanya yang tepat diatas kepalaku. Ketika diperhatikan, bola api itu seukuran telapak tangan apabila dilihat dari tempat ku. Begitu terik menyengat kulit.

"Huh, setiap hari selalu kepanasan, kapan bisa beli mobil.!" Aku mendengus dan beranjak ke parkiran mencari sepeda motorku.

"Lagi-lagi dijemur, pantatku bisa gosong kalau begini terus!" Aku tak terima ketika melihat sepeda motorku yang malang dijemur setengah hari.

Begitulah di sekolahku, parkiran yang disediakan cukup luas, namun tak banyak yang beratap. Aku rela datang lebih pagi hanya ingin memarkirkan motorku agar tidak kepanasan.

Siswa yang terlambat tentu terpaksa motornya harus parkir sambil jemuran. Tapi yang lebih menjengkelkan adalah saat aku sudah datang awal ke sekolah namun berani-beraninya orang lain menggeser motorku ke tempat yang panas. Aku akan mengintainya besok.

🍌🍌🍌

~Prolog singkat~

Namaku Na. Umurku 17 Tahun. Aku siswi di Sekolah Menengah Atas salah satu sekolah ternama di kotaku. Saat ini aku duduk di kelas 11.

Aku merupakan anak yang biasa saja. Bukan anak eksis, bukan pula anak yang pendiam. Aku berteman dengan siapa saja.

Bagiku, lebih nyaman berteman secara tanpa pandang bulu dibandingkan bergabung dengan geng-geng di sekolah.

Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Aku memiliki Abang, namun tak begitu akrab. Ya begitulah.

🍌🍌🍌

🕕06:00

Tok..tok..tokkk...

Aku mendengar, tapi enggan untuk beranjak.

Tok...tok..tok...

"Emhhhh..." Aku hanya menggeser tubuhku dan semakin menarik selimut.

🕡06:30

Tok..tok...tok..tok...

Kali ini ketukan pintu lebih banyak dan lebih kuat.

"Naaaa, udah siang ini!!"

Ketukan khas ala ibu-ibu yang pandai membuat anaknya bangun dengan tubuh gemetar. Mataku melotot, seperti ditarik, entah kenapa tubuhku refleks langsung berdiri dengan mata yang spontan terbuka.

Aku pernah membaca tulisan yang menyatakan:

"Alarm terbaik didunia adalah ketika sang anak meminta ibunya membangunkan pada pukul 07.00 , maka si ibu akan membangunkan anaknya pukul 06.00 dan berkata sekarang pukul 08.00" Dimana kita bisa membelinya?

Itulah yang terjadi padaku saat ini, begitu sadar aku langsung bergegas mengambil handuk dan berlari menuju toilet.

Huftt,, masih berkunang-kunang, aku memilih duduk sebentar didalam toilet. Akan lebih gemetar tubuh ini apabila disiram dengan air es dipagi hari. Brrrr... Tak terbayangkan.

🍌🍌🍌

Aku bergegas menyalakan motor dan berangkat ke sekolah. Ku lirik jam di lenganku menunjukkan pukul 07:00 🕖.

"Mati guee!!" Aku menggerutu sendirian. Sekuat tenaga aku melajukan sepeda motor agar hukuman yang kudapatkan tidak terlalu berat. Tak lupa aku sudah mempersiapkan alasan sebelum ditanya guru piket.

Aku memarkirkan sepeda motor dan berhenti sejenak.

"Huffttt... Tarik nafas, hembuskan, tarik lagi, hembuskan, sekali lagi daaannn tahann. Eh jangan." Ocehku seraya menenangkan diri. Maklum, jantung terasa copot ngebut dengan pikiran takut.

Aku berusaha bersikap tenang dan mulai melangkahkan kaki memasuki lorong-lorong.

"Oke, sepi ya."

Aku sedikit tenang dan berjalan santai bak orang tak bersalah. Baru melempar langkah beberapa kali, aku terhenti daannn. 

"Naa!!" Panggil seseorang yang aku sudah kenal suaranya.

Aku tercegat dan menggerutkan dahi.

"Eh Pak Frans, hehe ada apa pak?" Tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Jam kamu rusak?!" Tanya Pak Frans menunjuk jam yang ada dipergelangan tangan kiriku sambil mengangkat kepala nya.

"Oh ini pak, anu, gak rusak." Seketika aku menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.

"Ikuti bapak!"

Aku langsung mengekor dibelakang Pak Frans.

Segitu dulu, hehe. Pemanasan

Sebelum geser ke bagian selanjutnya, jangan lupa klik bintang dibawah yaaa. Makasih

Aku Benci Pisang🍌 [I Hate Banana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang