"Siapapun nanti yang sama kamu. Aku harap lelaki itu lebih baik dari aku, bisa jaga kamu lebih dari aku dan tentunya mencintaimu lebih dariku. Jika tak lebih minimalnya sama denganku"
-A
*****
...
Akhirnya bel istirahat berbunyi, semua orang didalam kelas bersorak karena kami tidak perlu lagi bergelut dengan materi yang diberikan guru.
"Bell ke kantin yu," ajakku kepada Bella.
"Hayu guys kita ke kantin, tar ditraktir sama Aa Nata." Bukan-bukan Bella yang berucap, melainkan gadis kuning gila itu yang berbicara.
"Apaan lo? Enak aja gue yang traktir," ucapku dengan memasang wajah galak.
"Ya iyalah, kan Aa Nata anak Sultan." Sialan sekali anak ini, tak salah memang karena benar aku anak Sultan lebih tepatnya Yudha Sultan Sanjaya nama lengkap ayahku.
"Bangsat! minta gue lakban pake koyo mulut lo." Kesal sekali rasanya dan liatlah gadis aneh itu malah cekikikan, sementara Aziel menggeleng melihat tingkah kami. Aziel dia anak yang baik tapi sepertinya dia sedikit sulit untuk berbaur dengan kami. Aziel cukup tampan, tapi tetap aku yang tertampan kata mamah. Rambut Aziel sedikit kecoklatan, mungkin dia blasteran. Aziel cukup tinggi, hampir sama tingginya denganku. Hidungnya mancung, kulitnya putih bersih aku berpikir pake skincare apa dia? Ouh iya tapi aku merasa heran bibir Aziel terlihat sedikit lebih pucat beda dengan bibirku, banyak orang bilang bibirku sedikit berwarna merah muda mungkin karna aku tak pernah merokok.
"Aa Nata mau lakban mulut Rara? Kalau iya jangan pake koyo pake uang warna merah aja pasti Rara diem suwer," ucap gadis kuning itu sambil mengadahkan tangan kearahku.
Aku berniat mengeplak tangannya itu, tapi sebelum itu Bella memegang tangan Rara dan membawanya ke kantin. Bella kau memang penyelamat.
Kini kami semua sedang berjalan menuju kantin seperti biasa aku mengikuti mereka berempat dari belakang, tak lupa ku ajak juga Aziel untuk ikut kami ke kantin.
Suasana dikantin sudah ramai, seperti biasa kami memilih bangku pojok yang berada tepat didepan diwarung Mpok Siti.
"Hallo Mpok kita comeback," teriak Rara dan Cece sembari melipat tangan didadanya dan menaikkan kedua alisnya seperti sedang menggoda pemilik warung tersebut.
"Heh monyet kembar, lo pada ngapain kayak begitu," ucapku yang melihat tingkah mereka, harusnya aku bersikap biasa saja karena mereka memang biasa seperti itu.
"Terserah kitalah, nyosor aja lo kayak gorila kelaparan," ucap Rara dengan bangganya. Ingin sekali aku mencolok matanya saat ini juga.
"Heh kuning, muka ganteng kayak gini dibilang gorila katarak mata lo?"
"Dua tiga wewe gombel."
"Bacot lo gembel." kini Cece yang buka suara. Kalau saja Bella tidak berteriak kepada kami pastinya akan terjadi perang kantin yang ke-28."Udah lo berdua duduk sini!" perintah Arum kepada Cece dan Rara, yang langsung dituruti oleh mereka berdua. Tentu saja aku duduk disebelah Bella dan jangan lupakan murid baru yang sedari tadi duduk diam memperhatikan kami. Aku berpikir mungkin Aziel sedikit malu.
"Kalian mau makan apa?" tanya Arum kepada kami.
"Samain aja Rum."
"Iya samain aja."
Arum hanya mengangguk mengiyakan. "Dan lo Ziel, lo mau pesen apa?"
"Eum.... Samain aja deh."
Arum berlalu pergi ke warung Mpok Siti dan memesan 6 porsi bakso beserta es jeruk dan tak lupa coki-coki untuk si kuning Rara, dia tau betul sahabatnya itu sangat menyukai coki-coki. Arum kembali dan memainkan hp nya. Tak ada yang membuka mulut nya sampai makanan datang kemeja kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyanata
Teen Fiction"Tugasku disini hanya untuk menyampaikan dan mengakhiri." -Adyanata Sebuah kisah yang berawal ketika masa putih abu-abu. Ketika dua insan yang saling menyukai, tetapi tidak bisa bersatu. Ketika satu insan memulai untuk berjuang, tetapi ia tak pernah...