"Andai saja waktu itu aku tidak memenuhi keinginan mu, mungkin sampai sekarang kita masih bersama"
-Tisa Alfina-
2 tahun silam
SMA PANCASILA
Ruang Kelas X IPA 212.35
"Tisaaa!""Apaansi? Zia jangan teriak-teriak dong" ucap seorang perempuan yang dipanggil Tisa itu.
"Sa, penting inii!"
Tisa menatap Zia jengah. "Apa?"
"Tisa, gue lagi suka sama cowok. Anak kelas IPA 1" seru Zia menggebu-gebu.
"Hah?terus?"
"Ih Tisa! Kebiasaan deh. Enggak peka! Bantuin gue. kenalin ke gue. Dia itu anak olimpiade juga, sama kaya lo. ntar lo deketin, trus lo makcomblangin deh ke gue"
"Buset, enak bener ngomong nya. Enggak mau ah. Harga diri gue tuh taruhannya"
"Oh Tisa sekarang gitu ya? Oke gue tinggal bilang ke Om Adam kalo anak nya pernah pergi ke semarang tanpa izin!" Zia menjulurkan lidah nya mengejek
Tisa menganga tak habis pikir.
"Kok lo jadi ngancem-ngancem gitu sih?""Ya makanya, lo sih, bantuin sahabat sendiri aja nggak mau"
"Dasar pemaksa. Oke, fine! gue bantuin" kesal Tisa
"Aaaa makasih, my bestie" Zia menyerbu Tisa, membawanya kepelukan nya.
"Udah Zi, malu tau"
Ruang Extrakulikuler Olimpiade
14.05
"Zia. Ziaa. Zi" bisik TisaZia membalikkan tubuh nya menghadap Tisa.
"Yang mana orang nya?" tanya Tisa berbisik
"Yang dipojok itu tuh, lagi baca buku. Namanya Diffa" tunjuk Zia dengan wajah sumringah nya.
"Lah, kok lo bisa tau namanya?"
"Ya nyari tau lah Tisa ku sayang. Udah sana cepetan deketin" Zia mendorong-dorong tubuh Tisa.
"Iya ish, sabar neng"
Tisa berjalan menuju cowok yang sedang membaca buku bertuliskan Fisika SMA.
Perempuan itu duduk berseberangan dengan cowok ber-name tag 'Diffa Kaisa Lata'.
"Hai, lo anak olim juga ya?" ucap Tisa sambil meremas-remas rok nya.
Diffa melirik perempuan di depan nya. "Gue?"
Tisa mengangguk ragu.
"Iya" singkat Diffa.
Tisa semakin dilanda kegugupan. Ia melirik buku yang dibaca Diffa.
"Lo suka fisika?" tanya Tisa
cowok itu mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku.
Tisa memutar otak memikirkan topik selanjutnya.
"Lo ada niatan pengen ikut lomba olimpiade?"
Lagi-lagi Diffa hanya mengangguk pelan.
"Fisika?"
Kali ini cowok itu mengangkat kepalanya, menatap Tisa selama beberapa detik.
Yang ditatap malah menundukkan kepala nya untuk menutupi kegugupannya.
"Iya, kenapa emangnya?"
Tisa memejamkan mata mencari-cari alasan. "Iyaa, gapapa. gue cuma kagum aja, lo bisa suka fisika sedangkan kebanyakan orang nggak suka fisika"
"Kalo lo termasuk yang mana?"
"G-gue emm, pengen suka. Tapi gue nggak bisa" Tisa mendesah pelan karna harus terjebak disini.
"Lo gugup?"
Tisa mendongak, menatap Diffa yang terlihat mengejek nya. "Enggak!" ucapnya setengah berteriak. Tisa mengatupkan mulutnya, sadar sudah berteriak.
"Hahaha" Tisa tak menyangka makhluk di depan nya ini malah tertawa.
"kenapa ketawa?" Tisa tidak terima dirinya di tertawakan.
Diffa mengabaikan pertanyaan Tisa. Cowok itu berusaha meredam tawa nya.
"Eh btw lo anak olim juga ya?"
Tisa mendengkus "Iya"
"Minat?"
"Lebih ke kimia sih, soalnya gue nggak bisa fisika"
"Kapan-kapan mau belajar bareng?"
Waw, gue nggak nyangka kalo ternyata semudah ini buat kenalan sama Diffa, Batin Tisa
"Eh? em, boleh"
"Gimana Sa?" Zia merangkul lengan Tisa.
" Dia suka fisika"
"Wah nggak nyangka, doi gue pinter juga ya hahaha. Kalo gue bisa fisika juga, ada kemungkinan nggak kalo dia bisa suka sama gue?"
"Bisa jadi"
"Oke, kalo gitu gue mau belajar fisika dulu. Dan selama itu, lo tetep harus bantuin gue deketin doi" Setelah mengucakapkan itu, Zia pergi meninggalkan Tisa yang masih sibuk dengan pikirannya.
Gue cuma takut hal-hal yang nggak kita inginkan terjadi Zi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saturnus
Teen FictionKenapa setelah kita sedekat kaki dan bumi, kamu malah menjauh sejauh bumi dan saturnus? *** Dear you kamu itu kaya saturnus jauh nggak bisa digapai saturnus itu suhunya -170°, iya dingin kaya sikap kamu ke aku saturnus nggak bakal bisa liat bumi, k...