Siang ini tampaknya matahari sedang begitu bersemangat memancarkan sinarnya yang terasa begitu terik. Suasana sekolah yang masih ramai pun membuat udara sekitar semakin terasa panas. Karena itu Kezra dan kedua temannya kini tengah menikmati segelas es teh manis untuk menghilangkan rasa dahaga sambil berbincang ringan.
"Gue nggak sabar nih nunggu film Twilight Breaking Dawn tayang," seru Nadia penuh semangat.
Syarla mencibir, "Emangnya lo udah punya KTP buat nonton itu film?"
"Belum sih," Nadia menyengir. "Tapi 'kan ada lo berdua yang udah punya KTP, gue tinggal nyempil aja deh."
"Oh berarti pas Twilight Breaking Dawn yang pertama lo juga nyempil sama orang lain dong?"
"Iya dong, buat apa gue punya kakak kalau enggak bisa dimanfaatin."
Syarla hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya. Nadia itu penggemar berat series Twilight sejak SMP, bahkan ia sampai mengoleksi semua buku Twilight dari series yang pertama hingga yang terakhir kemarin. Ia juga mengoleksi beberapa CD film Twilight. Dan di bulan November ini rencananya film Twilight Breaking Dawn part kedua akan tayang. Tentu saja sebagai penggemar setia Nadia sangat menantikan kelanjutan film itu.
"Oh ya, sabtu minggu depan atau sabtu ini jalan-jalan yuk, mau enggak?" ajak Syarla antusias.
"Ayo banget sih gue kalau jalan-jalan." Nadia tak kalah antusias.
"Gimana, Zra, menurut lo?" Keduanya kemudian menatap Kezra yang hanya diam tak memberi respon. Wajahnya juga tampak sendu.
Nadia dan Syarla saling tatap. Memang kalau diperhatikan akhir-akhir ini Kezra semakin menjadi pendiam. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Menurut insting Nadia dan Syarla sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada perempuan itu.
"Jadi gimana, Zra, lo bisa enggak?" Syarla kembali bertanya sembari mengguncang pelan tubuh perempuan itu.
Kezra tersadar. "Eh? Hhmm, kayaknya gue enggak bisa deh. Gue ada acara minggu ini sama minggu depan."
"Acara apa sih? Kayaknya lo sibuk banget bulan ini?" Nadia memincingkan matanya penasaran.
Kezra menelan ludah susah payah. Ia harus tenang, jangan sampai kedua temannya ini menaruh rasa curiga pada dirinya. Kabar pernikahannya tidak boleh sampai tersebar. Meskipun Nadia dan Syarla merupakan temannya sejak kelas satu tapi tetap saja ia tidak ingin mengambil resiko.
"Ya, gitu deh, acaranya Mamih." Kezra terkekeh pelan lalu menyeruput es teh manisnya berusaha terlihat tenang.
Nadia dan Syarla mengangguk mengerti. Kalau sudah berurusan dengan Mamih mereka tak mungkin bisa membantah. Tak lama Kezra merasakan ponselnya bergetar dari balik saku rok. Matanya melotot tajam saat chat dari Kakek Tua alias Ezra bermunculan terus menerus.
[Kakek Tua]
Gue di depan warung biasa[Kakek Tua]
Buruan keluar[Kakek Tua]
Gue tunggu semenit kalo lo enggak datang gue tinggal[Kakek Tua]
1[Kakek Tua]
2"MAMPUS GUE!" seru Kezra tak tertahan membuat kedua temannya tersentak kaget.
Ia segera mengambil tasnya dan berlari pergi meninggalkan Nadia dan Syarla yang kebingungan melihatnya tanpa berkata apa-apa lagi. Syarla berusaha memanggil Kezra tapi perempuan itu tak menggubrisnya sama sekali. Perempuan itu terus berlari seperti maling yang kepergok mencuri. Nadia dan Syarla kembali saling tatap, mereka semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Journey (ON GOING)
Подростковая литература"Together we make a family" Kezra dan Ezra terikat sebuah pernikahan karena harus mengikuti tradisi turun menurun yang tidak masuk di akal. Perbedaan karakter yang sangat bertolak belakang membuat keduanya sulit beradaptasi satu sama lain. Kesalah...