Kalau ditanya tentang perasaan, mungkin banyak orang akan mengungkapkannya dengan gamblang. Berbeda dengan seorang gadis yang sudah biasa membisukan apapun yang sebenarnya ingin dia ungkapkan.
Mikayla anneya. Orang terdekatnya biasa menyebutnya Anne. Gadis bermata sipit yang selalu memperlihatkan senyumnya.
"Anne!" Teriak salah satu temannya.
"Apa li? Ngagetin" Jawab Anne dengan muka datarnya.
"Ih galak, sini deh ada brosur menarik" Anne pun mengikuti perintah Julia, teman baiknya.
"Fotografi? Ngga salah kamu Li? Aku aja ngga tau menau tentang dunia itu."
Mendengarnya, Julia menepuk dahinya pelan, dia lupa, sahabatnya ini seperti kutu buku.
"Kamu sih tiap aku ajak ke event seru nolak mulu!" Anne terkekeh melihat Julia merengut.
"Menarik tau, Anneeee!! Temenin ya? Kak Rino lagi ngga bisa nih"
"Pacaran terus maunya." Ucap Anne sambil berdecak, memang, Julia ini susah banget pisah sama Rino. Kalau kata anak jaman sekarang sih, bucin.
"Makanya cari cowo!"
"Terserah, jemput aja ya. Aku ke toko dulu, pergi dulu ya." Julia mengangguk semangat dan mengacungkan jempol pertanda setuju dengan ucapan Anne.
.
.
.
.
Bohong jika Anne benar-benar pergi ketoko kue miliknya. Nyatanya, gadis bermata kucing ini tengah tenang berdiri dipinggir jembatan yang biasa ia lalui saat akan pulang.
"Kalau mau nyebur, langsung aja. Ngga usah nunggu dicegah."
Ucapan seorang pria itu langsung membuyarkan lamunan Anne, segera Anne membuka matanya lalu menoleh ke sumber suara.
"Siapa juga yang mau nyemplung." Sanggah Anne dan kembali menatap sungai didepannya.
"Loh? Saya kira bakal nyemplung, kemarin ada yang habis nyemplung soalnya."
Sungguh, Anne sangat terganggu. Tapi juga kaget mendengar fakta itu.
"Yaudah saya pamit. Jangan nyebur ya mbak." Anne mengacuhkan pria yang berlalu meninggalkannya itu.
"Orang aneh."
Beberapa saat setelah pria itu pergi, Anne pun memutuskan untuk pulang kerumah. Yah, healing kali ini tidak menghasilkan apapun, kecuali rasa kesal pada orang asing tadi.
.
.
.
.
.
"Dari mana?" Baru saja menginjakkan kakinya didepan rumah, sang kakak sudah menyambut dengan tatapan tajam.
"Kuliah, kemana lagi."
"Bukannya kelas selesai siang?" Sungguh, kenapa kakaknya begitu protektif?
"Jalan sebentar. Minggar, mau mandi."
Anne bukannya tidak sopan kepada Harsa- kakak laki-lakinya. Tetapi mood nya benar-benar kacau saat ini.
Anne berjalan gontai kekamarnya lalu dengan segera membanting tubuhnya dikasurnya yang nyaman itu.
"Katanya mau mandi, dek?" Lihat? Kenapa semua orang jadi menjengkelkan?
"Apasih, mas? Bentar lagi juga mandi." Harsa tau, adik nya ini sedang dalam mood yang jelek.
"Yaudah iyaa, maung nya dikandangin dulu. Serem tau." Memilih untuk tidak menjawab, Anne pun berlalu kekamar mandi begitu saja.
"Untung adek ya lu" Umpat Harsa diam diam.
Mikayla anneya.
Harsa januar.
Amanda julia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaroid
Random"Ngapain foto-foto?" "Ngga, cuma abadiin moment." "Kayak yang ngga bisa lihat lagi aja" "Kamu gatau, sejail apa semesta itu."