04

17 1 0
                                    

Sudah siang tapi Anne masih nyaman dalam selimut hangatnya, mumpung ngga ada kelas pagi, pikir Anne.

"Anne ayo bangun, udah siang nih" Ucap bunda mencoba membangunkan Anne.

"Bentar lagi bundaaa, kelas Anne siang kok"

"Siang atau malem, ini udah pagi Anne" Anne berdecak dan duduk dengan malas.

"Iya nih udah bangun"

"Nah, anterin kue ini ke tetangga baru ya" Kan. Anne sudah faham, pasti ada tugas dari bunda kalau dipaksa bangun gini.

"Bunda maahh, baru bangun juga"

"Ngebantah nih?"

"Iya iyaaa. Lagian mas Harsa kemana sih"

"Kayak ga kenal Mas mu aja, ya main" Anne menggeleng heran, kakaknya itu suka sekali bangun pagi lalu bergegas kerumah temannya.

"Yaudah, Anne cuci muka dulu" Bunda mengangguk lalu keluar dari kamar Anne.

.

.

.

.

.

"Permisi..." Ucap Anne pelan.

"Nuhunnn" Ucap Anne lagi sambil mengetuk pintu rumah.

"Ada bel, apa guna?" Anne menoleh saat mendengar ucapan seseorang dibelakangnya.

"Hah? Eh ga liat eheh, yang punya rumah, mas?" Yang ditanya hanya mengangguk.

"Ini, ada kue dari bunda."

"Makasih ye, btw nama siapa?" Anne menunjuk dirinya sendiri sambil menatap bertanya.

"Iya lah sape lagi, buset"

"Hehe, Mikayla anneya. Panggil aja Anne"

"Handirka aji setya, panggil aja Aji" Anne mengangguk dan tersenyum.

"Balik dulu ya, ji? Dadah"

"Iye, wa'alaikumussalam" Anne hanya tertawa.

"Shalom, ji"

............

"Lah anying baru niat gebet, dah ada penghalang"

.

.

.

.

.

Anne sudah kembali merebahkan tubuhnya dikasur empuknya, sungguh, hari ini rasanya cuma mau rebahan seharian.

"Apa bolos aja ya?" saat masih berpikir, tiba2 suara ponsel mengintrupsi menandakan ada yang menelfon.

"Anne?"

"Iya?"

"KULIAH WOI!" Anne menjauhkan ponselnya dari telinga, sungguh, teriakan Julia bukan main main.

"Ck iyaiya, otw." Julia nampak terkekeh disebrang sana.

Tak berselang lama, Anne sudah siap dan bergegas kehalte terdekat. Untungnya tak terlalu memakan waktu, bus sudah datang dan segera menuju tujuan.

"Yeuu dasar bergaya mau bolos!" Celetuk Julia saat mendapati Anne duduk tenang disampingnya.

"Diem." Julia terkekeh geli.

"Permisi" Mereka kompak menoleh saat ada suara lain mengintrupsi.

"Eh, iya sa?" Mahesa yang datang rupanya.

"Anne yang mana? Harsa uring-uringan nyariin" Yang dicari sedikit terkejut, kenapa dengan kakaknya itu?

"Kenapa dia?" Ucap Anne.

"Laptopnya ketinggalan, 15 menit lagi presentasi." Anne menepuk dahinya, kakaknya itu memang teledor.

"Ini, kasiin kedia ya. Udah kusalin semua materinya diflashdisk itu." Mahesa mengangguk dan melenggang pergi.

"Harsa aneh aneh aja."

"Ga aneh, ga Harsa." Tawa merekapun lepas setelahnya

Beberapa saat setelahnya, Anne dan teman-temannya segera memasuki kelas- sebelum teriakan Harsa menghentikan langkah mereka.

"ANNEEEEEE!!!!!" Anne segera menoleh kesumber suara.

"Kenapa?"

"Huh capek, bentar mau napas" Anne hanya mengangguk acuh.

"Nanti pulang sendiri ya? Hehe" Sungguh, Anne mau nampar Harsa aja. Ga penting banget serius.

"Ck ga perlu sampek teriak-teriak dilorong juga, chating ajasih." Harsa kembali tertawa, kali ini sambil mengusak surai cantik Anne.

"Biar tenang ga kepikiran, yaudah gih masuk kelas. Semangat Annenya Harsa~" Yang lain menatap horor.

"GAUSAH INCEST!" Anne dan Harsa tergelak bersama.

.

.

.

.

.

.

Bukannya segera pulang, Anne masih duduk tenang dihalte bis. Sebenarnya bis baru saja berlalu beberapa menit lalu, iya Anne ketinggalan.

"Pesen grab aja kali ya?" Gumamnya pelan.

"Iyadeh grab aja"

"Ayo" Anne tersentak sampai ponselnya hampir terjatuh mendengar seruan itu.

"H-hah?"

"Katanya pesen grab, udah dateng kan." Anne mengedipkan matanya bingung

"Bercanda, ayo naik. Nanti saya dikroyok Harsa kalau ketauan adeknya belum pulang dengan selamat." Anne mengangguk paham, pasti ulah Masnya.

Beberapa saat setelah motor butut milik Mahesa melaju, tidak ada percakapan diantara mereka. Yang ada hanya deru mesin motor dan hembusan angin sore yang lumayan riuh dalam kota ini.

"Sampai." Ucap Mahesa karna Anne tak kunjung bergerak dari jok motor.

"Eh? Ngga sadar hehe. Makasih ya, Sa." Mahesa mengangguk

"Besok pagi, saya jemput lagi" Anne mengerjapkan matanya bingung

"Hah kenapa? Mas Harsa lagi?" Mahesa menggeleng, yang membuat Anne semakin menyerngit.

"Saya duluan" Lalu mesin motor itu kembali bergerak dan menjauhi area pekarangan rumah milik Anne, hei ada apa dengan pemuda itu?

"Lah sama Esa lu An?" Anne menoleh kearah tetangga barunya.

"Iya, tadi kayaknya Mas Harsa nyuruh dia." Aji mengerutkan dahinya

"Lah? Perasaan tadi bang Chandra yang dimintain bantuan" Anne tak ambil pusing dengan gumaman Aji dan segera pamit masuk kedalam rumah.

Mungkin mas Chandra ada perlu. Pikir Anne.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PolaroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang